kalau yang jadi argumentasi itu ya sangat tepat. Sama juga atlet E-sport yang membeli ROG phone (hp gaming) untuk menunjang latihan.Â
Tapi kalau Instagram cuman lihat-lihat linimasa, buka wa juga seminggu sekali ada notif, buka M-banking cuma cek saldo, ga nambah nambah saldonya. posting foto selalu mukanya sendiri (ekspresinya sama terus pula) main game ya buat sendiri ga dijadiin konten ga juga niat jadi atlet e-sport. Apa iya perlu Iphone mahal, samsung seri S yang belasan juta itu, atau ROG phone spesifikasi tertinggi?
Penulis ga sedang julid sama orang lain lho ya. Oh ya di acaranya om Deddy Corbuzier kemaren bahas juga tentang pengertian julid, dan membicarakan  orang lain itu tidak selalu berarti julid. Apalagi saya juga ga sedang membicarakan siapa-siapa, cuma menyampaikan fakta yang ada. Mungkin juga malah tertuju pada penulis sendiri.Â
Balik lagi ke topik, dengan kebutuhan yang "hanya" Tertentu itu butuhkah smartphone mahal? Atau diganti pertanyaannya, ga boleh kah dengan kebutuhan "hanya" Itu punya smartphone mahal? Jawabannya, ya boleh saja kalau punya anggaran yang cukup, asal tidak membebani anggaran pribadi, apalagi harus berhutang.Â
Menurut pandangan pribadi saya sendiri, untuk barang semacam smartphone (kalau masih punya dan masih berfungsi), kurang bijak untuk membeli lagi atau ganti dengan cara kredit atau hutang. Boleh lah mau nambah atau upgrade, tapi lebih baik nabung dulu. Apalagi hanya untuk menaikkan prestige dimata kawan-kawan.
Saya rasa kawan-kawan kita akan lebih kagum saat kita bisa menggunakan smartphone kita secara produktif dan menghasilkan sesuatu dibanding hanya melihat kita menenteng smartphone merk terkenal dan mahal padahal kita fungsikan cuman untuk itu-itu saja. Bukan kekaguman yang diterima, tapi mungkin malah julid-an dari orang lain ditambah pikiran negatif mereka darimana atau bagaimana kita dapat smartphone mahal kita.Â
Pada akhirnya, saat kita bicara topik iPhone vs Android, sebenarnya bukan apa kelebihan masing-masing yang harus kita tahu lebih dulu, tetapi seberapa tingkat kebutuhan kita, kemudian kita cari merk dan tipe smartphone yang paling worth it, maksudnya dengan harga paling sesuai dibanding kebutuhan kita.Â
Tingkat kebutuhan smartphone tiap orang akan berbeda, tidak perlu untuk iri melihat milik orang lain yang lebih mahal karena mungkin kita tidak tahu kebutuhan lebih mereka.Â
Jangan sampai pada akhirnya malah membebani diri sendiri. Tapi nih tapi, balik lagi semua hak asasi masing-masing, tidak ada yang boleh melarang setiap orang punya smartphone termahal, apalagi kalau kita tanya sama perusahaan smartphonenya.Â
Hanya saja, pemilik smartphone tetep harus lebih smart dari gawainya, jangan sampai gawai yang menguasai orangnya termasuk sampai menguasai keuangan. Smartphone adalah kebutuhan, tetapi bisa jadi barang konsumtif saat kita kurang bijak menggunakan. Smartphone bisa membantu kehidupanmu, tapi bisa juga membunuhmu, ga hanya rokok.Â