Mohon tunggu...
Robby Milana
Robby Milana Mohon Tunggu... -

Pihak kelurahan mencetak KTP saya dengan nama lengkap Robby Milana. Saya benar2 cuma orang biasa aja. Orang bilang, akar rumput. Saya gemar membaca, menulis, mendengar, dikritik dan menelaah apa saja yg singgah di indera-indera tubuh saya. Tidak ada hal yg istimewa dlm diri saya, kecuali saya selalu merasa gelisah menjadi warga Indonesia yg ingin negerinya selalu dihargai negara lain karena kualitas, bukan karena "gaya"-nya.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Membongkar Prasangka

18 Februari 2012   15:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:29 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Pernahkah sebentar saja kita menyadari bahwa setiap orang dr kita memiliki prasangka; prasangka adalah bagian dr struktur personalitas kita. Dng demikian pertanyaannya bukanlah "apakah kita memiliki prasangka?"...melainkan "kepada apakah prasangka kita (yg begitu banyak berseliweran setiap hari) itu?"

Dalam bahasa Inggris prasangka disebut dng prejudice. Sebuah kata yang berasal dari bahasa latin praeiudicium, yang artinya pra-penghakiman.

Kita berprasangka (baik utk menyetujui atau menentang) pd sebuah falsafah, agama, maupun sebuah sistem kepercayaan. Kita berprasangka pada partai politik, sebuah merk jam tangan, suku bangsa, seseorang...atau pada apa saja. Jika ada seseorang membenci Islam, misalnya, barangkali ga ada sesuatu pun yg bs Anda lakukan utk merubahnya; tdk peduli jika Anda menangis, memohon, memberi alasan logis, berteriak, atau mengemis sekalipun.

Sekali lagi saya katakan dng berani bhw setiap orang dr kita memiliki prasangka. Saya pun memiliki prasangka kpd kapitalisme, orang2 fanatik, bahkan kpd bankir dan pemain golf.

Ketika saya berprasangka pada kapitalisme bahwa mereka merusak seluruh tatanan "kemanusiaan" manusia dengan menghisap seluruh kemanusiaan hingga kering, maka uniknya kapitalisme akan berbalik berprasangka kepada saya. Jika saya katakan seharusnya semua anak2 Indonesia tidak ada yg lapar, mendpt perawatan di kala sakit, memperoleh pendidikan yang layak, dan mempunyai tempat berteduh...maka kapitalisme akan berprasangka bahwa gagasan saya itu bernuansa sosialisme.

Ketika saya berprasangka kepada orang2 fanatik dng mengatakan bahwa world view mrk sngt sempit, tekstual dan nyaris mengesampingkan konteks kekinian; maka orang2 fanatik itu akan berbalik berprasangka kepada saya dengan manyatakan bahwa sy adalah anak kandung liberalisme; sy produk Barat, dll.

Ketika saya berprasangka kpd bankir yg sy anggap sebagai para perampok yg merampok orang2 secara legal, para bankir itu akan berprasangka balik pd sy dng mengatakan bhw sy adalah orang2 yg jealous namun pemalas, tdk berprestasi, dan tentu saja miskin. Sy terkadang tdk peduli dng prasangka mrk dan lbh berpihak, mslnya pd perampok sejati semacam Dillinger; Dillinger tdk merampok orang2 miskin, tp dia merampok orang2 kaya yang sudah merampok orang2 miskin. Sy jg lbh suka menyebut para bankir itu sbg "bankster."

Sy jg berprasangka pd pemain golf yang menurut sy mrk lebih peduli pada skor2 golf yang mrk peroleh, dibanding pd jeritan manusia yg kelaparan di samping rumah mrk yg mirip istana. Dan pemain golf (dlm prasangka sy) sama membosankannya dng para bankir. Atau jangan2 memang sebagian pemain golf adalah para bankir, para bankster! Terkadang sy menduga bhw jika Tuhan menghukum mati semua pemain golf di lapangan -semua sekaligus- maka dunia akan ttp berputar.

Terkadang sy ngeri dng prasangka milik sy sendiri, krn sy sadar bahwa orang yg berprasangka pikirannya tdk mempunyai ruang utk hal2 lain. Pertumbuhannya mati. Proses belajarnya terhambat. Lbh buruk lagi, orang yg berprasangka sering cuek dng prasangka mrk dan malah menikmati prasangka itu. Boleh jd prasangka dianggap sbg sebuah kebenaran: kebenaran mrk.

Prasangka sy kpd para bankir yg menganggap mrk hanyalah robot2 yg tak memiliki jiwa sosial dan moral, yg suka mengusir orang2 tak mampu yg telat membayar kredit rumah mrk, dll...blm tentu benar scr faktual. Itu adalah prasangka sy. Bahkan prasangka sy kdng menjadi keterlaluan, "Para bankir itu ga pernah membaca satu buku lagi pun setelah lulus dr PTN, atau bahkan jngn2 tdk pernah sekalipun sebelumnya."

Dan skrng prasangka sy meluas ke kelompok sosial dan politik yg lain: politisi, pejabat pemerintah daerah, anggota parlemen, aktivis LSM, kaum intelektual, atau kpd agamawan yg seringkali bilang, "Mari membunuh demi Tuhan." Utk yg terakhir ini sy sering mengasosiasikan mrk sbg kelompok yg mengalami "dislokasi cinta": mrk mencintai Tuhan tp membenci manusia. Mrk paling gigih memperjuangkan nama Tuhan, sekaligus jg paling gigih mengumandangkan hukuman mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun