Pemuda memiliki peran penting dalam demokrasi, terutama di Indonesia. Mereka berfungsi sebagai agen perubahan yang aktif terlibat dalam proses politik, mulai dari pemilu hingga diskusi publik. Dengan pengetahuan dan wawasan kritis, pemuda dapat menyuarakan aspirasi masyarakat dan mengawasi kebijakan pemerintah.
Di era digital, pemuda memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan informasi dan menggalang dukungan, meskipun harus waspada terhadap hoaks. Selain itu, pendidikan politik yang inklusif diperlukan untuk mengatasi apatisme di kalangan pemuda, agar mereka memahami kontribusi mereka dalam masyarakat.
tantangan terbesar yang dihadapi pemuda dalam menjaga demokrasi yaitu:
1.Keterbatasan Akses Informasi: Meskipun teknologi informasi berkembang, pemuda sering kali kesulitan mendapatkan informasi yang valid dan terverifikasi, sehingga menghambat partisipasi mereka.
2.Disinformasi: Penyebaran informasi yang salah melalui media sosial dapat membingungkan pemuda dan mempengaruhi opini publik, merongrong proses demokrasi.
3.Kurangnya Keberanian untuk Bersuara: Banyak pemuda merasa takut atau ragu untuk mengungkapkan pendapat mereka, yang mengurangi suara mereka dalam pengambilan keputusan.
4.Ketidakpercayaan terhadap Sistem Politik: Rasa skeptis terhadap institusi politik dan elite membuat pemuda enggan terlibat dalam proses politik.
5.Keterbatasan Pengalaman: Kurangnya pengetahuan dan pengalaman tentang proses politik menyebabkan ketidakpahaman dan apatisme di kalangan pemuda.
Untuk Mengatasi tantangan ini memerlukan kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat untuk meningkatkan literasi politik dan keberanian pemuda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H