Mohon tunggu...
restu sekar arum
restu sekar arum Mohon Tunggu... -

words and music are the best drugs.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pada Batasku

2 Maret 2014   07:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:19 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku tidak tau dengan apa memulainya
aku hanya ingin menulis
ketika ini, hatiku biru
mungkin membengkak, atau memar dalam
seperti terhunus, sakit yg terbungkam
jika dulu tak ada batasan, apakah kau yg memelukku sekarang?
Batasan itu, berbicara tentang segalanya
mendominasi tiap helai pikiran yg bebas
jika dulu kau tak pandang itu, apakah kau yg menyandarkan bahumu sekarang?
Kau biarkan waktu berjalan tanpa kebiasaan dulu
kau lepaskan waktu itu berjalan semaunya, sesuai kuasanya
dan beginilah, sakit yg terbungkam
pedih yg mengurung
haruskan seorang manusia menyerah pada batas keduanya?
Kau selalu jeli, lebih dari apapun
aku paham kurangku
dan aku tau lebihmu
jika kisah roman bersyahdan tentang kurang dan lebih, tak kau lihatkah lebihku?
Setitik lebih jeli, seperti sebelumnya
di tempatku menapak, dunia selalu seperti tentangmu
kau selalu terlihat indah, seperti biasanya
jika aku tak bisa memiliki pandangmu, biarkan aku menyimpan sinarmu
jika aku tak bisa menyentuh jiwamu,
biarkan aku menyimpan pesonamu
jika tak bisa kugenggam cintamu
biarkanlah aku menyimpan matamu,
hidungmu, bibirmu, tubuhmu
jika kau terlalu jauh, bisakah kau sisakan bayangmu didekatku?
Kau suruh aku tertawa aku menangis
kamu minta aku menangis aku tertawa
betapa cinta adalah kejadian luar biasa
haruskan aku menyerah pada batasan keduaku?
jangan siksa aku dengan tangis lagi, airmataku sudah mengering menemui kemaraunya yg gersang
berhentilah ketika ku mengejarmu, mengapa kau terus berlari?
Ketika aku mengejar derapmu, mengapa kau berlari kelain arah?
Tak bisakah kau berbalik, menujuku, memeluk tubuhku yg menantimu
apa kau tak paham penantian ini begitu dalam?
Kau selalu jeli melihat kurangku, batasanku
tak bisakah kukuasai jelimu untuk ini?
Mengapa kau mencari cari, mendekati bunga bunga yg memekar dihatimu?
Lihatlah....aku berdiri
menggenggam angan yg tak kuketahui maksudku
menantimu tanpa pernah tau harapku padamu
ini batasku, inilah batasku
kaulah hunusan terindah yg pernah melukaiku
sebelum keinginan memilikimu melebihi gurat pedihku
sebelum keinginan menyentuhmu melebihi batas akalku
sebelum keinginan merengkuhmu melukai hati yg lain
inilah saatnya, menyerah pada batasan keduaku untuk yg terakhir kali

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun