Mohon tunggu...
Retno Permatasari
Retno Permatasari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Usaha Kecil

seorang yang senang traveling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Pribadi yang Benar, Bukan Pribadi yang Merasa Benar

17 September 2016   06:33 Diperbarui: 17 September 2016   08:49 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyembah Allah - gunungkidulonline.com

Kebenaran merupakan salah satu hal yang dicari di bumi ini. Kebenaran dinilai sebagai jabawan, atas sebuah ketidakadilan. Karena melalui kebenaran, diharapkan akan muncul kesejahteraan, kebersamaan, dan kerukunan antar umat beragama. Meski kebenaran merupakan hal yang paling dicari, namun merasa benar merupakan sikap yang tidak baik, dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat. Kenapa merasa benar merupakan hal yang dinilai tidak baik untuk diterapkan? Karena kebenaran itu adalah milik Allah.

Kenapa merasa benar itu tidak baik? Karena merasa benar merupakan sikap tidak terpuji, dan patut di hindari. Merasa benar akan menumbuhkan egoism, dan ketidakadilan. Merasa dirinya benar sendiri, seringkali ditunjukkan oleh kelompok radikal dan terorisme. Mereka mengklaim perbuatannya merupakan bagian dari upaya menegakkan jalan Allah. Perasanaan benar yang berlebihan ini, akhirnya melihat segala sesuatu yang dilakukan orang lain cenderung salah. Ketika stigma salah itu muncul, artinya toleransi antar manusia sudah tidak ada lagi. Rasa saling menghargai, memahami sama sekali tidak ada.

Karena itulah, kita dituntut untuk belajar mengendalikan hawa nafsu. Semangat belajar ini harus terus ditanamkan dalam diri kita. Menjadi pribadi yang benar, jauh lebih baik dibandingkan menjadi pribadi yang merasa benar. Seseorang yang benar, tidak akan pusing mencari kesalahan orang lain. Sebaliknya, orang yang merasa benar, justru merasa tidak perlu introspeksi. Karena merasa dirinya paling benar, diapun akan sibuk mencari kesalahan orang lain.

Kelompok radikal, merasa paham yang mereka anut sudah benar. Padahal, kalau kita berpikir secara logis, perilaku menebar kebencian itu bagian dari perbuatan benar? Apakah melakukan bom bunuh diri itu bagian dari kebenaran? Hanya orang yang tidak waras saja, yang merasa bahwa tindak radikalisme dan terorisme merupakan bagian dari perbuatan yang dibenarkan ajaran agama. Karena tertutup perasaan benar sendiri itulah, mereka akhirnya tidak pernah melakukan introspeksi. Padahal, seseorang yang memiliki karakter kelembutan hati, mau merima kritikan orang lain, ia akan bisa menemukan kebenaran sejati.

Mari kita lebih open mind. Jangan menjadi pribadi yang tertutup, dan tidak mau menerima perkembangan. Ingat kita saat ini hidup dalam fase dimana perkembangan teknologi informasi begitu pesat. Perubahan terjadi begitu cepat. Jika pola pikiran kita tidak diupdate sesuai dengan perkembangan jaman, maka kita akan tumbuh menjadi pribadi yang tertutup. Pribadi yang cenderung mempunyai pandangan sendiri. Dalam konteks radikalisme dan terorisme, perilaku mereka cenderung tertutup. Lihat saja para pelaku tindak pidana terorisme. Umumnya mereka berasal dari keluarga baik-baik. Hanya karena salah bergaul, mereka menyerap pemahaman agama yang salah. Agama yang seharusnya bisa menuntun kita menuju kebenaran, justru dijadikan ‘tameng’ untuk melawan kebenaran itu sendiri.

Menjadi pribadi yang benar, berbeda dengan pribadi yang merasa benar. Dengan cara berperilaku secara baik kepada orang lain, berkata sopan tanpa ada kebencian, merupakan salah satu contoh perilaku dari pribadi yang benar. Menebar kebencian justru akan melahirkan permusuhan baru. Dan yang namanya permusuhan, apapun itu alasannya, tidak dibenarkan oleh ajaran agama. Permusuhan justru menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun