Rabu (2/7) petang lalu saat tengah menikmati hidangan berbuka di rumah, sebuah pesan singkat dari nomor tak dikenal masuk ke ponsel saya ‘Posisi dimana, dik Wahyuni?’ begitu isinya.
Sempat terlintas, mungkin itu dari salah satu kakak sepupu saya yang memang lumayan banyak tersebar di seantero Jawa ini, maka saya mengkonfirmasi siapa pengirim pesan tersebut dan ternyata ‘Saya Satar, Menwa dari Sulawesi Tengah...’
Begitulah setelah beberapa kali berbalas pesan, Bang Satar S Laupo (43) pun mengutarakan maksudnya untuk bersilaturahim sekaligus memiliki buku ‘Patriotisme & Dinamika Resimen Kampus’ yang saya tulis beberapa waktu silam. Kami pun bertemu dan berbincang di ruang Komandan Resimen (Danmen) Mahasiswa Mahawarman Jawa Barat di Mako Mahawarman, jl Surapati 29, Bandung. Danmen, Wawan Setiawan,SH; Aslog Mahawarman, Fitri Yani, dan anggota senior Korps Mahawarman, Ami Sutami, ikut mendampingi kami bercakap santai seputar kondisi aktual Menwa di Tanah Air saat ini.
[caption id="attachment_346227" align="aligncenter" width="438" caption="Bang Satar (baju biru) berpose dengan Resimen Kampus dan Danmen (dok WCD) "][/caption]
Bang Satar yang menjadi anggota Menwa melalui pendidikan & latihan dasar kemiliteran yang diselenggarakan oleh Menwa Pawana Cakti (Men Mahapati) Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 1992 ini berasal dari Satuan 252/Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu dan kini menjalankan pengabdian sebagai guru mata pelajaran Sejarah di Mts Al-Muhajirin Palu.
Keaktifannya sebagai anggota Menwa tak perlu diragukan, Bang Satar pernah mengikuti Kursus Kader Pelaksana (Suskalak) pada tahun 1994 dan Kursus Kader Pimpinan (Suskapin) di Pusdik ART angkatan 27 (1999). Sebelumnya, Bang Satar tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Timor Timur gelombang XIII. Pengalaman paling berkesan baginya adalah saat melakukan penyuluhan nasionalisme di sebuah balai desa pedalaman Timor Timur (Timtim) dengan kawalan para prajurit TNI bergaya lesehan di bawah pancaran sinar lampu petromaks,”Kebetulan saya ini tipe yang nyaman berbicara di depan orang banyak dan suka bercanda, jadi hampir selalu dipilih teman-teman untuk menjadi penyuluh saat itu.” Bang Satar termasuk salah satu di antara banyak warga Indonesia yang merasa sedih dengan terpisahnya Provinsi Timtim dari keutuhan NKRI.
Bang Satar mengutarakan harapannya bahwa suatu saat ‘Resimen Kampus’ akan menjelma menjadi sebuah buku tentang referensi sejarah maupun dinamika aktual institusi Menwa Indonesia yang jauh lebih lengkap dan komprehensif. Kami berbagi impian yang sama tentang hal ini dan semoga Rabb Azza wa Jalla berkenan mengabulkannya suatu saat nanti baik melalui kiprah kami atau saudara-saudara se-Korps kami di seluruh penjuru negeri tercinta ini ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H