Dalam lima tahun terakhir berbagai media cetak serta media elektronik terus mempublikasikan berita-berita tentang pengungsi, terkhususnya berita pengungsi etnis Rohingya yang berasal dari kawasan Arakhan/Rakhine, Myanmar. Etnis Rohingya merasa takut serta tidak nyaman karena terancam akibat tidak mendapat pengakuan kewarganegaraannya dari pemerintah Myanmar, terjadi nya kekerasan, serta didiskriminasi maka dari itu mereka mencari perlindungan serta memilih meninggalkan Myanmar kemudian mengungsi ke beberapa negara terdekat yaitu Bangladesh, Malaysia, Thailand, dan juga Indonesia.
Negara Indonesia tentu saja sangat memperhatikan salah satu konflik non tradisional yakni pengungsi. Negara Indonesia seringkali ditempatkan menjadi negara singgah untuk pengungsi serta imigran. Hal ini disebabkan karena negara Indonesia mempunyai letak geografis yang strategis untuk lintas transportasi laut, lalu ditambah dengan kemudahan para pengungsi dan imigran masuk secara ilegal ke perairan Indonesia karena pengawasan wilayah tersebut tidak ketat.
Seperti yang kita ketahui, hingga sekarang konflik pengungsi etnis Rohingya masih berlansung, sebab konfllik ini belum menemukan jalan keluar yang tepat, baik itu untuk negara Myanmar ataupun etnis Rohingya. Jumlah pengungsi etnis Rohingya di Indonesia pun terus bertambah dan hal ini dikhawatirkan dapat memunculkan berbagai permasalahan yang menimbulkan ancaman terhadap keamanan nasional serta warga negara dalam menangani para pengungsi etnis Rohingya di Indonesia. Seperti masyarakat daerah Aceh sempat menolak kedatangan para pengungsi etnis Rohingya pada akhir tahun 2022 kemaren. Ada beberapa alasan yang membuat masyarakat aceh yang awalnya menerima dengan baik kedatangan pengungsi etnis Rohingya berubah menjadi penolakan.
Hal ini dikarenakan para pengungsi etnis Rohingya beberapa kali melakukan ulah yang menganggu masyarakat setempat dan bersikap kurang baik seperti mencuri kelapa warga, melecehkan wanita setempat, serta sikap lainnya yang bertentangan dengan ajaran agama. Dalam konsep human security, hal ini telah mengancam personal security sebab masyarakat Aceh merasa risau dan takut dengan keberadaan pengungsi Rohingya. Di dalam personal security manusia mendapat perlindungan dari tindakan yang membuat kerugian, kemudian manusia terbebas dari perasaan cemas ataupun takut.
Pemerintah Indonesia sejauh ini telah melakukan penangan untuk masalah ini seperti solusi untuk menempatkan pengungsi Rohingya di satu wilayah khusus yang jauh dari masyarakat setempat, tidak hanya itu pemerintah Indonesia juga terus menjalin kerjasama dengan UNHCR untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan baik ditambah dengan memberikan jalan keluar jangka panjang kepada pengungsi etnis Rohingya yang ada di Indonsia. UNHCR juga membantu pemerintah Indonesia untuk menangani masalah pengungsi yang masuk secara ilegal, dengan mewawancari setiap pengungsi yang masuk ke kawasan Indonesia. Hingga sekarang, faktor dari jalan keluar konflik etnis Rohingya terdapat di tangan pemerintah Myanmar, karena kekerasan serta penderitaan etnis Rohingya bisa berakhir jika pemerintah Myanmar mau mengakui kewarganegraan etnis Rohingya dan etnis lainnya bisa menerima keberadaan etnis Rohingya.
Referensi :
Akbar Taufik, R. D. (2022, Januari 28). Upaya Penanganan Pengungsi Luar Negeri di Indonesia. Retrieved from setkab.go.id: https://setkab.go.id/upaya-penanganan-pengungsi-luar-negeri-di-indonesia/
anonim. (2022, Desember 28). Ratusan pengungsi Rohingya terdampar di Aceh dan 'ditolak warga', pemerintah Indonesia berencana 'siapkan lokasi khusus'. Retrieved from bbc: https://www.bbc.com/indonesia/articles/cz5y74eklzlo
Nama                 : Restia Dewi Muliya Hayati
NIM Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 07041282126084
Dosen Pengampu     : Nur Aslamiah Supli,BIAM.,M.Sc