Mohon tunggu...
Octorina Respatiningdyah
Octorina Respatiningdyah Mohon Tunggu... Swasta -

Pelancong jalanan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Thai Street Food Kelezatan yang Menggoda

23 Februari 2016   18:40 Diperbarui: 23 Februari 2016   18:55 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun lalu saya berkesempatan mengunjungi beberapa kota di Thailand yaitu Chiang Rai, Chiang Mai, Ayutthaya dan Bangkok. Traveling ala backpacker memudahkan untuk mengeksplor ke empat kota itu, salah satunya makanan. Saya tidak mau mencoba makanan Thai yang itu itu saja yang sudah dikenal umum. Thai dikenal  sebagai surga makanan dan street food adalah salah satunya.

Setiap kali bepergian kenegara negara berbahasa keriting, yang menjadi kendala utama adalah menemukan makanan halal artinya makanan yang tidak mengandung babi. Ada makanan yang terlihat halal tapi ternyata dimasak dengan minyak babi misalnya. Di salah satu pusat makanan pinggir jalan Chiang Mai ada pedagang mie yang laris sekali. Mie berisi sayuran dan aneka pilihan daging rebus seperti sapi,ayam dan babi. Masalahnya setiap daging itu akan direbus dikuah yang sama, meski ketika disajikan diberi kuah yang berbeda, yang didalamnya terdapat kaki babi sebagai penyedap. Saya melihatnya secara tidak sengaja ketika pedagang tersebut mengaduk aduk kuah yang mana kaki babi itu menyembul keluar.

Untuk menghindari keraguan biasanya saya selalu bertanya apakah makan itu mengandung babi atau tidak. Beberapa pedagang bahkan langsung mengatakan 'not for you' atas makanan yang saya pilih hanya karena melihat saya berkerudung. Tak segan mereka memberikan pilihan makanan yang lain atau bahkan menunjukkan lapak mana yang menjual makanan halal. Pada akhirnya roti dan buah adalah pilihan yang aman meski membosankan.

Di Golden Triangle, dibelokan jalan menuju parkir kendaraan, ada seorang ibu dengan gerobak kayuh menjajakan makanan. Saya tertarik karena melihat beberapa orang mengerubungi gerobaknya. Asumsi umum kalau banyak pembeli berarti makanan itu enak. Nama makanan yang dijualnya dalam bahasa Thai cukup susah dilafalkan. Berupa mie, suiran daging ayam, semacam sawi, daun bawang, semacam puding yang terbuat dari kacang, daun semacam selada air tapi bau dan rasanya khas sekali. Disiram saus rasa asam pedas dilidah saya jadilah makanan dengan rasa nano nano. Harganya B30. Puding kacangnya terasa kenyal tapi tidak seperti tahu yang kita kenal. Berwarna kuning dan rasanya plain. Saya bertanya tentang daun yang mirip selada air itu. seorang pembeli mengatakan bahwa daun itu bagus untuk menurunkan kolesterol dan rasanya enak sekali. Dia mencontohkan dengan mengambil daun itu banyak banyak dan memakannya dengan lahap. Ibu penjual dengan antusias, tanpa diminta, menambahkan segenggam kedalam mangkuk mie saya. Jujur saya tidak suka daun ini. Terasa aneh dilidah. Belum lagi baunya yang wangi menyengat. Demi menghormati mereka saya coba habiskan perlahan lahan.

Sepulang dari Golden Triangle hari sudah malam. Terminal bis 1 Chiang rai sudah berubah menjadi night bazaar. Diujung jalan ada lapak ice cream yang laris. Penjualnya seorang ibu gemuk dengan 2 putrinya yang cantik. Untuk promosi dipasang sebuah  banner yang memajang foto sipenjual dan seorang pejabat. Yang dijual adalah ice cream dengan berbagai varian. Ada ice cream vanilla kelapa muda dengan saus santan. ditemani semacam cendol bulat warna warni. Rasanya manis gurih. Yang istimewa penyajiannya menggunakan batok kelapa kopyor, sangat natural. Harganya B10. Selain ice cream juga dijual semacam minuman angsle. Cendol bulat warna warni sebesar bola kelereng dan telur asin disiram kuah santan panas.  Ternyata telur asin ini juga menjadi salah satu varian ice cream. Rasanya? entahlah karena saya tidak mencobanya. Seorang pemuda disebelah saya mengatakan rasanya kurang enak.

Berkunjung ke Thai belum lengkap jika tidak menikmati jajanan yang satu ini Mango Sticky Rice. Di Chiang Mai area old town ada beberapa penjual yang bisa kita temui. Salah satunya  mangkal di depan sebuah Wat arah ke Tae Pae gate. Jajanan ini terdiri dari ketan kukus yang disiram juruh atau saus santan gurih ditemani mangga manis dengan warna kuning menggoda. Harganya B30. Di Bangkok jajanan ini, yang saya tahu, bisa didapatkan di kawasan backpacker Khao San road.

Hari terakhir di Thai saya mengunjungi Ayutthaya. Kota kecil 1 jam perjalanan dari Bangkok. Balik ke Bangkok hari sudah menjelang malam. Diujung Saladeng road, dibawah MRT Silom, ada sebuah lapak  makanan dikelilingi pembeli para pegawai kantoran. Penjualnya sepasang suami istri yang berbadan gemuk besar. Si istri melayani penjualan makanan sedangkan suaminya melayani pemesanan minuman merangkap waiter.  Ada sepuluh macam makanan berkuah yang ditempatkan dalam basi basi besar. Ada yang berwarna kuning seperti kari dan opor, warna merah seperti ikan masak merah Malay dan beberapa kuah yang mirip warnanya berbeda isi. Ada pilihan daging ayam, daging sapi, sea food dan telur. Untuk karbohidratnya tersedia pilihan bihun dan mie kuning keriting atau bulat. Dari sepuluh macam makanan itu hanya boleh memilih dua campuran saja. Seorang gadis manis menjelaskan bahwa aneka makanan itu no pork. Dia membantu menterjemahkan pilihan saya kepada sipenjual yaitu bihun ceker ayam dengan kuah bola bola sea food (foto kiri atas). Diatas meja ada beberapa pilihan sayuran yang bisa diambil sesukanya. Taoge yang gemuk gemuk baik mentah atau rebus, kangkung rebus yang dirajang kecil, kemangi,  pare rebus, timun iris, sawi asin, cabe kering dan cabe bubuk. Pilihan saya taoge mentah, kangkung rebus, kemangi, timun ditaburi cabe bubuk yang banyak. Rasanya? uenak tenan. Saya betul betul kalap setelah berhari hari hanya makan roti, buah atau makanan instant yang dijual di minimarket sevel. Ditemani segelas es teh yasmin jadilah itu makan malam yang terenak. Lapak ini hanya buka dari pukul 18 - 21. Biasanya sebelum pukul 21 sudah ludes.

Masih banyak street food lain yang lezat apalagi jika anda tidak harus memikirkan kehalalan. Silahkan dicoba jika anda berkunjung ke Thailand. Rasakan kelezatannya sambil menikmati pemandangan senja di bibir Chao Praya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun