Mohon tunggu...
Resiana Zahra Shabirah
Resiana Zahra Shabirah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Psikologi UIN Jakarta

Hobi saya adalah bermain badminton dan mencoba banyak hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Fenomena Self-Diagnosis di Kalangan Remaja Gen Z: Dampak dan Solusinya

20 Desember 2024   21:06 Diperbarui: 20 Desember 2024   21:06 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Cottonbro Studio dari Pexels: https://www.pexels.com/photo/man-in-black-blazer-sitting-on-chair-4101188/ 

Di era digital saat ini, informasi kesehatan mental dapat diakses dengan mudah melalui internet dan media sosial. Mudahnya akses informasi tersebut terkadang menimbulkan self-diagnosis terhadap remaja saat ini.

Artikel ini hadir untuk membahas fenomena self-diagnosis di kalangan remaja Generasi Z, menggali dampak negatif yang dtimbulkan oleh praktik tersebut, serta menekankan pentingnya edukasi dan peran tenaga ahli dalam memberikan diagnosis yang akurat dan penanganan yang tepat. Nah kira-kira bagaimana ya pengaruh self-diagnosis terhadap kesehatan mental Generasi Z? Yuk, simak penjelasan dibawah ini!

1. Fenomena Self-Diagnosis di Generasi Z

Self-diagnosis kesehatan mental merujuk pada praktik ketika suatu individu mendiagnosa dirinya sendiri dengan informasi yang didapat secara mandiri (Sadida, 2021). Adanya informasi detail tentang kesehatan mental di sosial media membuat gejala-gejala yang dirasakan oleh seseorang dapat meningkatkan perilaku self-diagnosis, padahal gejala-gejala tersebut tidak dapat disimpulkan hanya dengan mencocokkan gejala yang tercantum (Nareza dalam Sadida, 2021). Gen Z yang tumbuh dalam era digital dapat mengakses informasi dengan sangat mudah dan cepat. Mereka terbiasa menggunakan platform sosial media untuk mencari berbagai informasi termasuk kesehatan mental, yang tentunya dapat mempengaruhi cara mereka memahami dan menilai kondisi mereka sendiri. 

Fenomena self-diagnosis menjadi semakin umum ketika remaja terus-terusan diberikan konsumsi konten mengenai kesehatan mental yang tersebar di sosial media. Namun, terkadang informasi yang tersedia tidak berasal dari sumber yang kredibel sehingga dapat mengakibatkan kesalahpahaman yang berujung asumsi yang salah terhadap kondisi kesehatan mental diri sendiri. Hal ini menciptakan sebuah tantangan baru dalam memahami kesehatan mental di kalangan remaja.

2. Dampak Negatif Self-Diagnosis 

Praktik self-diagnosis memiliki dampak negatif yang signifikan bagi kesehatan mental remaja. Ketika seseorang salah diagnosis terhadap dirinya sendiri, maka kemungkinan besar penanganan yang didapat tidak tepat, seperti penggunaan obat-obatan yang tidak sesuai atau pengabaian terhadap gejala yang serius. Diagnosa mandiri dapat memberikan efek samping yang berbahaya karena setiap diagnosis penyakit memiliki penanganan dan dosis yang berbeda-beda (Nareza dalam Sadida, 2021). Selain itu, self-diagnosis dapat memicu kecemasan berlebihan, terutama ketika remaja mencari informasi tentang gejala yang mereka alami, mereka mungkin menemukan informasi yang menakutkan atau berlebihan sehingga dapat memperburuk perasaan cemas mereka.  

3. Peran Edukasi dan Tenaga Ahli

Pentingnya edukasi mengenai kesehatan mental tidak dapat diabaikan supaya ada pemahaman yang lebih baik mengenai kondisi dan gejala kesehatan mental.  Masyarakat, terutama remaja, perlu diberitahu bagaimana cara mengenali gejala dengan bantuan profesional. Edukasi ini dapat membantu mengurangi stigma masyarakat yang sering kali melekat pada masalah kesehatan mental dan dapat mendorong individu untuk mencari bantuan ke tenaga profesional ketika diperlukan. 

Foto oleh Cottonbro Studio dari Pexels: https://www.pexels.com/photo/person-in-black-pants-and-black-shoes-sitting-on-brown-wooden-chair-4101143/ 
Foto oleh Cottonbro Studio dari Pexels: https://www.pexels.com/photo/person-in-black-pants-and-black-shoes-sitting-on-brown-wooden-chair-4101143/ 

Tenaga ahli, seperti psikolog dan psikiater, memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan diagnosis yang akurat dan penanganan yang tepat. Tenaga ahli merupakan profesi yang dapat membantu remaja memahami kondisi mereka dan tentunya memberikan dukungan yang diperlukan untuk pemulihan. Maka dari itu, penting bagi remaja untuk tidak hanya mengandalkan informasi dari media sosial, tetapi juga mengandalkan informasi yang akurat dari profesional kesehatan mental yang terlatih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun