Pertama kali tahu kompasiana mengangkat pembahasan tentang konsumsi daging ayam dan telur menjadi topik pilihan rasanya tidak ada yang istimewa bagi penulis. Hampir setiap hari hidangan telur dengan berbagai macam olahan dengan mudah penulis temui di meja makan rumah.
Bahkan kalau boleh bicara mengenai diversifikasi lauk pauk di rumah, Olahan telur lebih sering penulis temui bahkan dibanding tahu tempe yang identik dengan makanan rakyat di Indonesia.
Begitu juga ketika bicara mengenai olahan makanan dengan daging ayam. Tentu tidak sebanding apabila disandingkan dengan tahu tempe. Tetapi konsumsi apa yang sering dikelompokkan kedalam kelompok "daging putih" ini tetap lebih sering bagi penulis bila dibanding dengan konsumsi daging merah seperti daging sapi, kambing, babi (bila mengkonsumsi) dan sejenisnya.
Meski penulis sangat suka dan kadang kala memasak sendiri steak daging sapi (karena bisa dapat daging lebih tebal dengan harga lebih hemat dibanding makan di restauran), nyatanya konsumsi itu sebulan sekali pun tak mesti. Beda dengan konsumsi olahan daging ayam yang lebih sering dan teratur.
Penulis tak pernah meriset juga apakah kebanyakan orang mengalami kondisi yang sama, tapi kok penulis yakin jika konsumsi telur sudah cukup sering bagi mayoritas masyarakat di Indonesia ini, begitu juga penulis yakin konsumsi daging ayam di Indonesia lebih baik secara kuantitas dibanding konsumsi segala jenis daging merah.
Dengan kondisi itu, penulis rasa wajar jika bagi penulis pribadi tak menemukan ada yang menarik dari pembahasan mengenai konsumsi daging ayam dan telur.
Namun penulis malah tertarik mencari tahu kenapa kok admin kompasiana begitu tertarik untuk mengangkat kampanye konsumsi daging ayam dan telur menjadi topik pilihan dan bahkan dilombakan dengan hadiah yang juga cukup menarik.
Tentu penulis tidak mewawancarai admin kompasiana tentang alasannya dibalik topik pilihan ini, tetapi penulis tertarik mencari fakta kenapa kampanye konsumsi daging ayam dan telur perlu digalakkan. Penulis bukan ahli atau pemerhati gizi dan makanan, jadi harap maklum jika selama ini masa bodoh dengan hal-hal semacam ini.
Penulis mulai mencari tahu berangkat dari fakta nutrisi terkait dua bahan makanan ini.
Dimulai dari telur. Jika mau merinci satu persatu kandungan nutrisi akan banyak sekali, tetapi biarlah itu ada di wilayahnya pemerhati dan ahli gizi yang sudah pasti lebih paham. Dari berbagai sumber, ternyata protein yang terkandung dari telur lah yang menjadi highlight dari semua kandungan nutrisi pada satu butir telur.
Dalam satu butirnya, dikatakan terkandung 6,3 gram protein beserta 9 macam asam amino yang menjadikan telur menjadi sumber protein terbaik. Ketika mencari tahu kebutuhan protein harian yang rata-rata 60 gram per hari, maka satu telur saja sudah mencukupi 10 persen lebih kebutuhan harian.