Mohon tunggu...
Kun Prastowo
Kun Prastowo Mohon Tunggu... lainnya -

I Love INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pondok Pesantren Taruna Panatagama

18 Maret 2015   02:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:30 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak sisi menarik dari sebuah Pondok Pesantren Taruna Panatagama Condrowangsan Banguntapan, Yogyakarta yang berdiri sejak tahun 2010 ini.

Inspirasi lahirnya Pondok Pesantren Taruna Panatagama adalah dalam rangka melakukan qadha mashalih juga melakukan misi penyelamatan terhadap anak-anak dari model pendidikan yang sekuler kapitalistik, sehingga yang lahir dari model pendidikan sekuler adalah anak didik yang pragmatis dan tidak mampu menjadi marja' bagi ummat.

Harapan besar berdirinya pondok pesantren Taruna Panatagama adalah ingin mencetak kader ulama dengan model kurikulum yang dinisbatkan pada pendidikan Islam yang mampu melahirkan individu luar biasa. Sebab peradaban Islam mampu membuktikan bahwa Islam mampu mencetak seorang individu yang menguasai banyak hal, disatu sisi dia sebagai ahlul ibadah, dia juga mampu menjadi seorang negarawan, mampu menjadi pemimpin di tengah-tengah ummat, menjadi seorang ahli sains, ahli teknokrat dan lain sebagainya yang mampu dimiliki oleh satu individu muslim dalam waktu yang bersamaan.

Pondok pesantren Panatagama berkomitmen untuk melakuan mufarraqah dari model sistem pendidikan yang hanya mengejar akreditasi dan profit oriented, semua mengazamkan diri bahwa lembaga pendidikan yang didirikan ini adalah bukan untuk mencari keuntungan apalagi hanya sekedar mengejar legalitas ijazah sementara kualitas pendidikannya tidak diperhatikan, sehingga anak didiknya hanya menjadi orang yang biasa-biasa saja.

Kegiatan outing class atau talkhiyan fikrian merupakan proses untuk menghasilkan (pengertian atas hakekat) sebuah fakta. Menurut penuturan salah satu pengelola Ustadz Subkhan, pondok ini tidak terlalu menerapkan model pondok yang klasikal yang terpenting adalah pemahaman dalam belajar itu ada murid dan ada guru yang didukung kurikulum dan methode yang diyakini mampu menjadi alat bantu bagi siswa dalam menerima ilmu melalui proses pembelajarannya. Karena secara prinsip belajar itu dapat dimana saja, di luar ruangan, di lapangan, di sungai, di pasar dan di manapun siswa mampu menerima ilmu. Kegiatan keluar ini diterapkan khususnya untuk mata pelajaran ilmu pengetahuan (sains).

Pondok ini tidak mengejar target harus lulus atau persiapan ujian sehingga siswa benar-benar berkesempatan melakukan proses pembelajaran dengan lebih vareatif dan melakukan pengamatan langsung; mempelajari batu ya harus turun ke sungai untuk mengetahui batu itu sendiri, mempelajari gunung yang harus berada di gunung itu sendiri. Tidak cukup hanya melalui audio ataupun gambar saja. Bahkan anak-nak diajak melakukan kegiatan seperti Reportase di Sindoro dimana para santri berbaur dengan masyarakat yang umumnya petani. Mayoritas petani disana sangat bergantung dengan komoditas Tembakau (Nicotiana tobacum), walau saat ini sudah mulai mencoba bercocok tanam dengan komoditi yang lain yakni sayuran.

Para santri juga melakukan observasi merupakan serangkain program yang memang sudah dijadwalkan untuk para calon santri baru untuk melihat potensi masing-masing pada diri para santri. Belajar dengan sebenarnya, sehingga alasan dilakukan pembelajaran di alam babas adalah untuk mengenalkan siswa secara langsung terhadap obyek pembelajaran itu.

Pondok ini berprinsip bahwa pembelajaran tidak sepenuhnya dilakukan secara formal, banyak methode yang dapat diterapkan dalam mendidik siswa menjadi manusia yang memiliki ilmu.

Formalitas kelulusan bukan lagi selembar ijazah dan hasil akhir dari dari proses pembelajaran bukan sederet nilai. Tetapi kelulusan diukur dari tingkat pemahaman siswa terhadap ilmu yang telah dipelajari dan kemungkinan penerapan ilmu itu di tengah masyarakat.

Guna menyiasati jalur formal yang jamak diterapkan bagi sekolah umum, memang harus melakukan penyetaraan dan pengasuh berkeyakinan bahwa anak didiknya akan sanggup melalui ujian penyetaraan itu. Disamping itu, untuk memberi kesempatan siswa yang akan melanjutkan ke jenjang berikutnya maka Pondok telah menyiapkan pendidikan lanjutan melalui jaringan yang telah dibangun selama ini.

