Mohon tunggu...
Resty Febiyanti
Resty Febiyanti Mohon Tunggu... Lainnya - penulis pemula

Writing curiousity, inspiring knowledge

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Festival Diskon dan Jebakan Konsumtif Kelas Menengah

1 November 2024   17:30 Diperbarui: 1 November 2024   17:39 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa sih yang ga suka diskon? Mulai dari sultan sampai kaum mendang-mending pasti akan langsung tertarik pada yang namanya diskon. Diskon adalah alat promosi berupa potongan harga yang diberikan oleh penjual kepada pembeli atas barang /jasa yang ditawarkan. Secara psikologis, diskon menjadi menarik karena adanya dorongan untuk FOMO (Fear Of Missing Out) yang merupakan suatu emosi wajar yang dialami oleh manusia. Selain itu, beberapa strategi marketing membuat label “SALE” atau “DISKON” dengan memikat, sehingga menciptakan daya tarik visual yang sulit ditolak, enggak bisa enggak melihat tanda diskon pokoknya.. relate banget kan?

Tapi dari sisi ekonomis, diskon memang memberikan keuntungan lebih untuk pembeli karena nilai uang yang dikeluarkan menjadi lebih sdikit, pembeli pun lebih happy dan puas karena merasa mendapatkan deal yang bagus. Nah, efek dopamine yang terangsang karena kesenangan ini dapat menjadi candu bagi konsumen. Mereka akan terus mencari dan berburu diskonan untuk memuaskan kehausan akan kesenangan serupa.

Masyarakat kelas menengah sebagai kaum yang paling sedikit merasakan fasilitas dari pemerintah, dengan senang hati mendapatkan tawaran diskon yang dapat mengungkit sedikit daya beli mereka. Ditengah melemahnya kemampuan beli, diskon seakan menjadi solusi instan bagi kelas menengah untuk mengekspresikan sisi konsumtif mereka. Disinilah yang menjadi bahaya, karena dengan mempengaruhi psikologi manusia, diskon dapat menjadi jebakan untuk menghalalkan liarnya konsumerisme.

Diluar sisi positif dan negative dari diskon, ada keterbatasan yang dimiliki yaitu diskon hanya bersifat temporer. Diskon memang memicu konsumsi secara impulsive akibat FOMO tadi, namun bila diskon dilakukan terus menerus konsumen akan cenderung bersikap netral atau tidak tertarik.

Ada satu faktor yang bisa menjadi katalisator bila digandengkan dengan diskon, yaitu media social. Media social berperan dalam membentuk aspirasi dan gaya hidup melalui iklan, konten influencer, dan tren konsumsi yang dibagikan secara luas. Banyak konsumen yang memutuskan untuk membeli suatu produk akibat pengaruh dari media social, terutama poduk yang terkait dengan lifestyle dan mode. Strategi diskon yang disebarluaskan secara massif melalui media social dapat menciptakan efek FOMO yang dapat bertahan dalam jangka panjang. Kebiasaan temporer berubah menjadi gaya hidup melalui norma social yang sulit untuk dirubah, tanpa disadari masuk kedalam jebakan konsumtif.

Jebakan konsumtif berupa diskon viral yang menjerat kelas menengah adalah hasil dari gabungan faktor ekonomi, sosial, dan psikologis yang membuat mereka lebih rentan pada pengeluaran impulsif. Kelas menengah yang selalu berupaya untuk menaikan taraf hidup dan status sosialnya, menjadi yang paling rentan terbawa arus dan jebakan konsumtif melalui media social. Tekanan social dari lingkungan didukung oleh mudahnya akses pada kredit/ pinjaman menjadikan kelas menengah target empuk bagi pengusaha yang haus keuntungan.

Jika kelas menengah terlalu terbawa trend diskon tanpa adanya perencanaan keuangan yang baik apalagi dengan berhutang, maka akan memperburuk kondisi keuangan pribadi. Untuk menghindari jebakan konsumtif ini, kelas menengah dan seluruh konsumen harus sadar bahwa literasi keuangan mutlak diperlukan. Dengan literasi yang cukup, konsumen dapat menakar pengeluarannya terhadap kebutuhan, sehingga terhindar dari penyesalan menghambur-hamburkan uang untuk hal yang lebih bersifat keinginan…

Berburu diskon memang menyenangkan tapi hati-hati kebablasan, yuk kita sama-sama menjadi smart buyer…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun