Mohon tunggu...
Wachid Sugiharto
Wachid Sugiharto Mohon Tunggu... profesional -

Researcher

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Profesor, Begawan dan Kyai Sepuh

4 September 2013   01:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:24 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

PROFESOR, BEGAWAN DAN KIAI SEPUH: "Kroco-krocone do sok-sokan, ndas-ndasane malah do ramah lan apikan". Sering mengamati perjumpaan atau persapaan, lalu mengamati dialektika prilaku. Memang semakin dewasa, matang, arif bijak dan pandai seseorang itu semakin pula lebih menghargai"ngewong ake" orang lain tidak peduli itu anak-anak, remaja, muda pun tua,S1,S2,S3, kaya pun miskin, dst.

Kalau di dunia akademik entah mengapa lebih merasa nyambung mendengarkan-ngobrol dengan Profesor, bukan karena mereka bergelar guru besar atau berposisi strategis, tapi sikapnya kebanyakan para profesor itu lho, sangat care, lebih memanusiakan"ngewong ake" dan menghargai ide-pendapat serta mensuport visi-kemerdekaan berpikir generasi muda. Cara-caranya merangsang akal sehat kitapun sangat menggairahkan dengan berbagai pertanyaan kunci dan sesekali pernyataan simpul yang provokatif menggoda penasaran.

Itu di dunia akademis, ternyata hampir sama juga pergaulan di dunia non-akademis. Lihatlah keindahan sikap para Begawan dan Kiai Sepuh. Kiranya patut menjadi renungan kita bersama yang masih kroco-kroco, bukan Profesor, Begawan dan Kiai Sepuh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun