Mohon tunggu...
Restu AlThoriq
Restu AlThoriq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kesuksesan diraih dengan belajar

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pure Lingsar Sebagai Wisata Toleransi

24 Desember 2024   15:05 Diperbarui: 24 Desember 2024   15:05 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata PURE LINGSAR


PURE LINGSAR SEBAGAI WISATA   TOLERANSIPure lingsar adalah sebuah bangunan yang terletak di lombok barat tepatnya di desa lingsar, bangunan ini berdisri pada tahun 1714 oleh "Anak Agung Ngurag Karang Asem", seorang raja bali dari karang asem ygang berkuasa di lombok barat pada masa itu. Pendirian pura ini mencerminkan upaya raja untuk menciptakan keharmonisan antara penduduk lokal sasak dan mayoritas penganut kepercayaan "watu telu" dan komunitas hindu bali yang dibawa oleh penguasa karang asem.Bangunan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai simbol persatuan antar agama, yang terus dilestarikan hingga saat ini. Dikarnakan di dalam bangunan pura tersebut ada dua bangunan candi. Kompleks ini terdiri dari dua bagian utama yaitu,:*Pura Gaduh : bangunan yang diperuntukkan untuk masyarakat hindu yang didekasikan untuk dewa-dewa Bali*Kemaliq : bangunan atau ruangan suci yang diperuntukkan bagi masyarakat sasak yang menjalankan ajaran watu telu, tempat ini suci dan tidak boleh di masuki orang hinduDisini dapat kita lihat pura lingsar menggambarkan simbol toleransi, perpaduan dua sisitem kepercayaan yang berbeda menjadikan kolaborasi lintas agama yang luar biasa. Bangunan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai simbol pemersatuan antar umat beragama, yang tentunya harus dilestarikan sampai kapanpun.Tradisi dan keunikan pure lingsar menjadi salah satu daya tarik budaya dan spiritual bagi masyarakat lokal dan wisatawan .salah satunya dengan adanya acara tradisi yang paling terkenal di pure lingsar yaitu upacara perang topat, dimana para peserta melempar kue beras (topat) sebagai rasa syukur atas panen yang melimpah. Dengan adanya acara rutinitas atau upacara tahunan ini para warga lokal dapat merasakan manfaatnya antara lain:Penciptaan Lapangan KerjaDengan adanya acara kebudayaan tersebut para masyarakat lokal dapat berjualan di area sekitaran pure tersebut, entah itu jualan makanan sofenir dan lain sebagainya. Dan tentu saja ini dapat menaikkan pendapatan para pedagang di sekitar pure tersebut.Peningkatan InfrastrukturDengan membangun infrastuktur seperti akses jalan menuju lokasi pure menjadi lebih baik, yang tentu saja memudahkan para wisatawan lokal maupun wisatawan asing dalam mengexplor pure tersebut.Penguatan Budaya LokalDengan adanya acara kebudayaan tradisional tersebut, masyarakat menunjukkan budayanya ke para wisata wan lokal maupun asing, karna ketika wisatawan mengunjungi suatu daerah, mereka tertarik untuk belajar tentang kebudayaan lokal yang unik. Hal ini mendorong masyarakat untuk mempertahankan warisan budaya mereka agar tetap relevan dan menarik bagi pengunjung. Dampak Lingkungan dan KeberlanjutanMeskipun acara festival kebudayaan membawa banyak manfaat ekonomi, penting juga untuk mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan. Oleh karena itu, konsep pariwisata berkelanjutan semakin mendapatkan perhatian di kalangan pemangku kepentingan industri. Pariwisata berkelanjutan bertujuan untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan sambil tetap memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat lokal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun