Ernesto Che Guevara suatu ketika pernah berujar, “Sebuah revolusi hanya bisa mendapatkan tujuannya dengan mengangkat senjata.” Kutipan pernyataan dari revolusioner Kuba itu terlintas dalam pikiran penulis tatkala akhir-akhir ini pemerintah secara gencar menyuarakan isu makar terhadap pemerintahan yang sah. Dan, yang cukup menggelikan informasi tersebut malah diperoleh polisi dari media sosial.
Yup, medsos, yang kata Kapolri Tito Karnavian adalah media tak bertuan, tapi masih saja dijadikan rujukan. Hal itu diakui Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto. Menurut ketua umum Partai Hanura itu, informasi soal dugaan makar diperoleh dari media sosial (Sumber) .
Terlepas dari semua itu, pertanyaan besarnya sekarang, siapa yang ingin melakukan makar? Pihak mana yang ingin menurunkan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) Jusuf Kalla (JK)? Apa kubu pesaing Jokowi saat Pilpres 2014 lalu, yakni Prabowo Subianto? Bukankah mereka berdua sudah sering bertemu belakangan ini dan tampak akrab? Berkuda-kuda berdua di Hambalang, lalu minum teh bersama di Istana Negara. Bukan jiwa Prabowo rasanya jika lain di mulut lain pula di hati. Senyum manis di depan Jokowi namun menyiapkan aksi di belakangnya.
Jika bukan Prabowo apa Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)? Beberapa hari terakhir sejumlah akun medsos yang pro terhadap Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menyebar isu bahwa SBY berusaha merongrong kekuasaan Jokowi demi memuluskan langkah anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), memenangi Pilkada DKI Jakarta. Lha ini logikanya dari mana? SBY melakukan kudeta terhadap negara demi menguasai kursi gubernur? Are You serious?
Kalau bukan dua kubu di atas, lalu apa organisasi Islam, semacam Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) atau Front Pembela Islam (FPI)? Atas dasar apa mereka disebut ingin menumbangkan pemerintahan? Wong mereka menggelar unjuk rasa dengan damai kok. Meski di penghujung aksi terjadi sedikit kekerasan akibat ulah provokator, namun mayoritas peserta demo tetap berupaya menjaga situasi agar tidak kisruh. Buktinya, pagar betis polisi dilindungi oleh orang-orang FPI dari mereka yang ingin berbuat rusuh.
Dari ketiga kelompok di atas, tidak ada satupun dari mereka yang diperkuat oleh kekuatan militer dan senjata. Jadi mau kudeta dengan apa? Sungguh menjadi hal yang sangat mustahil untuk terjadi. Apa mungkin mereka sanggup melawan dan menumbangkan kekuasaan yang disokong penuh oleh tentara dan polisi? Che Guevara akan tertawa dari alam sana jika ada yang meyakini ini bakal terjadi.
Karena itu, Jokowi dan Kapolri harus segera mengklarifikasi siapa yang ingin berbuat makar. Karena bisa jadi pernyataan seperti ini menjadi bumerang bagi pemerintah sendiri. Niatnya ingin menyejukkan suasana, malah menjadi semakin panas karena keluarnya pernyataan-pernyataan yang tendesius.
Masyarakat menjadi bertanya-tanya, kelompok mana yang dituding Jokowi ingin menggulingkan kekuasaannya? DPR? Bukankah orang-orang Presiden mayoritas di sana? Atau JK? Apa sudah tidak sejalan lagi? Rakyat bisa menerka-nerka seenaknya, sehingga situasi kembali gaduh. Pemerintah harus segera mengatasi ini, jangan selalu memanas-manasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H