Mohon tunggu...
reskifebrian
reskifebrian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo teman teman, saya reski febrian biasa nya sih orang orang memanggil saya dengan nama reski, hobi saya banyak karna saya selalu penasaran dengan semua hal atau kegiatan yang positif

Selanjutnya

Tutup

Analisis

PANCASILA DI ERA DIGITAL: Mengapa Relevansi dan Implementasi Dipertanyakan

30 Desember 2024   19:26 Diperbarui: 30 Desember 2024   19:26 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://joglosemarnews.com/2024/12/asosiasi-umkm-indonesia-tuntut-pembatalan-kenaikan-ppn-12-persen/


Pancasila telah menjadi dasar negara Indonesia selama hampir delapan dekade. Namun, di era digital yang penuh dengan perubahan dinamis dan arus globalisasi, banyak pihak mempertanyakan sejauh mana relevansi dan efektivitas Pancasila dalam menghadapi tantangan zaman. Apakah nilai-nilai Pancasila masih dapat diterapkan dengan baik, ataukah hanya menjadi simbol normatif tanpa implementasi nyata?

Ketimpangan Antara Nilai dan Realita

1.Ketuhanan yang Maha Esa: Tantangan Sekularisme dan Polarisasi Agama
Era digital telah mempercepat penyebaran informasi dan ideologi, termasuk sekularisme dan radikalisme agama. Ironisnya, meskipun nilai Ketuhanan yang Maha Esa menekankan harmoni antarkeyakinan, media sosial justru sering menjadi ladang konflik agama, baik dalam bentuk ujaran kebencian maupun persekusi daring. Banyak yang bertanya, apakah nilai ini masih efektif di tengah kebebasan berekspresi yang tak terkendali?

2.Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: Krisis Empati di Dunia Maya
Di dunia digital, interaksi manusia sering kali kehilangan sentuhan kemanusiaan. Fenomena cyberbullying, trolling, dan dehumanisasi melalui komentar-komentar tajam membuktikan bahwa nilai "adil dan beradab" sulit diterapkan. Alih-alih menjunjung nilai kemanusiaan, era digital justru memperlihatkan sisi gelap perilaku manusia.

3.Persatuan Indonesia: Fragmentasi Identitas di Era Digital
Alih-alih memperkuat persatuan, platform digital sering kali menciptakan polarisasi di masyarakat. Konten-konten yang memecah belah dan eksploitasi isu-isu SARA menjadi ancaman nyata bagi keutuhan bangsa. Dalam konteks ini, banyak yang mempertanyakan bagaimana Pancasila dapat mempertahankan persatuan ketika algoritma media sosial lebih mementingkan keterlibatan emosional daripada nilai kebangsaan.

4.Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan: Demokrasi Digital yang Rentan Manipulasi
Media sosial sering dianggap sebagai ruang demokrasi baru, tetapi manipulasi data, hoaks, dan kampanye hitam telah merusak esensi demokrasi itu sendiri. Musyawarah yang ditekankan Pancasila sulit tercapai di ruang digital yang dipenuhi disinformasi dan dominasi opini oleh aktor-aktor tertentu.

5.Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: Disrupsi yang Tidak Merata
Era digital telah membawa banyak manfaat, tetapi tidak semua lapisan masyarakat menikmatinya secara merata. Kesenjangan akses teknologi dan informasi antara kota dan desa, serta antara kelas ekonomi atas dan bawah, menunjukkan bahwa keadilan sosial masih menjadi utopia. Apakah Pancasila masih mampu menjembatani kesenjangan ini di tengah era disrupsi?

Mengapa Implementasi Pancasila di Era Digital Sulit Dilakukan?

1.Kurangnya Pemahaman yang Mendalam
Bagi sebagian besar masyarakat, Pancasila lebih sering dilihat sebagai slogan daripada pedoman yang hidup. Kurikulum pendidikan cenderung menekankan hafalan nilai-nilai Pancasila tanpa memberikan pemahaman mendalam tentang penerapannya, terutama dalam konteks digital.

2.Minimnya Penegakan Regulasi
Meski pemerintah telah mencoba mengatur ruang digital melalui berbagai kebijakan, implementasi nilai-nilai Pancasila sering kali tidak tercermin dalam regulasi tersebut. Misalnya, pengawasan terhadap ujaran kebencian dan hoaks masih kurang tegas, sehingga ruang digital menjadi tidak sehat.

3.Dominasi Budaya Global
Globalisasi telah membawa nilai-nilai budaya asing yang terkadang bertentangan dengan Pancasila. Generasi muda lebih akrab dengan budaya digital global daripada identitas nasional, sehingga nilai-nilai Pancasila terasa semakin terpinggirkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun