Mohon tunggu...
Resi Aji Mada
Resi Aji Mada Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan pribadi

Pernah menjalani pendidikan bidang studi Administrasi Negara di perguruan tinggi negeri di kota Surakarta. Pemerhati isu-isu sosial, politik, dan pemerintahan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Rumus "Triple 8" sebagai Jam Keseimbangan

28 Januari 2021   16:00 Diperbarui: 29 Januari 2021   18:15 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau ada yang bilang,  terlalu banyak tidur itu tidak produktif. Ya memang kalau kebanyakan tak lagi produktif. Tetapi kurang tidur pun bisa mengurangi produktifitas, karena badan akan terasa cepat lelah misalnya ketika bekerja.

Memang hasil yang dituju untuk 8 jam ketiga ini seolah tak produktif, tapi nyatanya itu yang diperlukan untuk menjaga produktifitas, menjaga kesehatan sehingga tetap produktif.

Sebenarnya ada kegiatan yang belum masuk dalam 3 pembagian ini, yaitu ibadah. Karena ibadah pada dasarnya tidak membutuhkan waktu yang lama sehingga bisa dimasukkan kemana saja.

Lagipula bagi orang muslim misalnya, sholat 5 waktu tak bisa dikumpulkan di satu waktu tertentu sehingga perlu dimention khusus dalam pembagian waktu. Yang pasti ibadah kan kewajiban atau panggilan diri masing-masing orang yang tak perlu diatur secara khusus harusnya tetap dilaksanakan.

Mengenai rumus 8+8+8 ini tak ada waktu khusus kapan memulai dan berganti, semua menyesuaikan kebutuhan masing-masing. Mungkin ada yang butuh bekerja di malam hari sehingga istirahat di siang hari. Atau bekerja dari subuh sampai pagi menjelang siang (pedagang pasar misalnya) dan beristirahat pada sore hingga tengah malam.

Pun waktu 8 jam itu juga tak harus beruntun. Bisa saja jam sosialisasi itu di waktu pagi sebelum bekerja begitu pula sore setelah bekerja. Bisa pula tidur terbagi 2 jam tidur siang dan 6 jam tidur malam misalnya.

Rumus ini menurut saya sangat fleksibel, yang pada intinya anda menyediakan waktu sejumlah 8 jam untuk setiap bagian aktifitas itu.

Dalam kenyataanya ketika porsinya tak bisa 8 jam apakah berarti saya salah dalam mengatur aktivitas? Rumus ini berbicara tentang keseimbangan dan bukan salah benar, jadi semua balik pada kebutuhan dan kemauan diri sendiri. Tetapi tentu ada konsekuensi dari ketidakseimbangan itu yang harus diterima.

Foto oleh Anna Nekrashevich dari Pexels
Foto oleh Anna Nekrashevich dari Pexels
Misalnya kita bekerja lebih dari 8 jam, ya gak apa-apa kalau anda memerlukan itu. Tapi pasti ada konsekuensi jam tidur berkurang atau waktu bersama keluarga berkurang misalnya.

Atau ketika kita bekerja tak sampai 8 jam misalnya, dan bahkan sudah mendapat penghasilan yang lebih dari cukup. Ya tak apa juga, tetapi jika ditambah lagi kan berarti ada potensi tambahan penghasilan, itu konsekuensinya.

Kenyataanya adalah anda bisa saja memilih menghabiskan berapa jam dalam sehari untuk suatu aktifitas (entah bekerja, sosialisasi, atau tidur). Tetapi anda tak bisa memperpanjang waktu yang disediakan 24 jam sehari. Jadi tak ada jalan untuk memperpanjang waktu suatu kegiatan tanpa mengurangi porsi yang lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun