Mohon tunggu...
Shinta Dewi Bimaretantri
Shinta Dewi Bimaretantri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa S1 Psikologi Soegijapranata Catholic University

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Antara Gejala dan Kesalahan: Menjelajahi Gangguan ADHD dan Bahaya Self Diagnosis

25 November 2023   21:15 Diperbarui: 3 Januari 2024   10:45 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Beberapa saat lalu, media sosial TikTok dihebohkan dengan sebuah video tentang POV penderita ADHD. Dalam video tersebut memberikan sudut pandang dari seseorang yang merupakan penderita ADHD. Video tersebut diunggah oleh pemilik akun tiktok @khairilsangakarapratama yang telah disukai lebih dari lima ratus ribu dan mendapatkan lebih dari 14.000 komentar. Namun, karena adanya video tersebut banyak sekali orang yang melakukan self diagnose terhadap dirinya. Banyak pengguna TikTok meninggalkan komentar dengan mengklaim dirinya sebagai penderita ADHD karena beberapa perilaku yang sama dalam unggahan tersebut. 

Perilaku self diagnose ini tentu merupakan hal yang buruk karena tidak semua informasi yang diterima dari internet merupakan hal yang sudah pasti benar. Dari kasus di atas, untuk mendapatkan gambaran lebih jelas lagi mengenai ADHD, mari kita bahas lebih lanjut mengenai kriteria diagnosis, gejala, dan intervensinya. 

Indikasi  ADHD     

Dilihat dari perilaku pemilik video yang diunggah pada akun TikTok @khairilsangakarapratama hanya menunjukkan perilaku tidak bisa diam, sedangkan pada gangguan ADHD sendiri ditandai dengan tiga gejala utama. Gangguan ADHD sendiri adalah gangguan dengan gerakan yang dilakukan dengan  tidak sadar (involunter) secara berlebihan dan kurangnya perhatian anak pada suatu hal. ADHD sendiri merupakan gangguan yang ditandai oleh perilaku kurangnya perhatian (inattention), hiperaktif, dan impulsif. Seseorang yang terkena gangguan ini akan sulit mempertahankan dan mengendalikan gerakan fisik. Dalam PPDGJ III Gangguan ADHD termasuk pada rumpun gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada masa kanak dan remaja. 

Gangguan ADHD ini biasanya muncul pada usia 3 tahun namun, gejalanya akan lebih jelas terlihat ketika anak memasuki usia sekolah (6-7 tahun). Ada tiga gejala utama dari gangguan ADHD ini sendiri. Pertama kesulitan pemusatan perhatian (inattention) seperti sulit untuk berkonsentrasi, kesulitan mempertahankan perhatian pada satu aktivitas, dan tidak teliti. Kedua hiperaktivitas, hiperaktivitas ini ditandai dengan tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi, sulit untuk duduk dengan tenang dan diam, dan terlihat sangat aktif. 

Ketiga impulsivitas, gejala impulsivitas ini seperti sulit untuk menunda keinginan, kesulitan untuk menunggu giliran, dan sering mengganggu anak yang lain. Gejala-gejala ini harus berlangsung minimal selama 6 bulan dan sudah terlihat sebelum anak berusia 7 tahun. Gangguan ADHD tidak bisa sembarang disamakan dengan perilaku lebih aktif dari biasanya dan kurang fokus karena terdapat kriteria diagnosis lain yang harus diperhatikan. Dalam kurun waktu tertentu pula, ADHD perlu diperhatikan secara khusus. Tidak menutup kemungkinan pula, dalam mendiagnosis muncul beberapa gejala gangguan yang sama. Oleh karena itu, self diagnose tidak dapat dilakukan dengan sembarangan dan dengan aspek yang tidak berdasar. 

Diagnosis Pembanding

Dalam diagnosisnya, ADHD mempunyai persamaan diagnosis dengan gangguan lain, salah satunya adalah Disruptive Mood Dysregulation Disorder. Dalam DSM V disebutkan bahwa adanya tumpang tindih gejala dalam kasus gangguan mental. Dalam beberapa kasus, seseorang bisa memenuhi kriteria lebih dari satu diagnosis. Gangguan Disruptive Mood Dysregulation Disorder dapat muncul secara bersamaan dengan gangguan ADHD. ADHD dan Disruptive Mood Dysregulation Disorder merupakan gangguan yang berbeda, namun dalam diagnosisnya mempunyai gejala yang sama. Beberapa gejala yang sama yaitu:

  • Kesulitan mempertahankan atau memusatkan perhatian. Dalam hal ini ADHD hampir sama dengan Disruptive Mood Dysregulation Disorder di mana dalam melakukan kegiatannya akan dipengaruhi oleh suasana hati. Jika seseorang mempunyai suasana hati yang buruk, maka akan berpengaruh juga pada proses belajar dan kemampuan sosialnya.

  • Gejala lain yang sama antara ADHD dan Disruptive Mood Dysregulation Disorder yaitu impulsivitas. Seseorang dengan ADHD akan cenderung melakukan sesuatu tanpa berpikir terlebih dahulu dan akhirnya mereka akan melakukan kesalahan. Hal ini sama dengan Disruptive Mood Dysregulation Disorder yang cenderung menunjukkan perilaku impulsif terutama ledakan amarah yang mendadak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun