Lahan gambut merupakan ekosistem unik yang terbentuk dari akumulasi bahan organik, terutama sisa-sisa tanaman, dalam kondisi anaerobik (tanpa oksigen). Lahan ini memiliki kemampuan luar biasa dalam menyimpan karbon, menjadikannya salah satu penyimpanan karbon terbesar di dunia. Di Indonesia, lahan gambut mencakup sekitar 14 juta hektar dan berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, mengatur siklus udara, serta mendukung keanekaragaman hayati.Â
Lahan gambut di Indonesia, khususnya di pesisir Pulau Bengkalis, menghadapi ancaman serius akibat abrasi yang disebabkan oleh gelombang laut Selat Malaka. Abrasi ini tidak hanya mengancam keberadaan pulau-pulau tersebut tetapi juga berpotensi menyebabkan hilangnya lahan gambut yang memiliki peran krusial dalam ekosistem dan mitigasi perubahan iklim.
Di desa Simpang Ayam, Bengkalis abrasi yang terjadi sudah sangat mengikis lahan gambut yang ada. Saat air naik, bahkan lahan yang sering digunakan warga untuk menangkap ikan juga ikut terendam sehingga warga harus menunggu air hingga surut kembali.
Di lahan ini banyak warga yang menggunakan tepian pantainya untuk melakukan banyak kegiatan, seperti memancing ikan, bahkan hingga untuk berwisata. Namun, saat air mulai naik, warga harus menunggu hingga air surut untuk mengerjakan kembali kegiatan mereka.
Dengan ini, dapat kita ketahui bahwa lahan basah ini sangat berpengaruh bagi keberlangsungan hidup warga Desa Simpang Ayam. Jika daratan terus terkikis oleh abrasi maka daratan nya akan berkurang sehingga akan merusak pemukiman warga nantinya.Â
Dampak Abrasi di Lahan Gambut
Laju Abrasi yang Tinggi Di pesisir timur Riau, termasuk Pulau Bengkalis, laju abrasi bisa mencapai 30 meter per tahun. Hal ini menyebabkan kerusakan signifikan pada pantai dan degradasi lahan gambut, yang berfungsi sebagai penyimpan karbon dan pengatur udara
. Penelitian menunjukkan bahwa abrasi telah menyebabkan banyak kebun, jalan, dan pemukiman amblas ke laut, dengan total panjang pantai yang terancam mencapai 222 kilometer.
Fenomena Peat Slide dan Bog Burst menyebabkan penyebab utama kerusakan lahan gambut di daerah tersebut. Peat slide terjadi ketika lapisan gambut longsor dan mengalir ke laut, sedangkan bog burst adalah fenomena di mana material gambut terburai akibat arus dan gelombang laut
. Proses ini melemahkan kondisi lahan gambut dan mengancam eksistensi pulau-pulau tersebut dalam jangka panjang.Â
Abrasi yang terjadi juga  dapat disebabkan oleh ulah manusia bahkan faktor alam
Penyebab Abrasi
Kanalisasi untuk Pertanian Salah satu faktor utama yang memperparah abrasi adalah pembangunan jaringan kanal untuk pertanian. Kanal ini mengeringkan lahan gambut, mengurangi cadangan udara tanah, dan meningkatkan risiko kebakaran saat musim kering
. Praktik ini tidak hanya merusak ekosistem gambut tetapi juga membuat pulau-pulau menjadi lebih rentan terhadap abrasi.
Deforestasi dan Pembukaan Lahan Pembukaan hutan untuk dijadikan lahan pertanian juga berkontribusi terhadap degradasi lahan gambut. Deforestasi mengurangi vegetasi yang seharusnya melindungi tanah dari erosi
. Selain itu, aktivitas ini sering kali diikuti dengan pembukaan kanal yang mempercepat proses pengeringan tanah gambut.Â
Namun, warga Simpang Ayam sangat mengharapkan peran dari pemerintah setempat untuk penanggulangan abrasi yang terjadi. Warga desa Simpang Ayam sudah melakukan banyak cara untuk dapat menyelamati pemukiman dan lahan basah mereka agar tidak terkikis oleh abrasi yang terus menerus terjadi. Namun, peran dari pemerintah setempat belum banyak. Banyak mahasiswa yang berdatangan ke desa Simpang Ayam untuk melaksanakan KKN untuk membantu desa menjadi lebih berkembang lagi.Â
Untuk saat ini memang peran anak muda sangat dibutuhkan untuk membentuk lingkungan yang tetap hidup, jika bukan dari peran anak muda, siapa lagi yang harus ditunggu untuk turun tangan dalam menciptakan alam yang indah dan tidak semakin rusak olef faktor alam. Dengan ini saya menciptakan suatu kata-kata yaitu
 "Jangan Tunggu Tenggelam Baru Berperan"_resti24
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H