Wajar kiranya jika kita mempunyai keinginan untuk memiliki suatu barang. Begitu juga dengan anak saya yang sejak lama ingin memiliki kursi kantor yang ada rodanya untuk melengkapi meja belajarnya.Â
Sebenarnya ayahnya sudah membelikan kursi, namun karena kurang perhitungan, kursi tersebut tidak tepat bila dipasangkan dengan meja belajar anak saya. Kursinya terlalu rendah,  kurang nyaman kalau digunakan untuk bekerja terlalu lama karena siku menggantung. Posisi yang demikian kurang tepat untuk  mengetik dan menulis karena membuat pundak cepat lelah.Â
Sore tadi kursi kantor pesanan anak saya datang di antar oleh kurir. Dikemas dalam sebuah kotak kardus yang cukup besar. Beratnya kurang lebih 11 kilogram. Walaupun demikian ongkos kirimnya tergolong murah, karena saya memilih pengiriman menggunakan kargo.Â
Segera kursi tersebut dirangkai dengan mengikuti buku petunjuk yang disertakan. Bukan hal yang sulit karena buku petunjuknya memberikan langkah-langkah yang cukup jelas.Â
Senyum mengembang di bibir anak saya, karena kursi ini adalah impiannya sejak lama. Butuh waktu yang lumayan panjang untuk mendapatkannya. Beruntung lebaran sedikit mempercepat, karena ada uang 'galak gampi'l yang masih didapatkan meskipun anak saya sudah menginjak remaja.Â
Tak hanya anak saya yang senang, tapi juga saya sebagai ibunya. Akhir-akhir ini sudah jarang sekali anak saya minta dibelikan sesuatu. Uang sakunya yang tak seberapa itu diolah sedemikian rupa sehingga bisa terkumpul untuk membeli barang-barang yang diinginkannya. Mulai dari dudukan laptop, mouse pad yang besar, bola volley, ponsel, hingga yang terbaru kursi kantor berwarna putih.Â
Biasanya sebelum membeli suatu barang, dia menanyakan dahulu kepada saya. Karena uang yang digunakan adalah uangnya sendiri sayapun sekedar memberi saran dan bahan pertimbangan. Misalnya dari deretan barang yang diinginkan tersebut, mana yang paling mendesak untuk segera digunakan.Â
Saya juga mengingatkan anak saya untuk selalu belajar membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Jangan sampai karena terjebak keinginan malah belanja barang yang tidak kita butuhkan, jatuhnya mubadzir dong.Â
Anak saya juga gemar sekali menabung, kadang uang saku yang baru diterimanya langsung dimasukkan ke tabungan. Bukannya senang, saya malah memarahi anak saya jika terus-terusan seperti itu. Saya takut kalau dorongan untuk membeli suatu barang membuatnya menjadi anak yang pelit.Â
Untunglah anaknya mau mengerti, bahwa ada saatnya uang itu dibelanjakan seperti membeli jajan untuk dirinya sendiri maupun dimakan bersama adik-adiknya dan ada saatnya uang itu ditabung.Â