Tidak mentargetkan semua siswa harus melanjutkan ke jenjang formal, belajar dengan cara belajar yang berbeda. Tidak terikat dengan aturan formal, aturan formal tidak jarang malah membelenggu siswa dalam menjalankan proses didik.

Orang tuapun telah mendapatkan pemahaman proses didik yang terjadi di Pondok ini.

Siswa juga mendapatkan pelatihan-pelatihan life skill yang tentu akan menjadi nilai tawar tersendiri kelak kemudian hari ketika para siswa ini berada ditengah masyarakat.

Pondok Pesantren Taruna Panatagama tidak terlepas dari sebutan atau gelar raja di tanah Jawa; Khalifatullah Sayidin Panatagama atau orang yang memiliki kemampuan memimpin berdasar syariah Islamiyah atau orang yang memimpin dunia dengan pendekatan agama Islam. Berbekal semangat Islam dan berada di wilayah Jogja maka pemilihan nama ini untuk mendekatkan pada kontens lokal.

Diharapkan dari pondok nan damai ini akan muncul pemimpin-pemimpin yang memiliki kemampuan intelektual sekaligus aklaqul kharimah berlandaskan ajaran Islam dan mampu ngemong umat dalam berbagai urusan bidang. Pondok yang awalnya hanya 18 orang, dari tahun ke tahun senantiasa bertambah dan kini berkembang menjadi 125 orang.

Ciri khas pondok pesantren tetap dikedepankan nalalui kajian halaqoh-halaqoh, fiqh masih menganut mazab Syafei, nahwu adalah kaidah-kaidah Bahasa Arab untuk mengetahui bentuk kata dan keadaan-keadaannya ketika masih satu kata (Mufrod) atau ketika sudah tersusun (Murokkab). Termasuk didalamnya adalah pembahasan Shorof. Karena Ilmu Shorof bagian dari Ilmu Nahwu, yang ditekankan kepada pembahasan bentuk kata dan keadaannya ketika mufrodnya. Tahfidzul qur’an dengan target satu semester satu juzz menjadi asah kemampuan bagi para santri.

Pondok putra dan putri ini memusatkan pembelajaran di masjid milik masyarakat dan dalam setiap sesi pembelajaran senantiasa menyatu dengan masyarakat. Secara garis besar ada tiga hal yang menjadi konsentrasi dalam pembelajaran di pondok ini meliputi; keislaman keagamaan (tafsir dan fiqh), geografi dan politik, serta ilmu sains.

Kurikulum Pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren Taruna Panatagama merupakan alat untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam. Adapun lingkup materi pendidikan pesantren adalah Al-Qur’an dan Hadits Keimanan akhlak Fiqh/ibadah dan sejarah dengan kata lain cakupan pendidikan pesantren ada keserasian keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah, diri sendiri sesama manusia makhluk lain maupun lingkungannya.

Adapun model dan paradigma pendidikan pesantren ini diharapkan menjadi orientasi dan landasan bagi kurikulum bagi lembaga pendidikan pesantren yaitu: Pertama, Dasar pendidikan; pesantren harus mendasarkan pada ‘teosentris’ dengan menjadikan ‘antroposentris’ sebagai bagian esensial dari konsep teosentris. Hal ini berbeda dengan pendidikan sekuler yang hanya bersifat antroposentris semata. Kedua, Tujuan Pendidikan; membangun kehidupan duniawiyah melalui pendidikan sebagai perwujudan mengabdi kepada-Nya. Pembangunan kehidupan duniawiyah bukan menjadi tujuan final tetapi merupakan kewajiban yang diimani dan terkait kuat dengan kehidupan ukhrawiyah tujuan final adl kehidupan ukhrawi dengan ridla Allah SWT.

Ketiga, Konsep manusia; Pendidikan Islam memandang manusia mempunyai fitrah yang harus dikembangkan tak seperti pendidikan sekuler yang memandang manusia dgn tabularasa-nya.

Keempat, Nilai; Pendidikan pesantren berorientasi pada Iptek sebagai kebenaran relatif dan Imtaq sebagai kebenaran mutlak. Berbeda dengan pendidikan sekuler yang hanya berorientasi pada Iptek.

Di tengah indahnya alam Banuntapan Jogja, diantara sikap polos para santrinya, diantara keikhlasan ustadz dan ustadzahnya, diantara kesederhanaan sarana dan prasarananya ternyata tersimpan mutiara-mutiara.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun