Mohon tunggu...
Raden Kumbara Eriantono
Raden Kumbara Eriantono Mohon Tunggu... -

dapat dijumpai di http://ugilugil.blogspot.co.id dan di http://www.resepkulinerenak.com suka makan, suka masak, suka nulis dan suka tidur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Serakah Itu Salah!

15 Mei 2016   10:14 Diperbarui: 15 Mei 2016   10:36 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), serakah adalah merupakan kata sifat yang memiliki makna selalu hendak memiliki lebih dari yang dimiliki; loba; tamak; rakus. Serakah adalah sikap hidup yang patut dibuang, serakah itu salah, tidak elok, tidak baik. Dalam kehidupan didalam masyarakat sekarang ini banyak dijumpai sifat-sifat seperti ini, melekat erat dalam masyarakat modern Indonesia. Banyak contohnya, misal demi mendapatkan jabatan yang lebih tinggi, rela berbuat apapun juga, seperti menyuap ataupun menjilat, jadi demi keserakahan akan kedudukan semua norma-norma menjadi diabaikan. 

Keserakahan dapat terjadi dalam berbagai bidang kehidupan, demi mendapatkan keuntungan yang berlimpah, tanah kita paksa berproduksi tiada henti, hutan kita tebang seenak hati, pabrik kita bangun tanpa memikirkan polusi, segala cara kita halalkan demi keuntungan sendiri, semakin hari semakin menjadi-jadi, tambah hari tambah tidak peduli, asal perut sendiri kenyang diisi. 

Serakah itu sifat yang dekat dengan keegoisan, biasanya bermula dari sifat egois, mengutamakan diri sendiri, mengutamakan keluarganya, dan  mengutamakan golongannya saja. Kemudian hal-hal tersebut menjalar dan bertumbuh menjadi sifat serakah, asal baik baik dirinya, asal baik bagi keluarganya, asal baik bagi golongannya, tidak peduli terhadap orang lain, tidak peduli terhadap golongan yang lain. 

Serakah berbeda dengan sifat yang ingin maju, serakah tidak pernah didasari dengan rasa syukur, empati, dan berserah pada yang kuasa. Sifat serakah atau keserakahan itu menihilkan rasa syukur, mengabaikan empati serta tidak peduli kepada yang kuasa, yaitu Tuhan, namun sifat yang ingin maju mendasarkan diri bahwa perubahan menjadi lebih baik adalah kehendak yang kuasa, dan apapun yang terjadi selalu disyukurinya juga berciri khas dengan adanya kepedulian terhadap sesama manusia. Jadi keinginan maju tersebut selaras dengan kehendak Tuhan.  

Serakah itu merugikan diri kita serta sesama kita, bahkan merugikan alam semesta, keserakahan menyebabkan kita memiliki hubungan yang tidak baik dengan sesama, juga dengan alam semesta dan terutama dengan Tuhan. Bila sudah demikian niscaya kita sudah dekat dengan kehancuran. 

Mari kita selidiki hati kita, melakukan refleksi dan instrospeksi, semoga sifat kita yang ingin merubah kehidupan kita menjadi lebih baik selalu selaras dengan kehendak yang kuasa, tidak menghalalkan segala cara, tidak semena-mena, selalu berpasrah akan kehendaknya dan bersyukur terhadap semua yang telah dan akan dirahmatkan kepada kita. 

Selalu sadar dan menjaga hati agar tidak terjangkiti sifat serakah akan membuat kita hidup lebih baik, hidup lebih bahagia. Dengan begitu Indonesia akan menjadi lebih baik, sebab masyarakatnya bebas dari sifat-sifat serakah. Ya, serakah itu salah. 

Akhir kata, bila saat ini kita dipanggil kembali kepangkuan Tuhan Yang Maha Esa, apalah guna segala yang sudah kita capai di dunia ini? Semua yang telah kita lakukan didunia akan kita pertanggungjawabkan dihadapan-Nya. Sudah siapkah kita?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun