oleh: Reti Sufarni
Fakultas Ushuluddin dan filsafat, jurusan sosiologi Agama, UIN Ar-Raniry, Darussalam, Banda AcehÂ
Bagaimana bisa kita mengabaikan orang yang tidak beruntung seperti mereka, bagaimana kita tau apa yang mereka rasakan saat mereka merasa  hal yang begitu menyakitkan bagi mereka, mereka yang tak tau rasanya makan teratur itu seperti apa, tidur di kasur yang empuk itu seperti apa dan bagaimana rasanya didekap oleh orang yang dikasihi itu seperti apa.Â
Banyak beban yang mereka rasakan selama bertahun-tahun yang tidak berhentinya diteror oleh para kaum-kaum kafir yang tak berprikemanusiaan yang tidak memiliki perasaan terhadap sesama manusia, malah mereka merasa semua kekayaan yang mereka miliki pun tidak ada puasnya. Bagaimana kini kita merasa baik-baik saja sedangkan saudara-saudara kita berada di lautan pilu yang tak bisa dan tak pernah merasakan yang namanya kenyamanan dan kebahagiaan.
Haru biru pilu, yang mereka rasakan dan yang mereka derita, yang kita paginya di awali dengan hidangan makanan yang lezat, ada yang pegi kerja, kuliah dan sekolah, akan tetapi saudara kita yang berada di suriah apa kabar? Iya, kabar mereka begitu memilukan paginya mereka dihidangkan dengan bom nuklir, sianknya mereka dihadiahkan darah, malamnya mereka menangis dan kesakitan tidur tanpa adanya alas yang empuk, tak adanya selimut yang bisa meneyelimuti tubuh yang kedinginan, hanya langit malam yang mereka gunakan dan dataran tanah yang mereka tiduri bukan tempat yang empuk seperti yang kita rasakan disini saudara seiman. Apakah hatimu tidak tergerak untuk melihat mereka, setidaknya menyalurkan doa buat mereka yang ditimpa musibah? Setiap kita pernah merasakan bagaimana sakitnya saat kita dilanda musibah tapi tak ada satu orang pun yang melihat dan mendoakan kita, bagaimana perasaan yang kau punya saat itu menimpa pada dirimu. Ia kau merasa tak ada satu orang pun yang mengerti, bagaimana tak ada seorang pun yang mencintaimu, dan tak ada seorangpun yang mendoakan mu. Sulit kan rasanya, ia  tentu itu begitu sulit bagi mu. Memahami situasi ini mungkin sangat tidak adil. Bagaimana kau merasa adil sedangkan saudara kita disana tak memiliki keadilan bagi kehidupan mereka.
Saat kita merasa bahwa suatu kebaikan tidak berada di pihak kita apa yang kita lakukan, iya kita mengeluh, kenapa tidak ada kebaikan lagi didiri kita, akan tetapi kau tau bahwa setiap kebaikan kemulusan dalam hidup itu harus dijalani dengan keikhlasan yang besar. Rasakanlah bagaimana menjadi salah satu warga suria yang kurangnya perhatian dari saudara seiman, apa yang mereka rasakan ketika apa yang mereka inginkan tidak tercapai, mereka mengatakan, "saya bersyukur kepada Allah atas apa yang telah Allah berikan kepada kami". Bagaimana kita bisa tak bersyukur sedangkan mereka malah sebaliknya malah mensyukuri nikmat yang begitu indah yang diberikan oleh Allah terhadap mereka. Alangkah indahnya ketika rasa syukur itu di panjatkan oleh orang-orang yang bersabar. Kita yakin akan ada tibanya dimana rasa syukur itu kita hampiri yaitu dengan rasa sifat yang sabar dalam setiap cobaan.
Mengerti dan pahamilah bahwa setiap cobaan yang diberikan kita harus bersyukur harus bisa menjadi insan yang penuh dengan rasa syukur. Menjadi insan yang disenangi, toleransi adalah cara kita agar terhindar dari sifat yang tidak baik. Rasa syukur yang telah kita miliki saat ini adalah kita hidup dan tinggal di negara yang aman yang tidak ada keresahan saat kita menjalani hari-hari kita. Yang harus dipahami bahwa setiap apa yang telah kita lakukan itu adalah suatu panorama kehidupan yang memberikan kita rasa bersyukur yang baik itu seperti apa. Tentu saja ini menjadi sebuah acuan penting buat kita agar lebih memiliki rasa bersyukur yang hakiki hal rasa bersabar yang lebih besar lagi.
Sebuah hikmah yang dapat kita rasakan yaitu merasakan kedamaian dalam diri kita merasakan kenyamanan dihidup kita karena ada rasa bersyukur yang begitu dalam yang kita miliki. Tak lepas dari sebuah tanggung jawab yang besar yaitu menginginkan sebuah rasa kepastian yang membuat kita merasa ini lebih adil, lebih memberikan efek yang begitu kuat yaitu terpenuhnya rasa kepuasan diri, rasa kepuasan hati yang begitu banyak kini telah didapatkan itu dikarenakan rasa bersyukur. Penting untuk diingat bahwa dalam hal memaknai kata syukur untuk diri kita sendiri, rasa syukur yang kini kita miliki lebih terasa apabila diiringi dengan rasa sabar, yang begitu besar. Tanpa kita sadari kita telah membanggakan diri kita untuk bisa tetap andil dalam hal kenyaman hati. Rasa syukur yang kini di timbukan membuat kita menjadi semangat lagi untuk bisa berkontribusi dengan orang-orang yang berada di sekirtar kita.
Sekarang ialah saatnya kita lebih bertaqwa lagi kepada Allah, agar apa yang kita lakukan menjadi berkah, sehingga kita pun ikut senang karena tanpa adanya keluahan yang kita rasakan dalam hati. Kita sekarang tau bahwa bagaimana rasanya bagaimana rasa perih, keluh-kesah yang kini mereka rasakan. Kita hanya perlu bersabar untuk mendapatkan rasa syukur itu seperti apa, bentuk rasa hikmah yang kita dapatkan. Kini kesedihan yang mereka rasakan dapat kita rasakan juga. Berusaha tetap manjadi lebih baik dan tetap menjadi diri sendiri. Tetaplah menjadi pribadi yang sabar, pribadi yang tawaqal, dan pribadi yang memiliki rasa syukur didalam hatinya, tanpa ada rasa kekurangan yang ada dalam diri kita terutama rasa kurang yang ada dalam Qalbu kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H