Mohon tunggu...
Rizka Haristi
Rizka Haristi Mohon Tunggu... -

just an usual woman , interest to dance , music , social , and something others like that .

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hindari Julukan "Jelek" untuk Anak

25 Juni 2011   09:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:11 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hmm , kita tahu , terkadang orang tua juga memiliki batas kesabaran terhadap anak. Ketika dalam situasi tersebut, kebanyakan orang tua sering melontarkan kata-kata "jelek" terhadap anaknya. Mungkin hal ini masih dapat dikatakan wajar karena emosi yang tidak stabil sehingga reseptor menerimanya dan melanjutkannya ke efektor yang berbasis ucapan. Namun, dalam kasus lain, orang tua juga menggunakan Si "jelek" ini pada saat kehangatan , atau dengan kata lain sebagai sarana pengungkapan kasih sayang atau canda tawa walaupun bukan dalam bentuk sebuah kata yang kasar. Tidak dapat kita sadari, hal ini sering sekali terjadi di keluarga kita. Misalnya saja , Sang Ibu memanggil anaknya dengan nama "Jengor" , si Ibu tersebut padahal tahu makna dari kata tersebut tidak baik tetapi karena ini sebuah kebiasaan jadilah sesuatu yang lumrah dan menganggap tidak berpengaruh apa-apa. Sebenarnya, Tidak! Julukan seperti itu sebetulnya adalah sebuah sugesti negatif bagi Sang Anak. Apabila setiap hari Si Anak tersebut selalu disuguhi kata-kata itu terus menerus, maka otak bawah sadar / pikiran Sang Anak itu akan memogramkan apa yang yang setiap hari diterima dan akan terterapkan di kehidupan nyata.  Sama seperti kita mensugesti diri kita setiap hari "aku bisa, aku bisa, aku pasti bisa!" lalu apa yang terjadi dalam kehidupan nyata ? Bener-bener bisa kan? Nah , bukan hanya itu saja. Efek negatif yang terpenting lainnya adalah akan menimbulkan sifat "minder" di dalam dirinya. Karena selalu mendapatkan panggilan-panggilan jelek seperti itu, Sang Anak bersugesti bahwa "Oh, aku Jengor (misalnya), yaudalah aku memang Jengor. Ibuku saja bilang gitu" dan ini berdampak buruk bagi perkembangan psikologi Si Anak tersebut.

So , bagi para parents sejati, mulailah memanggil anak dengan julukan yang baik-baik , seperti Si Cantik , Si Pintar , Si Cakep ,dan lain sebagainya , agar hasil kedepannya juga baik :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun