Mohon tunggu...
Robby Milana
Robby Milana Mohon Tunggu... -

Pihak kelurahan mencetak KTP saya dengan nama lengkap Robby Milana. Saya benar2 cuma orang biasa aja. Orang bilang, akar rumput. Saya gemar membaca, menulis, mendengar, dikritik dan menelaah apa saja yg singgah di indera-indera tubuh saya. Tidak ada hal yg istimewa dlm diri saya, kecuali saya selalu merasa gelisah menjadi warga Indonesia yg ingin negerinya selalu dihargai negara lain karena kualitas, bukan karena "gaya"-nya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gagalnya Pemberontakan Dari Bawah Laut

28 Mei 2010   10:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:54 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Para nelayan itu tersenyum melihat jaring dan pukat mereka penuh berisi ikan dengan berbagai bentuk dan ukuran. Di dalamnya ada tuna, cakalang bahkan teri. Segerombolan elang laut berputar-putar di atas perahu nelayan. Wajah mereka tampak iri melihat begitu banyak ikan yang masuk ke jaring nelayan. Tapi para elang itu masih maklum. Mereka menganggap nelayan-nelayan itu masih baik pada laut.

Berjarak sepuluh kilometer dari lokasi tadi, para nelayan lain juga sedang berpesta pora. Mereka menangkapi ikan dengan suka cita. Namun bedanya, nelayan ini menggunakan bahan peledak. Di permukaan air laut tampak jasad-jasad ikan mati mengambang. Jauh di bawah, terumbu karang ikut terkena dampak bahan peledak itu.

Pemimpin nelayan tampak agak kurang puas dengan hasil yang mereka dapat. Pemimpin nelayan ingin ikan-ikan besar. Maka mereka bergeser lebih ke tengah. Konon di wilayah itu terdapat banyak ikan hiu. Mulailah sepuluh bahan peledak dipasang. Tidak lama terdengar sembilan kali ledakan yang memuncratkan air ke udara. Satu bahan peledak sepertinya tidak meledak dan terus meluncur turun ke bawah laut, dan karam.

Di bawah laut, keruhnya air yang bercampur pasir, serpihan karang dan sisa mesiu menjadi satu menghalangi pemandangn. Segerombolan ikan hiu kabur, lalu sembunyi di balik sebuah bangkai kapal. Mereka memandangi kerajaan mereka yang kini porak poranda. Sanak saudara mereka beberapa mati lalu mengambang ke permukaan. Seekor hiu muda tampak marah sekali. Melihat suasana aman, hiu muda itu mendekat ke tempat ledakan tadi. Hiu-hiu lain khawatir melihat ulahnya. Apa yang dicarinya? Tidak lama, hiu muda itu kembali sambil menggigit sesuatu di mulutnya. Peledak!

Saat malam, para hiu berkumpul dan bersidang. Pemimpin sidang membuka suara, "Kita harus melakukan perlawanan. Kita mesti memberontak!"

Hiu-hiu lain tampak bersemangat. Mereka kemudian menyusun rencana. Dan rencana besarnya adalah akan meledakkan perahu nelayan dengan bahan peledak yang ditemukan hiu muda tadi. Senjata makan tuan. Para hiu tersenyum membayangkan apa yang akan terjadi.

Di atas, para nelayan sedang berdiskusi untuk melakukan invasi esok pagi. Mereka tampak sangat bersemangat. Seorang nelayan berucap, "Hiu akan memberi kita kekayaan." Konon, hati ikan hiu dapat dijadikan bahan dasar pembuat kosmetik yang harganya sangat mahal.

Paginya, para nelayan mulai melemparkan bahan-bahan peledak kembali. Dentuman menggelegar diiringi muncratan air laut ke udara. Ikan-ikan yang kebetulan lewat segera menjadi almarhum. Para nelayan tertawa.

Di bawah, para hiu yang sudah terorganisir menatap geram kejadian itu. Mereka kemudian mendekati perahu nelayan secara bergerombol. Hiu muda berada paling depan sambil membawa bahan peledak yang sudah dimasukkan ke dalam bangkai hiu. Rencananya adalah, membiarkan nelayan mengambil bangkai hiu yang sudah diisi bahan peledak itu. Mereka membayangkan hiu yang berisi peledak itu akan dibawa ke perkampungan nelayan, lalu meledak di sana. Banyak manusia yang akan mati. Para hiu sudah merekayasa bahan peledak itu agar meledak sesuai rencana mereka.

Saat semakin dekat dengan perahu nelayan, hiu muda yang berada paling depan dan membawa peledak menghentikan gerakkannya. Lalu dia menoleh ke arah hiu-hiu lain. Wajah hiu muda itu mendadak tidak lagi beringas. Hiu-hiu lain bertanya-tanya mengenai perubahan yang terjadi.

Dengan suara pelan, hiu muda itu meminta untuk membatalkan rencana mereka. Hiu muda tidak ingin ada manusia mati. Dengan alasan yang masuk akal, hiu-hiu lain kemudian menyetujuinya. Lalu mereka bergerombol berenang menjauhi perahu dan sembunyi dibalik bangkai kapal. Mereka kemudian saling tersenyum karena telah membatalkan pemberontakan mereka.

Hiu-hiu itu dapat membedakan mana hal baik dan buruk, meski mereka belum mengenal apa itu prikemanusiaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun