Mohon tunggu...
Retno Permatasari
Retno Permatasari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Usaha Kecil

seorang yang senang traveling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Taliban dan Relevansinya bagi Kita

26 Agustus 2021   13:40 Diperbarui: 26 Agustus 2021   13:49 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menarik sekali reaksi global saat pemerintah resmi Afganistan tersingkir dari tampuk kekuasaannnya karena Taliban berhasil menguasai sebagian besar wilayah negara itu dan terutama wilayah kabul sebagai sentra pemerintah, menyusul ditarik mundurnya pasukan Amerika Serikat yang telah menjaga wilayah itu sekitar 10 tahun lamanya.

Kemandirian bersikap soal keamanan Afganistan sendiri adalah alasan utama dari pemerintah AS untuk memulangkan seluruh pasukannya dari negara itu.  Cepatnya pemerintah resmi Afganistan memang menjadi perhatian pemerintah Amerika Serikat karena mereka sama sekali tidak mengira bahwa pemerintah resmi Afganistan serta angkatan perangnya begitu rapuh. Rentang waktu antara penarikan angkatan bersenjata AS dan kejatuhan Afganistan ke Taliban hanya berselang beberapa minggu saja.

Banyak spekulasi yang beredar dengan kejatuhan negara itu ke pihak Taliban. Banyak negara Barat yang tidak menyembunyikan kegusaran atas Taliban yang diyakini lebih terbiasa soal perang dibanding mengelola pemerintahan. Taliban sendiri ingin menampakkan sisi baiknya dengan berusaha menyakinkan masyarakat global bahwa Taliban tidak seburuk yang disangkakan orang.

Indonesia sendiri pada awalnya, perlu waktu beberapa hari untuk melihat perkembangan untuk menentukan sikap. Namun akhirnya memutuskan untuk meninggalkan negara itu. Seluruh anggota kedutaan besar dan beberapa orang sipil lainnya memutuskan pulang ke Indonesia.

Isu peralihan kekuasaan di negara itu juga menarik perhatian beberapa pihak di Indonesia. Mereka rerata menyatakan ketidak simpatiknya atas pemerintahan Taliban dan mengharapkan agar pemerintah Indonesia tidak bekerjasama atau menjaga hubungan bilateral sekadar formal saja.

Namun tidak sedikit banyak pihak yang berharap banyak soal pemerintah Taliban ini. Berharap banyak ini mengacu pada  simpatik atau simpatisan bahwa mereka merupakan wujud dari pemerintahan yang didasarkan atas syariat Islam. Padahal para Taliban itu dibesarkan dengan lingkungan perang dan tidak banyak bersentuhan dengan kemajuan zaman . Aksi simpatik itu dituangkan oleh banyak pihak di media sosial dan tidak jarang disebarkan ke ceramah-ceramah beberapa tokoh  di kanal youtube.

Guru Besar Hukum Internasional dari UI, Prof Hikmahanto Juwana yang banyak mempelajari soal hukum dan konflik dunia global mengatakan bahwa Afganistan punya sejarah konflik yang khas dan tidak bisa disederhanakan sebagai ke-khasan pemerintah Islam di era modern seperti saat ini. Sikap simpatik dari beberapa kalangan di Indonesia  diyakini tidak akan banyak memberi warna pada pemerintahan Taliban di negara itu.

Malah, Hikmahanto menengarai bahwa aksi simpatik itu akan mempengaruhi rasa kesatuan di Indonesia. Ini karena Afganistan dan Indonesia amat berbeda situasinya. Kita disatukan atas perbedaan banyak hal mulai agama, budaya, warna kulit, bahasa, dll. Begitu juga geografisnya, karena Indonesia punya rentang wilayah yang sangat panjang dan lebar di khatulistiwa dan tidak bisa disamakan dengan Afganistan.

Artinya, jangan sampai masalah di luar negeri berdampak ke Indonesia yang bisa merusak persatuan karena tidak ada relevansinya. Berdasar ini semua,  Mungkin kita bisa mereview kembali pandangan kita soal Taliban ini. Apa manfaatnya bagi kita? Apakah benar-benar pemerintah Islam seperti yang kita bayangkan ? Apa relevansinya bagi kita ? Jangan-jangan kita hanya bersmpati tanpa tahu resiko dan dampaknya bagi kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun