Mohon tunggu...
Resi Tresnawati
Resi Tresnawati Mohon Tunggu... Lainnya - Tsm

Memelihara segala citra positif dalam benak. Beraksara untuk mengikat berbagai guru kehidupan. Yang ketika terkurung, masih ada pesan berasa untuk bersandar. Yang ketika sepi, aksaranya masih menjadi teman duduk yang siap meramaikan diri. Pesan positif adalah teman terbaik. Maka ini adalah untukku. Dan untukmu.. silakan, semoga bisa berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengatasi Overthinking akan Masa Depan pada Anak Remaja | Self Love dan Memaknai Hakikat Kebahagiaan

29 Desember 2020   21:38 Diperbarui: 29 Desember 2020   22:05 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Akhir-akhir ini 'overthinking' sering dibahas pada pembicaraan-pembicaraan self improvement di berbagai media maupun dalam suatu ruang diskusi. Melihat respon dari para netijen ternyata memang keadaan ini tanpa disadari banyak dialami oleh kebanyakan orang. 

Semakin berkurang jatah usia, semakin banyak pertanyaan akan apa sebenarnya jati diri kita sebagai manusia, sebagai hamba, sebagai anak, sebagai orang tua, sebagai pasangan dan lain sebagainya. Tanpa disadari pula, pikiran-pikiran seperti itu melintas begitu saja yang seringkali sulit untuk kita kendalikan. Akibatnya, diri menjadi gelisah, cemas, tak karuan dan akhirnya terus menerus timbul pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban yang pasti. Yaps.. "overthinking" -memikirkan hal-hal di luar kendali secara berlebihan.

Keadaan ini mungkin saja dirasakan oleh mereka di berbagai kepala yang mulai memikirkan dan mempertanyakan tujuan hidup, termasuk anak remaja dalam jenjang sekolah menengah. Merasa galau akan masa depan -identity crisis.

Dalam hidup, hal seperti ini selayaknya sebuah fase yang sarat dengan kejutan, ketidakpastian, dan tentu saja perubahan. Sehingga melekat dengan persimpangan, pengambilan keputusan, dan pilihan-pilihan ekstrem.

Jika berbicara teori, tentu banyak versi untuk menjawab atau menanggapi permasalahan seperti ini. Tetapi tetap saja, dalam berkehidupan tentu kita harus banyak-banyak kembali kepada Pencipta kita. Ada kalanya, hidup tidak cukup jika dilihat hanya berdasarkan logika. Karena perihal kita sebagai manusia, fitrahnya tetap berada pada ketetapan-Nya.

Melalui kegiatan KKN, Resi Tresnawati mencoba memberi kesempatan bagi dirinya juga kepada beberapa siswa di SMK Yasbu Al-Qomariyah untuk membahas terkait hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan overthinking karena identity crisis ini.

Bahasan ini menggunakan media sosial instagram sebagai media untuk menyampaikan beberapa pandangan dari berbagai sumber.




Pada intinya, overthinking adalah sesuatu yang wajar meski terkadang memberi dampak yang tidak baik jika terus dibiarkan. Maka upayakan untuk lebih menghargai diri kita, mencintai diri kita, dan yang terpenting selalu mengingat pada kebesaran Pencipta kita dan selalu meminta pertolongan kepada-Nya untuk senantiasa dibimbing dan dibersamai dalam setiap perjalanan hidup. Memaknai setiap detik menit dari kehidupan, baik suka maupun duka, dengan begitu bahagia akan tercipta dari dalam diri kita dengan sendirinya.

Semoga bermanfaat, yaa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun