Ada celotehan yang menarik  dalam program diskusi "Apa Kabar Indonesia Malam" di salah satu stasiun tv berita ketika sedang membahas mengenai rencana kepulangan Habib Rizieq Shihab.Â
Memang sih ada banyak gagasan utama yang disampaikan oleh beberapa narasumber yang menjadi fokus diskusi waktu itu, tetapi celotehan (beliau menyebut usulan) dari seorang narasumber menjadi ketertarikan tersendiri bagi saya untuk membahasnya di tulisan kali ini.Â
Usulan itu disampaikan oleh bang Eggi Sudjana selaku kuasa hukum dari Habib Rizieq. Dengan bahasanya yang menyanjung presiden Jokowi, beliau meminta bilamana presiden Jokowi berkenan menjemput Habib Rizieq ketika tiba di Indonesia. Beliau juga memberi alasan jika hal itu dilakukan, akan memberi kesan yang baik terhadap masyarakat akan kepulangan Habib Rizieq.Â
Bagi saya tentu sama sekali tidak ada yang salah dengan usulan itu, sama juga andaikata saya ngomong ingin dikunjungi Presiden Jokowi ketika beliau pulang ke Solo.Â
Boleh-boleh saja dong, ga ada pelanggaran apapun terkait itu. Tetapi omongan saya akan dianggap omong kosong belaka, siapa saya sampai bisa dikunjungi seorang presiden hehehe.Â
Tetapi bagi seorang bapak Eggi Sudjana sebagai tokoh, apalagi dalam sebuah diskusi yang disiarkan secara nasional, tentu celotehan beliau, usulan beliau bisa memiliki makna dan pertimbangan tersendiri. Pun juga bagi orang-orang yang menyaksikannya bisa menimbulkan berbagai asumsi-asumsi, termasuk kali ini dari saya.Â
Sebuah pertanyaan muncul dibenak saya, memang siapa Habib Rizieq Shihab dan apa urgensinya sehingga seorang presiden Jokowi diminta menjemputnya?Â
Ketika usulan bang Eggi Sudjana tadi disampaikan, ada pula narasumber lain yang sempat mempertanyakan urgensi sehingga seorang presiden harus menjemput.Â
Eggi Sudjana sempat kembali menguatkan gagasannya dengan membuat dua alasan menarik juga, yang pertama menurut beliau  ketika presiden Jokowi menyambut, akan membuat suasana lebih damai dan sebagai bentuk menghormati ulama. Yang kedua menurut beliau fakta tentang power Jokowi sebagai presiden dan power masyarakat ada pada Habib Rizieq.Â
Tidak ada tanggapan berarti dari narasumber lain mengenai dua alasan dari Eggi Sudjana ini, mungkin karena bukan pada topik utama yg sedang diarahkan moderator, atau mungkin pula karena waktu terbatas. Faktanya memang moderator segera mengarahkan kepada kesimpulan dan kemudian menutup diskusi.Â
Pertanyaan lebih lanjut kembali muncul dalam benak saya, apakah iya sebuah penghormatan terhadap ulama sampai harus ditunjukkan dengan cara seorang presiden menjemput kepulangan ke bandara?Â