Mohon tunggu...
restumuhammad
restumuhammad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa sejarah yang tertarik mendalami dinamika sosial dan budaya masyarakat Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Nenek Manih Seorang Pejuang Hebat

16 Desember 2024   21:33 Diperbarui: 16 Desember 2024   21:33 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Jakarta, kota metropolitan yang sering disebut sebagai pusat kemajuan, menyimpan beragam kisah manusia yang berjuang di tengah gemerlapnya gedung-gedung. Di sudut kota yang jauh dari kilau lampu, ada seorang sosok tangguh bernama Nenek Manih, seorang janda yang hidup seorang diri dan bekerja sebagai kuli kupas bawang untuk menyambung hidup.

Nenek Manih, yang kini berusia sekitar 75 tahun, tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil di kawasan pinggiran Jakarta. Namun, dalam segala keterbatasannya, Nenek Manih tetap tegar menghadapi hari-hari yang penuh perjuangan.

Setiap pagi, Nenek Manih sudah bekerja di depan rumahnya, di daerah padat penduduk. Di sana, ia menerima upah dari pekerjaan mengupas bawang yang dihitung per karung. Dalam sehari, ia mampu mengupas hingga 7 s/d 8 kg bawang setiap karungnya, menghasilkan penghasilan sekitar Rp15.000, jumlah yang sangat kecil untuk bertahan hidup di ibu kota.

Meski penghasilannya minim, Nenek Manih tidak pernah mengeluh. Ia memilih untuk tetap bersyukur atas apa yang ia miliki. Untuk makan sehari-hari, ia sering membeli nasi uduk murah di sekitar pasar, atau memasak mi instan di rumahnya. Sesekali, tetangga yang iba memberinya makanan untuk membantu meringankan bebannya.

Namun, usia yang semakin lanjut membawa berbagai tantangan bagi Nenek Manih. Tangannya mulai gemetar saat bekerja, dan penglihatannya tidak sebaik dulu. Belum lagi sakit pinggang yang sering menyerang akibat posisi membungkuk saat mengupas bawang. Meski demikian, ia tetap berusaha keras demi menjaga kemandirian.

kami sebagai mahasiswa UHAMKA bertekad untuk membantu Nenek Manih, karena peduli dengan sesama merupakan hal yang dianjurkan oleh islam. Harapan besar menyelimuti hati orang-orang yang peduli pada Nenek Manih. Dengan bantuan yang terkumpul dari fundraising ini, diharapkan ia bisa menikmati sisa hidupnya dengan lebih layak dan nyaman. Kisah Nenek Manih adalah pengingat bahwa di balik kemajuan kota besar, masih banyak jiwa-jiwa yang membutuhkan uluran tangan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun