Mohon tunggu...
Reski Suci Utami
Reski Suci Utami Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister

Hobi: Menyanyi, Masak, Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Gangguan Psikologis, Depresi, dan Kecemasan pada Korban Pelecehan Seksual

16 November 2024   21:08 Diperbarui: 16 November 2024   21:16 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa itu Pelecehan Seksual?

Pelecehan seksual adalah bentuk kekerasan yang tidak hanya merusak tubuh fisik, tetapi juga menimbulkan dampak psikologis yang sangat mendalam. Korban pelecehan seksual sering kali berjuang dengan gangguan psikologis yang bisa berlangsung lama, bahkan seumur hidup. 

Stres, depresi, dan kecemasan adalah tiga dampak psikologis yang paling umum dialami oleh korban pelecehan seksual. Berikut pembahasan terkait bagaimana ketiga gangguan ini muncul pada korban, serta bagaimana mereka dapat mempengaruhi kehidupan korban dalam jangka panjang.

Pelecehan Seksual dan Trauma Psikologis

Pelecehan seksual dapat terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari komentar atau perilaku seksual yang tidak diinginkan hingga kekerasan fisik. Meskipun dampak fisik dari pelecehan seksual dapat langsung terlihat, trauma psikologis yang ditimbulkannya seringkali lebih sulit dikenali. 

Ketika seseorang mengalami pelecehan seksual, mereka bisa merasa terhina, kehilangan kendali, dan terperangkap dalam perasaan ketidakberdayaan yang mendalam.

Dalam banyak kasus, korban pelecehan seksual tidak hanya berjuang dengan trauma jangka pendek, tetapi juga berisiko mengalami gangguan psikologis jangka panjang. Beberapa gangguan tersebut termasuk stres, depresi, dan kecemasan, yang bisa sangat mengganggu kualitas hidup mereka.

1.  Stres Pascatrauma (PTSD)

Gangguan Stres Pascatrauma (PTSD) adalah salah satu gangguan psikologis yang paling umum dialami oleh korban pelecehan seksual. PTSD terjadi ketika seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang mengancam keselamatan fisik atau emosional, dan peristiwa tersebut meninggalkan jejak trauma yang mendalam dalam pikiran mereka.

Pada korban pelecehan seksual, stres pascatrauma bisa timbul akibat kilas balik (flashback) yang membawa mereka kembali ke saat-saat pelecehan. Ini bisa terjadi kapan saja, sering kali tanpa peringatan, dan dapat membuat korban merasa seperti mereka kembali mengalami peristiwa traumatis itu. Gejala PTSD yang sering muncul pada korban pelecehan seksual meliputi:

  • Kilas balik atau "flashback" yang mengingatkan mereka pada peristiwa pelecehan.
  • Mimpi buruk atau tidur yang terganggu.
  • Hipersensitivitas terhadap perasaan ancaman, bahkan dalam situasi yang tidak berbahaya.
  • Perasaan terasing dari orang lain, atau merasa terisolasi.

Pelecehan seksual sering memicu respons "fight or flight" dalam diri korban, dan setelah peristiwa tersebut, mereka mungkin merasa terperangkap dalam pola pikir yang tidak bisa mereka kontrol. Tanpa dukungan yang tepat, PTSD dapat berkembang menjadi gangguan jangka panjang yang memengaruhi hampir semua aspek kehidupan korban.

2.  Depresi: Perasaan Putus Asa dan Kehilangan Harapan

Depresi adalah gangguan psikologis yang sangat sering muncul pada korban pelecehan seksual. Korban mungkin merasa cemas, putus asa, dan tidak memiliki kontrol atas kehidupan mereka setelah mengalami pelecehan. Depresi bisa terjadi karena perasaan malu, bersalah, atau rasa tidak berharga yang muncul setelah pengalaman traumatis tersebut.

Korban pelecehan seksual sering kali merasa terperangkap dalam perasaan negatif tentang diri mereka sendiri. Mereka mungkin berpikir bahwa mereka "tidak cukup baik" atau bahwa kejadian tersebut terjadi karena mereka pantas menerimanya. Ini bisa memperburuk perasaan putus asa dan meluas menjadi bentuk depresi yang lebih parah.

Beberapa gejala depresi yang sering dialami korban pelecehan seksual antara lain:

  • Perasaan putus asa atau kehilangan harapan tentang masa depan.
  • Penurunan minat atau kegembiraan dalam aktivitas yang biasanya menyenangkan.
  • Kelelahan atau kehilangan energi, bahkan untuk tugas sehari-hari.
  • Gangguan tidur atau tidur berlebihan.
  • Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlarut-larut.

Depresi juga dapat menyebabkan korban menarik diri dari hubungan sosial dan menghindari orang-orang yang mereka cintai. Rasa kesepian dan ketidakmampuan untuk berbicara tentang pengalaman mereka bisa memperburuk gejala depresi ini.

3.  Kecemasan: Rasa Takut yang Berlebihan

Kecemasan adalah gangguan psikologis lain yang sering terjadi pada korban pelecehan seksual. Korban mungkin merasa khawatir secara berlebihan, bahkan dalam situasi yang tidak mengancam keselamatan mereka. Ketakutan yang berlarut-larut terhadap orang lain atau lingkungan sosial dapat mempengaruhi kualitas hidup korban.

Beberapa bentuk kecemasan yang umum dialami oleh korban pelecehan seksual termasuk:

  • Kecemasan sosial: Korban mungkin merasa cemas atau takut berada di sekitar orang lain, terutama jika mereka merasa bahwa orang tersebut dapat menilai atau menghukum mereka.
  • Kecemasan umum: Korban merasa khawatir tentang hal-hal yang tidak pasti, bahkan ketika tidak ada ancaman nyata.
  • Kecemasan terkait hubungan intim: Korban sering merasa takut atau tertekan dalam hubungan seksual, bahkan dalam hubungan yang sehat dan penuh kasih. Mereka mungkin mengasosiasikan aktivitas seksual dengan perasaan terancam atau terhina.

Kecemasan yang berlebihan bisa membuat korban merasa cemas sepanjang waktu dan menghindari situasi atau orang tertentu yang mengingatkan mereka pada peristiwa pelecehan. Ini bisa mengarah pada isolasi sosial yang lebih besar dan kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun