Mohon tunggu...
Retno Permatasari
Retno Permatasari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Usaha Kecil

seorang yang senang traveling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bom Bunuh Diri adalah Perilaku Bodoh Pelakunya

1 April 2021   01:37 Diperbarui: 1 April 2021   01:39 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
matamatapolitik.com

Bom di Makassar pada Minggu pagi (28/3/2021) mengejutkan banyak pihak karena selama ini Makassar meski sering terjadi penangkapan, bom yang pernah meledak pernah terjadi sekitar 20 tahun lalu yaitu di Mc Donald. 

Itu terjadi menjelang perayaan Natal. Makassar, Poso dan beberapa  pulau di Sulawesi Utara memang menjadi perhatian aparat keamanan karena sering berafiliasi dengan terorisme di beberapa tempat di Philipina.

Sedangkan pelaku terorisme di Jawa dan beberapa titik di NTB selain terkait dengan pelaku terorisme di Philipina juga Afganistan. Begitu juga di Sumatera yang juga terkait dengan beberapa negara seperti Afganistan dan Suriah (eks ISIS).

Namun peta jaringan terorisme banyak berubah dalam 20 tahun tahun ini, dan mengalami perubahan yang signifikan selama paling tidak 10 tahun ini. Mereka tidak lagi terikat dengan jaringan terorisme klasikal seperti diatas, tetapi mereka berjejaring melalui teknologi. Sehingga akhirnya mereka juga berjejaring melalui media sosial seperti facebook, instagram dan mungkin WA grup serta telegram grup.

Kita melihat semisal ada seorang pemuda yang belajar merakit bom melalui internet, nekad menyerang pos polisi di daerah Sukoharjo. Bom yang premature itu tidak melumpuhkan polisi namun melukai dirinya sendiri dan memberi sedikit kerusakan di pos polisi itu.

Sebuah keluarga yang berada di Batam, juga berangkat ke Suriah bukan karena jejaring mereka yang dahsyat, tapi karena pemahaman keluarga itu tentang jihad amat terpengaruh dari internet. Sehingga kabar tentang mereka sekeluarga yang kepala keluarganya adalah pejaat di lingkungan BUMN itu mengagetkan kita semua.

Terakhir kita bisa melihat apa yang terjadi di Mabes Polri pada Rabu (30/3/2021) kemarin merupakan seorang wanita, lajang dan mungkin belajar soal jihad secara mandiri di kamarnya. Belum ada kabar apakah dia punya jejaring kelompok tertentu, namun yang jelas adalah isi pikirannya sangat radikal dalam melihat musuh. Kita ketahui bersama bahwa kelompok radikal sangat focus pada golongan agama yang berbeda (kafir) dan para aparat. Bahkan aparat dan para pengelola negara mereka sebut sebagai tougut.

Sehingga kita memang bisa melihat disini, bagaimana ajaran-ajaran radikal berkembang dengan cara yang sangat berbeda dibanding 20-30 tahun lalu, sehingga kita sebagai warga yang memiliki keluarga dan lingkungan yang melek secara teknologi, juga harus waspada.

Apapun alasannya, rangkaian bom bunuh diri ini adalah tindakan bodoh dari pelakunya, karena dia bergerak hanya karena keinginan untuk melawan kelompok lain yang berbeda. Mereka tak punya pemahaman yang baik soal agama dan  pentingnya relasi sosial dalam masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun