Tidak ada hingar bingar di sini. Cuma ada empat orang pemuda di sebuah rumah sederhana dan di depan televisi 21 inch. Namun kami punya cerita ketika nonton bareng pertandingan semifinal antara Uruguay vs Belanda. Saya tahu bahwa kisah ini terlalu sederhana. Tidak ada keramaian, tidak ada pengamat sepak bola, tidak ada kuis dan tidak ada kamera. Ini cuma nonton bareng ala kami.
Sejak jam 10 malam kami sudah berkumpul di rumah saya di Pamulang untuk menyaksikan pertandingan semifinal yang banyak ditunggu para penggila bola. Sebungkus kacang asin, keripik singkong dan gorengan yang terdiri dari bakwan, tahu isi serta tempe telah kami siapkan. Sebelum pertandingan dimulai, kami berempat mulai mengobrol mengenai pertandingan yang akan dilangsungkan nanti pagi pukul 1.30 WIB. Karena kami berempat hanya anak-anak muda slengean, maka obrolan seputar pertandingan Uruguay vs Belanda pun slengean. Hanya ada satu orang diantara kami yang paham dunia persepakbolaan, yakni Erik.
Fokus pembicaraan kami pada prediksi siapa yang akan menang dan siapa jagoan yang kami pilih. Namun saya juga menyisipi sedikit pembicaraan bahwa listrik di sekitar sini kadang suka mati. Ketiga teman saya langsung protes. Mereka akan menyiksa saya jika benar listrik mati. Saya bilang, walau listrik mati tapi masih bisa menonton melalui handphone Cina. Kalau kurang puas, lihat saja siaran tundanya besok atau lihat beritanya di koran Kompas. Beres. Mereka melotot. Saya meringis.
Bungkusan kacang dibuka, bungkusan keripik singkong disobek. Sambil nyemil kami memulai obrolan mengenai pertandingan. Lampu ruangan tempat menonton sengaja kami pasang yang redup saja agar tampak suasana seperti di cafe. Rencananya kami ingin menyalakan speaker aktif supaya keluaran audio dari pertandingan lebih terasa. Tapi terus terang saya takut para tetangga protes.
Erik selalu yang menjadi pembuka percakapan jika urusan bola. Sejak awal dimulainya World Cup 2010, Erik memang sudah menjagokan Belanda. Ketika Belanda masuk semifinal, maka sombongnya tidak terbilang. Dan dia sangat PD bahwa Belanda akan menghabisi Uruguay pagi ini. Keluarlah analisanya yang panjang dan lebar. Erik memulai analisanya tentang keunggulan team Belanda dengan mengungkap strategi pemain, materi pemain, dan kehebatan masing-masing individu. Dia menduga bahwa jagoannya, Sneijder, akan menyarangkan satu gol ke gawang Uruguay. Saya yang paling awam diantara teman-teman cuma mengangguk-angguk. Jujur, saya cuma paham 5 persen ucapan yang Erik katakan itu.
Angga merasa kesal dengan Erik. Dia yang menjagokan Uruguay tidak terima team jagoannya dibilang akan dihabisi. Lalu keluarlah analisanya yang panjang dan lonjong. Jelas analisa Angga cuma analisa seorang penikmat bola. Kurang mendalam dan kurang informatif.
Saya bertanya kepada Angga, "Dari tadi gua engga paham analisa elu. Gua cuma mau tau kenapa elu dukung Uruguay?" Angga menjawab singkat, "Karena gua engga suka mendukung Belanda."
Kami semua heran dan saling pandang, "Kenapa begitu?" tanya saya lagi. Angga jawab, "Ingat sejarah bro. Kita baru merdeka 65 tahun. Masa sudah lupa penjajahan 350 tahun!" Suaranya terdengar penuh tekanan. Saya menduga itu emosi sekaligus mungkin semangat nasionalisme. Kami tertawa sebentar mendengar jawaban Angga. Tapi kemudian kami mengangguk-angguk. Masuk akal juga alasannya. Tapi ini kan cuma olah raga dan cuma permainan. Adakah hubungan yang signifikan dengan sejarah penjajahan Belanda di masa lalu? Ah, mungkin itu karena kami memang slengean.
Saya menoleh ke arah Agus. Saya tanya, "Elu jagoin siapa?" Agus menjawab cepat, "Uruguay." Mendadak Angga menepuk bahu Agus. "You are my bro."
Agus cuma mencibir. "Tapi alasan gua beda sama elu, bro. Gw ga milih Uruguay karena faktor sejarah negara kita."
Kami bertiga senyum-senyum melihat gaya bicara Agus yang sok diplomatis. "Terus karena apa?" Tanya Angga.
"Engga tau kenapa, gua selalu suka memilih sesuatu yang kecil, yang diremehkan atau yang dimarginalkan. Sebelumnya gua dukung team dari negara-negara Asia. Setelah mereka gugur, gua beralih milih negara-negara dari Afrika. Mereka juga gugur. Cuma tinggal Amerika Latin harapan gua menjatuhkan pilihan. Gua udah komit engga mau pilih negara-negara Eropa yang jelas sudah hebat, jago dan diunggulkan. Gua senang milih yang lemah, yang underdog. Kalo yang kuat menang itu biasa. Tapi kalo yang lemah menang, itu luar biasa. Uruguay sebetulnya bukan termasuk team yang lemah. Tapi dalam pertandingan ini dia tidak diunggulkan. Sama aja kan?"
Kontan kami bertiga tertawa terbahak. Ini alasan paling lucu abad ini. Tapi kami paham juga bagaimana kualitas Agus. Kami tahu dia orang yang sangat sosialistik, cenderung sosialis. Sukanya selalu pada yang marginal, pada yang periferal.
Saya mulai menyimpulkan bahwa ketiga teman saya itu saling berbeda dalam menentukan team jagoannya. Erik memilih karena pengetahuannya yang cukup banyak mengenai dunia sepak bola, Angga memilih karena faktor nasionalisme dan Agus karena faktor orientasi sosialistiknya yang sudah mendarah daging. Sah-sah saja. Semua punya keleluasaan untuk memilih. Lagi pula kami slengean. Cuma ingin turut memeriahkan Piala Dunia saja.
Kini mereka betiga menoleh ke arah saya, "Elu jagoin siapa?"
Saya agak gugup. Saya betul-betul tidak tahu harus memilih siapa. Materi pemainnya saja saya tidak tahu. Saya sangat buta dengan dunia sepak bola. Maka sebisanya saja saya jawab, "Gua jadi penikmat aja deh. Siapapun yang menang engga ngaruh. Engga bisa memberi perubahan pada dunia sepak bola tanah air. Yang penting kan kita bisa nonton bareng."
Mereka kompak teriak, "Engga di sana, engga di sini, elu golput mulu!!!" Kami berempat kemudian tertawa terbahak. Suasana yang hangat, sehangat kopi yang baru saja kami buat.
Ketika pertandingan dimulai, ketiga teman saya mulai mengambil posisi masing-masing. Erik tidur terlentang di atas sofa, Angga tiduran di karpet bawah bersama Agus, sementara saya duduk di tengah-tengah mereka sambil meneguk kopi.
Saat lagu kebangsaan Belanda dinyanyikan, Erik bergaya mengikutinya. Tapi mirip pun tidak. Menurut Agus, Erik menggunakan bahasa Belanda Cijantung. Sementara saat lagu kebangsaan Uruguay yang dinyanyikan, Angga langsung ikut bernyanyi. Namun aneh, saya merasa dia bukan sedang menyanyikan lagu kebangsaan Uruguay, melainkan lagu Indonesia Raya. Kami tertawa-tawa melihat tingkah laku Angga. Ini absurd.
Peluit ditiup. Pertandingan dimulai. "Ini pertandingan antara David dan Goliath, " Ucap saya.
Erik langsung protes. Belanda memang raksasa, tapi Belanda pasti menang, katanya. Tidak seperti Goliath. Dan memang sepanjang pertandingan kami berempat saling mencibir. Tentu yang paling banyak diserang adalah Erik. Paling tidak dia melawan dua orang pendukung Uruguay yang ternyata sangat cerewet.
Saat Giovanni van Bronckhorst membuka gol pertama, Erik langsung bangkit dan berjoget meledek Angga dan Agus. Mereka berdua cuma cemberut. Habis mau bagaimana lagi. Gol yang baru saja masuk sangat bagus, tidak ada kontroversi dan sah. Bayangkan, van Bronckhorst menyarangkan bola dari jarak sekitar 35 meter dan tidak mampu ditepis kiper Muslera. Sebuah gol yang fantastis.
Namun ketika Diego Forlan menyamakan kedudukan empat menit kemudian, Erik langsung bungkam. Gol yang tidak kalah cantiknya dengan gol yang dilakukan Van Bronckhorst. Ganti Angga dan Agus yang berjoget. Ibu saya langsung bangun dan keluar dari kamar. Mungkin dia kira ada ribut-ribut kebakaran. Tapi setelah tahu apa yang sedang terjadi, dia balik lagi ke kamar berkata sedikit pun.
Babak pertama usai. Kami mengobrol lagi dan mempertajam prediksi. Rupanya Analisa Erik semakin tajam dan masuk akal bahwa Belanda akan megeluarkan strategi serangan yang mengejutkan pada babak kedua. Sementara pendukung Uruguay tidak banyak bicara. Mereka mulai khawatir melihat para pemain Uruguay yang mulai tampak "malas". Apalagi melihat kondisi Forlan yang seperti kurang fit. Konon Forlan baru sembuh dari cidera.
Babak kedua dimulai. Suasana di lapangan hijau dan di dalam rumah saya semakin panas. Lempar-lemparan cemooh semakin intens. Mungkin karena terkejut oleh gol penyeimbang Forlan, Belanda kemudian meningkatkan serangannya setelah turun minum. Untuk mempertajam penyerangan, Rafael van der Vaart pun dimasukkan pelatih Bert van Marwijk. Kehadiran Van der Vaart belum memberikan dampak berarti di awal babak kedua. Justru serangan Uruguay yang kerap mengancam gawang Stekelenburg.
Pada menit 70 Belanda akhirnya mampu kembali unggul berkat tendangan Wesley Sneijder yang sempat membentur salah seorang pemain Uruguay sehingga mengecoh Muslera. Gol ini membuat Sneijder memimpin daftar pencetak gol terbanyak dengan lima gol sama dengan torehan David Villa dari Spanyol. Dan cemooh Erik meledak ketika Wesley Sneijder membobol gawang Uruguay itu. Skor berubah menjadi 2-1. Erik berteriak-teriak, "Der Oranje! Der Oranje!"
Erik semakin menyombong ketika tidak berselang lama Arjen Robben kembali menambah skor untuk Belanda. Angga dan Agus benar-benar bungkam sekarang. Wajah mereka ditekuk menjadi persegi lima. Erik bergembira di atas penderitaan orang lain. Dia berjoget-joget sambil menggumamkan lagu Wavin Flag.
Uruguay masih belum menyerah. Di masa injury time menit pertama, Uruguay memperkecil kedudukan lewat tendangan mendatar Maxi Pereira yang meneruskan tendangan Walter Gargano. Sayang waktu yang tersedia tak cukup mengejar satu gol lagi. Saat Maxi Pereira menambah skor untuk Uruguay, Angga dan Agus sudah tidak tertarik lagi. Mereka yakin Uruguay akan kalah, mengingat waktu yang sudah semakin tipis. Dan ternyata benar. Hingga pertandingan usai, skor 3-2 untuk kemenangan Belanda tidak tergeser lagi. Belanda maju ke babak final.
Belanda mengakhiri penantian panjang mereka selama 32 tahun untuk menembus laga puncak di Piala Dunia. Tiket final akhirnya berhasil digenggam. Dengan demikian, partai puncak bakal mempertemukan dua tim yang berasal dari Benua Biru Eropa. Keberhasilan menjejak final ini adalah yang pertama bagi Belanda sejak tahun 1978. Kala itu, diarsiteki oleh Ernst Happel, pasukan Oranye masuk ke final tapi ditaklukkan oleh Argentina. Empat tahun sebelumnya, keagungan Belanda menyihir dunia dengan total footballnya. Dimotori Johan Cruyff, Belanda untuk pertama kalinya menjejak partai puncak. Namun gelar juara dunia gagal mereka raih karena mereka dihentikan Jerman Barat. Namun setelah kebesaran era 1974 dan 1978, Belanda sempat redup dengan tidak lolos kualifikasi di Piala Dunia 1982 dan 1986. Prestasi terbaik mereka cuma jadi peringkat keempat di Piala Dunia 1998.
Walaupun pertandingan sudah usai, namun ternyata kemeriahan kami belum usai. Erik menantang unjuk prediksi. Pertama, Erik menantang prediksi siapa yang akan menang pada pertandingan antara Jerman vs Spanyol besok. Dan kedua, prediksi siapa yang akan menang pada babak final nanti melawan Belanda.
Pada prediksi pertama Erik abstain. Dia cuma akan menjagokan Belanda. Karena besok yang bertanding adalah Jerman vs Spanyol, maka dia tidak menjagokan satupun. Baginya, siapapun yang menang besok akan menjadi musuh Belanda. Dan keduanya merupakan team berat.
Agus memprediksi Jerman yang akan menang. Bahkan dia memprediksi bahwa Jerman yang akan membawa pulang piala WC 2010. Erik nyeletuk, "Prediksi elu bakal sama dengan malam ini."
Angga memilih Spanyol. Menurutnya materi pemain Spanyol lebih menjanjikan. Tapi dia menegaskan bahwa dia cuma memprediksi, tidak menjagokan. Menurut dia, team yang harus dia jagokan sudah habis. "Gua komit ga akan menjagokan Eropa tahun ini."
Sementara saya menduga sama seperti Agus, besok Jerman yang akan menang. Saya tidak punya alasan apa-apa. Saya cuma mengatakan itu berdasarkan feeling.
Pembicaraan masih berlanjut hingga ke dapur. Karena perut menuntut, maka kami berempat memasak mie. Sebetulnya yang memasak cuma saya, mereka bertiga hanya menemani. Atau lebih tepatnya mengganggu. Bagaimana tidak mengganggu, baru saja gas saya nyalakan, Erik nyeletuk bahwa tabung gasa saya akan meledak. "Lagi musim loh tabung meledak." Katanya sambil tertawa.
"Kalo tabung ini meledak, besok kita semua engga akan liat pertandingan Jerman vs Spanyol." Erik langsung diam.
Setelah mie matang, kami berempat melahapnya di ruang tv sambil menyaksikan kesimpulan-kesimpulan para pengamat. Menurut saya, analisa yang dilakukan oleh Erik tadi banyak yang mirip dengan yang diutarakan oleh para pengamat.
"Baiklah, mari kita bahas pertandingan antara Jerman dengan Spanyol." Kata Erik. "Gw akan memberikan sedikit analisa gua walaupun gua malas melakukannya."
Erik lalu mengoceh. Menurutnya ada aroma "balas dendam" antara Jerman kepada Spanyol besok. Sejarah menggoreskan tinta hitam kepada Jerman ketika dalam laga Euro 2008 Jerman berhasil dikalahkan Spanyol 1-0, dan Spanyol berhasil menjadi penguasa Benua Biru Eropa.
Erik kemudian membahas track record kedua team. Dalam piala dunia 2010 ini Spanyol harus bersusah payah melewati babak penyisahan group. Sempat kalah dari Swiss di pertandingan perdana, meski akhirnya berhasil melaju hingga babak semi final setelah mengandaskan perlawanan alot tim underdog amerika selatan, Paraguay dengan skor tipis 1-0. Dalam perjalanannya menuju babak 4 besar, tim Matador ini relatif miskin akan gol.
Berbeda dengan Jerman. Meski sempat kalah melawan Serbia 1-0, namun memasuki babak 16 besar, Jerman secara meyakinkan mendepak Frank Lampard cs pulang lebih awal secara mempecundangi tim Tiga Singa dengan skor telak 4-1. Begitu juga ketika di babak 8 besar. Jerman menyudahi perlawan tim Favorit juara, Argentina, dengan skor fanatastis, 4-0. Jerman satu-satunya tim dengan rekor mencetak gol fantastis!
Kemudian Erik membahas materi pemain. Kedua team memiliki pemain yang bagus. Namun menurutnya Spanyol lebih banyak memiliki pemain bintang. Namun Jerman itu kuat. Jerman memiliki organisasi permainan yang rapi dan ditunjang oleh kecepatan Thomas Muller disisi kanan, Mozet Ozil di penyerang lubang, dan Podolski di kiri, Jerman adalah sebuah tim yang sangat menakutkan.
Untuk dapat mengalahkan Der Panzer, pelatih Vicnente Del Bosque harus menginstruksikan kepada Xavi Hernandez cs untuk dapat menguasai bola selama mungkin. Dengan begitu, mereka dapat mengirimkan umpan-umpan brilian kepada David Villa untuk dapat melepaskan diri dari kawalan back Jerman yang terkenal tangguh untuk mencuri point lebih dulu. Intinya, menurut Erik, Spanyol harus mencetak gol lebih dulu untuk dapat berpeluang mengulang sukses 2 tahun lalu ketika mengalahkan Jerman di Final Euro 2008.
Lagi-lagi Erik menegaskan bahwa Jerman adalah team kuat. Mereka memiliki mental juara. Dan Jerman merupakan tamu rutin Piala Dunia. Piala Dunia 2010 merupakan partisipasi ke-17 mereka. Jerman hanya absen pada 1930 dan 1950. Hingga kini, Jerman menjadi salah satu negara paling sukses dalam ajang piala dunia. Gelar juara untuk kali pertama dicicip pada piala dunia di Swiss tahun 1954 dan dilengkapi gelar kedua saat Piala Dunia 1974 digelar di tanah sendiri. Pada 1990, Jerman mengulangi keberhasilan dengan bermaterikan para pemain yang bermain di Serie A Italia. Piala Dunia terakhir digelar di markas mereka, empat tahun lalu, dan Jerman berhasil tampil mempesona sekaligus menggondol gelar juara ketiga.
Jerman memenangi persaingan dari Rusia untuk memuncaki Grup 4 kualifikasi zona Eropa dan lolos otomatis ke Afrika Selatan. Pasukan Joachim Loew adalah satu dari lima tim Eropa yang tak menderita kekalahan di babak kualifikasi. Mental Jerman selalu bicara pada saat-saat sulit. Mereka menaklukkan Rusia 2-1 di Dortmund dan menenangi laga di Moskwa, 1-0. Inilah kunci tiket otomatis Jerman. Jerman kini meletakan harapan lolos ke Piala Dunia 2010 di pundak Cacau, striker baru yang akan menggantikan peran Miroslav Klose di lini depan. Ghana ingin tidak lagi mencetak gol dari titik penalti. Jerman mengawali laga Piala Dunia 2010 dengan performa gemilang saat mengempaskan Australia empat gol tanpa balas. Ghana beruntung mengalahkan Serbia lewat gol penalti Asamoah Gyan. Di pertandingan kedua, Jerman di luar dugaan dikalahkan Serbia. Ghana susah payah menahan Australia, yang kehilangan satu pemain, 1-1.
Erik memberikan prediksi bahwa Jerman akan unggul 2-1 melawan Spanyol. Angga protes. Menurutnya Spanyol akan unggul. Trauma Jerman dua tahun lalu akan terbawa pada piala dunia sekarang. Ini memberikan pengaruh kuat bagi kedua team; Jerman akan menjadi "over-defensive", sementara bagi Spanyol hal itu akan memberikan kepercayaan diri. Dengan pengetahuan yang terbatas, Angga memaksakan diri untuk memberikan analisa dan prediksi.
Menurut Angga, periode saat ini adalah masa keemasan sepakbola Spanyol. Selain fenomena Barcelona yang begitu dominan di level klub, tim nasional Spanyol juga tampil memikat sejak memenangi Piala Eropa 2008. Melanjutkan sukses besar di Austria-Siwss, skuad La Roja lolos ke putaran final Piala Dunia 2010 dengan nilai sempurna dari 10 pertandingan. Rekor fantastis ini hanya dinodai oleh kegagalan Spanyol menjuarai Piala Konfederasi 2009 setelah dikalahkan Amerika Serikat di semifinal.
Spanyol merupakan salah satu tim yang istimewa. Tim yang kini menghuni rangking teratas FIFA ini selalu menyuguhkan permainan sepakbola indah dengan umpan-umpan pendek yang atraktif. Dilihat dari segi materi pemain, Spanyol memiliki segudang pesepakbola dengan bakat alami yang luar biasa. Seluruh lini memiliki kekuatan yang relatif merata dan seimbang. Oleh karena itu kualitas tim keduanya pun tidak berbeda jauh dengan tim utama. Tim akan dipimpin oleh Iker Casillas. Salah satu kiper terbaik dunia ini memiliki reflek yang sangat baik sehingga sering kali melakukan penyelamatan gemilang.
Jantung pertahanan Spanyol akan dikomando oleh Carlos Puyol. Bek Barcelona ini terkenal akan kedisiplinan dan keuletannya dalam menjaga pemain lawan. Bersama Joan Capdevila, Sergio Ramos dan Carlos Marchena akan menjelma menjadi benteng pertahanan yang sulit ditembus lawan. Di lini tengah, Spanyol miliki sederet gelandang terbaik dunia. Xavi, Andres Iniesta, Xabi Alonso, David Silva dan Marcos Senna siap menyuplai bola ke barisan depan. Sementara posisi striker akan diisi oleh duet maut David Villa dan Fernando Torres yang selalu menjadi mimpi buruk lawan.
Pengalaman pelatih Vicente del Bosque dalam sepakbola telah diakui oleh seluruh dunia. Del Bosque telah mengantarkan Real Madrid meraih segalanya di level klub. Selama 1999-2003 di bawah asuhannya, El Real meraih 7 titel juara. Dengan didukung oleh materi pemain dengan kualitas nomor wahid, Del Bosque diharapkan dapat meneruskan prestasi Luis Aragones yang membawa Spanyol menjadi kampiun Eropa, dengan menjuarai Piala Dunia 2010.
Kami semua sepakat untuk kembali berkumpul esok malam untuk membuktikan prediksi siapa yang akan menang. Kami tidak terlalu memikirkan soal apakah analisa kami benar atau tidak. Kami hanya ingin mendapatkan suasana fun. Namun fun tidak harus diikuti dengan berjudi. Cukup saling menebak dan saling mencibir. Rencananya, besok kami akan menyaksikan pertandingan Jerman vs Spanyol di rumah Angga, di Lebak Bulus. Angga berjanji akan mempersiapkan suasana ala cafe yang sejati.
"Besok kita nonton di lantai atas. Dengan suasana alam terbuka, kita akan lebih fresh nonton bareng. Dan gua rasa, Jerman akan unggul."
Kami tertawa lagi. Dan Agus menawarkan diri untuk menyediakan rumahnya pada pertandingan final nanti. Namun kami belum memutuskan. Karena sepertinya ada rencana lain untuk menonton final di Cilandak Town Square.
"Biar lebih afdol, kita tentukan rencana nonton bareng final nanti aja di rumah Angga." Sahut Erik.
Kemudia saya mengantar teman-teman ke depan. Adzan subuh sudah terdengar dari empat penjuru angin. Mata kami sudah sayu, namun kami puas. Ketiga teman saya sungkan untuk menginap. Mereka memutuskan untuk pulang.
"Ntar kan kita kerja bro." Kata Angga.
Saya yakin nanti pagi di kantor masing-masing kami akan sayu karena mengantuk. Namun mungkin pimpinan akan mengerti. Ini kan ajang empat tahun sekali.
Sebelum berpamitan, kami mengumpulkan uang patungan untuk membeli bekal makanan besok malam. Semua uang dikasih ke Angga, biar nanti dia yang berbelanja.
Mereka pamit. "Kita ketemu lagi besok, bro." Kata saya sambil melepas kepulangan mereka.
World Cup, menurut saya seharusnya disikapi seperti itu. World Cup merupakan ajang yang menghibur, bukan ajang saling menumpahkan emosi yang berujung pada hal negatif. Toh, lagi pula siapapun team yang akan menang tidak akan memberikan pengaruh pada persepakbolaan Indonesia.
Namun di dasar hati yang paling dalam, saya dan teman-teman selalu berharap bahwa team sepak bola tanah air dapat menjadi salah satu team yang memeriahkan piala dunia. Ada rasa kebanggaan jika team nasional bisa masuk piala dunia. Dan tentu, kami akan mendukung sepenuh hati.
Salam sepak bola...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H