Mohon tunggu...
Retna Kumalasari
Retna Kumalasari Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance content writer

Temukan informasi lebih banyak tentang saya, di sini! https://linktr.ee/retnakum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memaafkan atau Dimaafkan?

21 Desember 2019   18:03 Diperbarui: 24 Desember 2019   22:10 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam proses berinteraksi, manusia terkadang pernah dikecewakan atau membuat orang lain kecewa. Hal ini menyebabkan maaf dan memaafkan menjadi salah satu media yang dirasa cukup bisa diandalkan untuk memperbaiki hal tersebut.

McCullough dkk (1997) mengemukakan bahwa memaafkan merupakan seperangkat motivasi untuk mengubah seseorang untuk tidak membalas dendam dan meredakan dorongan untuk memelihara kebencian terhadap pihak yang menyakiti. 

Worthington dan Wade (1999) menyetujui pendapat yang mengatakan bahwa secara kesehatan memaafkan memberikan keuntungan psikologis, dan memaafkan merupakan terapi efektif dalam intervensi yang membebaskan seseorang dari kemarahannya dan rasa bersalah.

Dilansir pijarpsikologi.org, memaafkan adalah sebuah alternatif yang baik untuk melepaskan sekaligus mengobati luka emosional yang diakibatkan oleh peristiwa menyakitkan. 

Memaafkan ini menjadi penting karena berkaitan dengan sestem afektif, kognitif dan behavioral seseorang. Dalam sistem afektif, ketika terjadi pelepasan emosi negatif, maka akan digantikan oleh emosi-emosi yang positif, seperti compassion atau kasih sayang. 

Perubahan ini nantinya juga akan mengubah sistem kognitif seseorang untuk berhenti memikirkan hal buruk dan beralih fokus kepada hal yang lebih penting. Kedua perubahan itu jelas akan diikuti dengan perubahan perilaku seseorang yang cenderung menjadi lebih halus dan terarah.

"Pengampunan bukanlah penghapusan. Sebaliknya, ini adalah tentang mengubah reaksimu terhadap ingatan itu" Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa memaafkan bukan perkara yang mudah. 

"Bagi sebagian orang, memaafkan merupakan sebuah perjuangan," ujar Dr. Tyler VanderWeele, Wakil Direktur Initiative on Health, Religion, and Spirituality at Harvard T.H Chan School of Public Health.

Dr. Jiemi Ardian berpendapat bahwa permintaan maaf adalah tanda kita mengakui sisi kemanusiaan kita yang rapuh. Meminta maaf dan memaafkan berarti mengakui kelemahan, mengizinkan diri menyadari kekurangan, dan menyadari ada hal-hal yang melukai orang lain. Sewajarnya tujuan permintaan maaf adalah untuk menebus kesalahan, bukan sekedar untuk meredakan perasaan bersalah.

Memutuskan untuk tidak berhubungan dengan orang yang menyakiti kita dalam beberapa hari, minggu, bulan atau bahkan tahun, merupakan bentuk perlindungan diri yang secara alami kita lakukan apabila kita merasa tersakiti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun