Tahun lalu saya berkesempatan mengunjungi beberapa kota di Thailand yaitu Chiang Rai, Chiang Mai, Ayutthaya dan Bangkok. Traveling ala backpacker memudahkan untuk mengeksplor ke empat kota itu, salah satunya makanan. Saya tidak mau mencoba makanan Thai yang itu itu saja yang sudah dikenal umum. Thai dikenal sebagai surga makanan dan street food adalah salah satunya.
Setiap kali bepergian kenegara negara berbahasa keriting, yang menjadi kendala utama adalah menemukan makanan halal artinya makanan yang tidak mengandung babi. Ada makanan yang terlihat halal tapi ternyata dimasak dengan minyak babi misalnya. Di salah satu pusat makanan pinggir jalan Chiang Mai ada pedagang mie yang laris sekali. Mie berisi sayuran dan aneka pilihan daging rebus seperti sapi,ayam dan babi. Masalahnya setiap daging itu akan direbus dikuah yang sama, meski ketika disajikan diberi kuah yang berbeda, yang didalamnya terdapat kaki babi sebagai penyedap. Saya melihatnya secara tidak sengaja ketika pedagang tersebut mengaduk aduk kuah yang mana kaki babi itu menyembul keluar.
Untuk menghindari keraguan biasanya saya selalu bertanya apakah makan itu mengandung babi atau tidak. Beberapa pedagang bahkan langsung mengatakan 'not for you' atas makanan yang saya pilih hanya karena melihat saya berkerudung. Tak segan mereka memberikan pilihan makanan yang lain atau bahkan menunjukkan lapak mana yang menjual makanan halal. Pada akhirnya roti dan buah adalah pilihan yang aman meski membosankan.
Di Golden Triangle, dibelokan jalan menuju parkir kendaraan, ada seorang ibu dengan gerobak kayuh menjajakan makanan. Saya tertarik karena melihat beberapa orang mengerubungi gerobaknya. Asumsi umum kalau banyak pembeli berarti makanan itu enak. Nama makanan yang dijualnya dalam bahasa Thai cukup susah dilafalkan. Berupa mie, suiran daging ayam, semacam sawi, daun bawang, semacam puding yang terbuat dari kacang, daun semacam selada air tapi bau dan rasanya khas sekali. Disiram saus rasa asam pedas dilidah saya jadilah makanan dengan rasa nano nano. Harganya B30. Puding kacangnya terasa kenyal tapi tidak seperti tahu yang kita kenal. Berwarna kuning dan rasanya plain. Saya bertanya tentang daun yang mirip selada air itu. seorang pembeli mengatakan bahwa daun itu bagus untuk menurunkan kolesterol dan rasanya enak sekali. Dia mencontohkan dengan mengambil daun itu banyak banyak dan memakannya dengan lahap. Ibu penjual dengan antusias, tanpa diminta, menambahkan segenggam kedalam mangkuk mie saya. Jujur saya tidak suka daun ini. Terasa aneh dilidah. Belum lagi baunya yang wangi menyengat. Demi menghormati mereka saya coba habiskan perlahan lahan.
Masih banyak street food lain yang lezat apalagi jika anda tidak harus memikirkan kehalalan. Silahkan dicoba jika anda berkunjung ke Thailand. Rasakan kelezatannya sambil menikmati pemandangan senja di bibir Chao Praya.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H