Mohon tunggu...
Octorina Respatiningdyah
Octorina Respatiningdyah Mohon Tunggu... Swasta -

Pelancong jalanan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah tentang Skippy dan Boy, Sebuah Pelajaran Kehidupan

1 Maret 2016   20:34 Diperbarui: 2 Maret 2016   08:28 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ini kisah tentang anjing peliharaan. Dulu sewaktu tinggal di Mataram-Lombok kami menyewa rumah mbah Bali. Rumah yang kami sewa terletak dibagian depan. Cukup besar dengan halaman yang luas. Rumah kami model rumah Belanda. Dibelakang rumah masih terdapat sumur timba. Terdapat pintu penghubung antara rumah kami didepan dengan rumah mbah dibelakang. Penghubung itu hanya berupa pagar dari kayu yang memiliki pintu masuk tanpa daun pintu. Halaman rumah mbah sangat luas dipenuhi berbagai tanaman buah.

Sebagaimana orang Bali pada umumnya mereka selalu punya anjing peliharaan. Anjing Mbah bernama Boy. Seekor anjing kampung yang galaknya minta ampun. Ketika kami datang ia tidak pernah berhenti menyalak. Kami takut kalau tiba tiba ia menerkam dari belakang atau menggigit ketika kami sedang beraktifitas didapur. Setiap kali ada makanan sisa ibu akan memberikan kepada Boy. awalnya ia menolak tapi lambat laun dimakan juga. Sejak itu Boy tidak lagi terlihat garang bahkan ia membantu menjaga rumah. Jika ada orang yang tidak dikenal datang kerumah, meski dia tamu, Boy akan siap menyambar. Untuk itu biasanya kami beritahu Boy bahwa orang itu adalah tamu. Meski masih sambil mengeram ia akan beranjak kebelakang.

Suatu hari kami diberi oleh seorang teman seekor  anjing kecil yang lucu. Kami beri nama Fido. Adik adik saya sayang sekali. Suatu pagi Fido menghilang. Dicari kesana kemari tidak ketemu. adik saya yang paling kecil, waktu itu 4 tahun, sedih berhari hari. Sepupu yang tinggal dirumah kami berusaha mencarikan ganti. Dibawanya seekor anjing jantan tinggi besar berwarna hitam. Galaknya melebihi Boy. Entah dapat darimana anjing itu. Tidak ada yang mau dengan anjing ini. Demi keamanan ia diikat didalam gudang. Suatu hari diputuskan untuk membuangnya kepasar. Di Mataram pada waktu itu sangat lumrah ditemui anjing liar berkeliaran dimana mana. Pasar adalah tempat pembuangan yang baik karena disana pasti banyak makanan sisa. Rupanya anjing ini jenis pendendam. Tidak terima dibuang setiap hari ia datang kerumah menyalak keras keras penuh kemarahan didepan pintu pagar yang untungnya selalu tertutup. Biasanya saya selalu mengusir dengan melempar batu kearahnya. Boy biasanya membalas dengan salakan yang tidak kalah galaknya.

Suatu hari entah bagaimana pintu pagar kami sedikit terbuka. Anjing hitam itu tiba tiba masuk dengan salakkan yang menakutkan. Takut diterkan saya yang waktu itu dihalaman belakang langsung masuk kedalam rumah dan menutup semua pintu. Saya lihat Boy keluar dari rumah mbah menghampiri sianjing hitam. Saling salak, saling mengeram dengan menunjukkan taring yang siap menerkam. Saya hanya bisa melihat dari jendela ketika kedua anjing itu berkelahi dengan saling menerkam. Tak lama kemudian si Hitam terlihat mundur keluar pintu pagar. Mereka masih saling menyalak. Ketika si Hitam sudah pergi saya cepat cepat keluar menutup pintu pagar agar si Hitam tidak lagi bisa masuk. Boy kembali kebelakang merebahkan badan dilantai dapur.

Entah kapan tepatnya dirumah mbah kedatangan seekor anjing betina liar yang hendak melahirkan. Dihalaman mbah ada tumpukan kayu yang bagian bawahnya membentuk lubang. Anjing betina ini melahirkan 5 ekor anak didalam loubang itu. Setiap pagi adik yang terkecil akan memeriksa apakah lubang cukup nyaman untuk ditempati. Jika dirasa banyak timbunan tanah maka ia akan menyeret induk anjing keluar lubang dan mengeruk lubang hingga berbentuk cerukan yang agak dalam. Setelah selesai dia akan mendorong kembali induk anjing itu kedalam lubang dan mengatur anak anaknya dalam posisi menyusu. Herannya induk anjing tidak marah diperlakukan seperti itu padahal katanya anjing yang baru melahirkan galaknya setengah mati.

Beberapa teman meminta anak anjing untuk dipelihara. Adik mengambil satu untuk dipelihara. Dia memilih seekor anak anjing jantan yang paling gemuk yang merupakan kesayangannya. Kami menamainya Skippy, seperti nama anjing dalam buku Empat sekawan karya Enid Blyton. Sekali lagi ibu minta agar induk anjing dibuang ke pasar supaya tidak banyak peliharaan di rumah. Jadilah Skippy anak asuh Boy. Saya melihat bagaimana Boy mendidiknya mulai dari buang air kecil dan buang air besar yang dilakukan dihalaman pura mbah. Mereka masuk melalui lubang dinding penghubung rumah dengan pura. Boy yang galak berubah lembut sejak ada Skippy. Jika pintu kedalam rumah tertutup sedang Skippy mau masuk maka Boy akan mengangkat kedua kaki depannya untuk membuka handel pintu. Bahkan untuk makan Boy selalu mendahulukan Skippy. Jika sikecil sudah kenyang barulah Boy memakan sisanya. Luar biasa.

Suatu hari kami tidak melihat Boy. Kami panggil untuk makan ia tidak datang. Hingga siang Boy tetap tidak menampakkan diri. Mbah juga mencari. Akhirnya kami mendapat kabar bahwa ia mati ketabrak mobil. Kami syok dan menangis. Ia sudah jadi bagian dari keluarga kami. Ternyata sifat galaknya, setelah kami perhatikan, karena ia kelaparan. Jatah makannya sedikit dan sering berupa makanan sisa yang dicampur aduk jadi satu dan tak layak makan. Mungkin dipikir Boy hanyalah binatang.

Tak lama kami pindah rumah karena rumah mbah akan dijual. Rumah baru kami lebih kecil tapi dekat dengan lapangan. Skippy sekarang sudah besar. Ia biasa main dilapangan dengan teman temannya. Saya waktu itu sudah kuliah dikota  asal. Setiap kali  saya pulang Skippy selalu menyambut dengan gembira. Ia akan melompat lompat dan mencoba meraih saya dengan gonggongan rindu. Suatu kali saya lihat dia berjalan sedikit pincang, kata ibu ia terkilir. Saya pijiti kakinya dengan menggunakan minyak sumbawa. Rupanya dia bisa aleman juga. Setiap melihat saya dia akan berjalan terpincang pincang supaya saya memijitinya lagi. Padahal kakinya sudah sembuh. Kalau saya tidak ada dia akan berjalan tegak tanpa rasa sakit.

Suatu siang saya lihat dia lari terbirit birit kedalam rumah. Tak lama adik perempuan yang sudah di SMA pulang sekolah dengan mengendarai vespanya. Rupanya jika melihat skippy masih bermain dilapangan disiang hari maka dengan tidak malu, sambil masih diatas vespanya, adik akan berteriak kencang menyuruh pulang. Sampai dirumah Skippy masih harus mendengarkan omelan dan peringatan yaitu: tidak boleh main disiang hari, tidak boleh main dengan anjing kampung, tidak boleh makan sembarangan. Biasanya Skippy hanya diam masuk kedalam rumah lalu tidur.

Tetangga belakang punya anjing jantan yang sudah dikebiri namanya Ninja. Anjing yang sudah dikebiri biasanya badannya menjadi gemuk dari perut kebawah. Suatu hari ibu mengadakan pesta, bisa dipastikan banyak makanan sisa. Saya lihat Skippy mengajak Ninja kerumah. Melalui gang kecil disamping rumah mereka menuju ketempat makan. Ternyata Skippy memberikan jatah makannya kepada Ninja. Itu selalu dilakukan jika banyak makanan dirumah atau Skippy tidak suka makanannya. Setelah makan ia akan mengantar Ninja pulang. Sebuah persahabatan hewan yang menakjubkan.

Skippy bagi kami sangat istimewa. Ia faham bahasa kami. Ia tidak mau makan dengan tempat makan yang kotor. Ia tidak mau makan roti tanpa mentega. Ia tidak mau makan daging mentah, harus sudah dibumbu seperti disemur. Ia adalah teman main adik sejak kecil karena itu hubungan mereka sangat dekat. Mungkin ini ikatan yang terbentuk sejak ia lahir yang mana adik yang mengatur proses menyusu keinduknya. Kalau kami marahi ia hanya diam menundukkan kepala. Kami bicara dengannya laiknya seorang teman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun