Setiap memasuki desember, suasana kota di banyak negara di dunia biasanya mulai berubah. Pertokoan mulai memasang pernak-pernik hiasan dengan tema natal. Iya, natal. Salah satu hari besar dari umat kristiani (protestan, katholik) ini memang biasanya dirayakan secara meriah.
Meski peringatan tepatnya pada tanggal 25 Desember, tetapi selama sebulan kemeriahan itu bisa di rasakan di hampir semua sudut kota. Apalagi di kota atau negara yang mayoritas penduduknya beragama kristen.
Tak kalah dengan negara-negara mayoritas kristen, di Indonesia dimana kristen (baik protestan maupun katholik) menjadi minoritas nyatanya suasana natal tetap terasa meriah, apalagi di pusat-pusat kota atau pusat perbelanjaan.
Tentu ini menjadi bukti yang sangat valid jika toleransi di negara ini sudah terbangun, Â atau setidaknya sudah diusahakan dengan sangat baik. Semangat bhineka tunggal ika yang digaungkan dan diperjuangkan para pendiri negara ternyata tak hanya isapan jempol semata.
Masyarakat yang walaupun bukan beragama kristen nyatanya ikut berbaur dalam suasana natal mendampingi, menemani, dan melayani saudara  dan kawan mereka yang sedang merayakan. Tentu saja bukan dalam konteks peribadatannya.
Tetapi dibalik gemerlap suasana natal, dibalik tingginya pohon-pohon natal dengan berbagai hiasan dan lampu-lampu yang berkilauan, masih ada satu hal yang sedikit mengganjal dan tanpa disadari mempengaruhi suasana natal itu sendiri.
Biasanya sekitar seminggu menjelang hari natal (tgl 25) sampai setelah tahun baru pengamanan diperketat. Kepolisian mengadakan operasi (biasa bernama operasi lilin) untuk menjaga kondusifitas.
Memang di hari raya yang lain, semisal Idul Fitri pun operasi polisi juga dilakukan. Tetapi lebih ke pelayanan, pengamanan, dan ketertiban lalu lintas mengantisipasi arus mudik dan balik yang masif dari masyarakat. Karena kepadatan akan sangat berpotensi terjadi kecelakaan ataupun kesempatan tindak kriminal.
Sedikit berbeda, operasi kepolisian di bulan desember dibanding dominasi oleh polisi lalu lintas lebih banyak ditemui personil (baik Polisi maupun TNI) dengan perlengkapan dan senjata lengkap. Bahkan patroli keliling dengan kendaraan besar dan lapis peluru di beberapa kesempatan lumrah ditemui.
Kawasan perbelanjaan menjadi target pengamanan selain tentu saja yang utama adalah gereja-gereja. Bahkan di berbagai gereja (terutama dengan jumlah jemaat yang cukup banyak) pengamanan oleh personil polisi dan TNI secara terbuka maupun tertutup dilakukan selama 24 jam, ada atau tidaknya kegiatan.
Kenapa pengamanan ini dilakukan? Hal ini ternyata terjadi tak lepas masih adanya resiko kegiatan kelompok-kelompok intoleran yang mengarah ke tindakan kriminal, intimidasi bahkan sampai ke arah terorisme yang menyasar gereja dan pusat-pusat perayaan natal.