Pada hari rabu (13/1) kemarin, kapal KN Pulau Nipah 321 milik Bakamla (Indonesia Coast Guard) membayangi perjalanan sebuah kapal survey laut milik China bernama Xiang Yang Hong 03.
Apa penyebabnya? Selama berada di perairan Indonesia, kapal China ini diketahui 3 kali mematikan sistem AIS (Automatic Identification System). Tepatnya ketika berada di laut Natuna Utara, laut Natuna Selatan, dan ketika berada di selat Karimata.
Bagi yang belum tahu, AIS secara sederhana merupakan sistem yang mengirim sinyal data mengenai kapal bersangkutan, termasuk soal posisi, waktu dan haluan atau arah pelayaran kapal, termasuk juga kecepatan kapal.
Data ini akan ditangkap oleh otoritas pengawasan pelayaran setempat untuk bisa mengawasi kapal-kapal yang berlayar di wilayahnya tanpa harus memeriksa satu persatu secara manual dan visual.
Lalu apa masalah atau bahaya sistem AIS yang mati atau dimatikan? Bagi kapal, jika kapal mengalami masalah di tengah laut, otoritas pelayaran setempat tak bisa tahu karena tak ada keterangan dan data yang muncul dalam sistem pengawasan. Tentunya menyebabkan terhambatnya operasi penyelamatan jika diperlukan.
Sedangkan masalah dan bahaya bagi otoritas setempat, atau bagi negara yang menguasai laut setempat lebih banyak lagi. Dalam kasus kapal survey China di perairan Indonesia ini, matinya AIS di beberapa lokasi membuat pemerintah Indonesia melalui otoritas bersangkutan tak bisa mengawasi kegiatan kapal.
Kita (Indonesia) tak tahu apa yang dilakukan oleh kapal survey China ketika berada di laut Natuna Utara, laut Natuna Selatan, dan Selat Karimata ketika mereka (kapal China) mematikan AIS mereka.
Padahal seperti yang semua orang sudah tahu, pergerakan dan usaha China selama ini dalam percobaan menguasai Laut China Selatan membuat keresahan bahkan membahayakan kedaulatan wilayah negara yang bersengketa termasuk Indonesia.
Apalagi wilayah Indonesia yang berusaha disengketakan atau dikuasai oleh China selama ini seperti kita ketahui tepat berada di wilayah Natuna, dimana kapal survey China tadi mematikan AIS.
Dalam kondisi ini, sangat rawan kapal China melakukan manuver-manuver atau pengambilan data atas wilayah Indonesia di Natuna dan Karimata, apalagi itu merupakan kapal survey yang tentunya dibuat untuk melakukan penelitian dan pengumpulan data di laut.
Apabila memang benar ada manuver kapal survey China sewaktu mematikan AIS, bisa jadi membuat kerugian bagi Indonesia dari segi keamanan dan kedaulatan wilayah. Bahkan tak menutup kemungkinan merugikan Indonesia dalam hal kedaulatan ekonomi.