Anak usia di bawah 1 tahun untuk diajak bermain di tempat seperti itu saja sudah menjadi sebuah pertanyaan bagi kita, apalagi mengabaikan perangkat keselamatan.
Belum lagi menurut pandangan penulis pribadi dari berbagai konten yang kemudian diupload, yang menjadi highlight ya si anak ini, menjadi jelas jika memang si anak yang dijadikan obyek utama untuk menarik perhatian, menarik penonton.
Dilihat dari judul konten-kontennya yang lain yang diupload baru-baru ini, semua berisi tentang si anak dengan berbagai aktivitasnya mengikuti kegiatan orang tua.
Penulis sih tidak tahu apakah masih ada waktu pribadi bagi si anak untuk menjalani setiap tumbuh kembangnya tanpa harus terus diekspos oleh banyak orang, semoga sih masih ada ya. Karena sepertinya anak masih punya hak untuk memiliki kehidupan pribadi sebanyak mungkin tanpa perlu terekspose oleh orang banyak.
Fenomena kedua ramai baru-baru ini, boleh dibilang ini masih paling segar. Melibatkan anak balita yang masih dibawah 1 tahun juga, dan tentu saja peran orang tua.
Bagaimana bisa dan tega seorang ibu memberikan minuman kopi instan yang biasanya dikonsumsi oleh orang dewasa kepada anaknya yang masih belum genap 1 tahun itu, menguploadnya ke media sosial, bahkan dengan menambah narasi tertulis jika minuman itu mengandung susu yang (katanya) lebih baik daripada kental manis yang tidak memiliki kandungan susu.
Sejak kapan kopi instan menjadi minuman yang lebih baik dari kental manis? Kental manis yang diklaim sebagai “susu” saja tidak direkomendasikan untuk balita, apalagi yang jelas-jelas highlightnya kopi.
Menurut sumber yang pernah penulis baca, balita setelah umur 6 bulan memang bisa atau boleh diberikan makanan pendamping asi. Bahkan melalui makanan pendamping itu, balita bisa dikenalkan dengan berbagai rasa-rasa, termasuk pedas sekalipun (dalam batas yang aman tentunya).
Melihat kata “pendamping asi” kan berarti asi haruslah masih menjadi sumber utama, kecuali untuk kondisi tertentu dimana anak tidak bisa menerima asi atau asi yang tidak keluar dari sang ibu. Tapi tentu itu kan kasus khusus, dan bukan berarti diberi kopi juga ya, bahkan ketika dengan sadar ibunya tahu bahwa anaknya buang air besar melebihi jumlah normal dalam sehari. Itu kan berarti pencernaan si anak sedang bermasalah, lha kok masih dikasih kopi. Salah kaprah namanya (kalau tidak mau disebut gila).
Untuk fenomena ketiga, kali ini bukan tentang balita lagi. Tetapi penulis lihat jadi salah satu yang bikin gregetan banyak orang juga, yakni fenomena mandi lumpur yang diperankan oleh lansia dengan tujuan untuk meminta donasi (atau orang lebih banyak orang menyebut dengan mengemis online).
Banyak yang tergerak untuk memberi donasi, meminta untuk menyudahi, menunjukkan sebenarnya masyarakat kita memilik tingkat empati yang tinggi. Sayangnya empati ini yang kemudian semakin dieksploitasi pembuat konten.