Mohon tunggu...
Robby Milana
Robby Milana Mohon Tunggu... -

Pihak kelurahan mencetak KTP saya dengan nama lengkap Robby Milana. Saya benar2 cuma orang biasa aja. Orang bilang, akar rumput. Saya gemar membaca, menulis, mendengar, dikritik dan menelaah apa saja yg singgah di indera-indera tubuh saya. Tidak ada hal yg istimewa dlm diri saya, kecuali saya selalu merasa gelisah menjadi warga Indonesia yg ingin negerinya selalu dihargai negara lain karena kualitas, bukan karena "gaya"-nya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Melulu Bicara Soal Moral; Ini Prioritas!

20 Maret 2012   07:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:43 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sudah lama sekali dalam salah satu lirik lagunya Iwan Fals mengatakan, ".....jangan bicara soal runtuhnya moral. Mari bicara tentang berapa banyak uang di kantong kita." Ini lirik yg dasyat. Bernada ironi dan pny kandungan menyindir yang kuat. Mari kita terjemahkan ke "alam nyata."

Seringkali setiap MUI mengeluarkan fatwa, masyarakat langsung terlibat pro dan kontra; polemik yg kadang bersifat konta-produktif. Saya tidak sedang menyalahkan MUI, tp mempersoalkan efek yg ditimbulkan oleh tindakan MUI.

Yang terbaru adalah fatwa haram MUI atas Lady Ga-Ga (mungkin karena bukan Lady Ya-ya). Lady Gaga itu porno, menurut MUI, krn itu diharamkan kedatangannya. Alasan lain, cuma pemanis fatwa saja.

Seruan MUI adalah seruan moral. Bagus di satu sisi. Tapi apakah efektif dalam kondisi bangsa yg saat ini serba semrawut dng berbagai tekanan moral, sosial, ekonomi dan juga politik? Tidak. Fokus masyarakat terpecah pd banyak hal. Dan fokus utama terarah pada tuntutan makan dan perolehan keadilan yg semakin sulit mereka dapatkan. Ketika urusan makan dan keadilan tak kunjung mereka dapatkan, maka seruan moral, sebaik apapun itu, cenderung tidak akan digubris.

Ada sebuah dongeng di era Orde Baru: Ketika korupsi yg dilakukan pemerintah menyedot hampir 40% dana APBN setiap tahun, maka pemerintah perlu melakukan "hipnotis" kepada masyarakat agar masyarakat tdk terlalu "ngeh" dengan korupsi yg pemerintah lakukan. Hipnotis itu sering disebut oleh sebagian orang sebagai "politik ventilasi"....yakni memberikan saluran udara pada pengapnya ruang ketidakpuasan di tengah masyarakat. Masyarakat perlu ventilasi supaya tidak memberontak, itu intinya.

Maka munculah klenik, pornografi dan judi sbg bentuk konkret politik ventilasi. Terbukti berhasil; politik ventilasi menghipnotis masyarakat menjadi lupa dan mencandu pada berbagai aktivitas yg mengarah pd krisis moral. Bahkan musik dangdut pun ditunggangi pemerintah agar semakin identik dengan porno.

Jika para "moralis" (yg berbasis pd institusi keagamaan) bergerak ke tengah masyarakat dengan cara menyerukan "Hentikan klenik, porno dan judi!" maka yg mereka lakukan adalah memangkas puncak gunung es. Sementara di bagian bawah gunung, ada dasar yg maha luas dan itu tak tersentuh. Dng kata lain, seruan pemberantasan klenik, porno dan judi tidak substansial. Itu hanya kulit.

Jika moral merupakan kekuatan bangsa dan negara ini, tentu sudah sejak lama Indonesia menjadi negara maju yg makmur. Krn bukankah di negeri ini banyak sekali bertebaran para "moralis" dari Aceh hingga Papua? Tapi kenyataannya, negeri ini tersungkur lumayan dalam. Moral, dengan demikian, tidak memberikan pengaruh signifikan dlm dunia yg serba materialitis ini.

Harusnya para moralis itu menyerukan secara radikal "Tumpas korupsi!"...ini baru substansial. Memangkas bagian dasar puncak gunung es, bahkan hingga ke akarnya. Karena memang semua persoalan krisis moral yg disebutkan di atas berasal dr korupsi.

MUI ingin bangsa ini menjadi baik secara moral, itu bagus. Hanya tindakannya perlu lebih mengakar. Percuma serukan "stop pornografi dan porno aksi" krn porno merupakan "hiburan" bagi masyarakat yg sumpek; hiburan bagi mereka utk melarikan diri dari kesulitan ekonomi, ketidakpuasan politik, keterasingan sosial dan tuntutan2 keadilan.

Kalo mau urusan moral masyarakat menjadi baik, maka jangan melulu bicara soal moral saja. Mari sama2 kita juga bicara soal penegakan hukum (maaf, mksdnya bukan hukum dlm konteks fiqh). Saat penegakan hukum yg adil berjalan, kita mulai perkuat lg bicara soal moral; intensitasnya, kualitasnya, sasarannya. Saat korupsi terkikis, dan masyarakat mulai tdk lg menganggur, kemiskinan berkurang, kelaparan tereliminir, gizi buruk diminimalisir, maka persoalan moral akan semakin diminati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun