Majapahit merupakan salah satu kerajaan terbesar yang pernah berdiri di Nusantara pada abad ke-14 hingga abad ke-15. Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Jawa. Majapahit disebut sebagai kerajaan Hindu-Jawa karena agama yang berkembang pesat di Majapahit, khususnya kerabat kerajaan, adalah agama Hindu beraliran Siwa. Terdapat empat aliran keagamaan di Majapahit, yaitu Siwa, Brahma, Wisnu, dan Budha. Pemeluk Brahma hanya sedikit, sehingga aliran tersebut tidak dimasukkan dalam tripaksa. Diantara ketiga aliran yang termasuk dalam tripaksa, agama Siwa memiliki pengikut yang paling banyak karena kedudukannya sebagai agama resmi sebagai agama kerajaan Majapahit. Kebudayaan Hindu, yang muncul akibat dari ajaran agama, berakulturasi dengan kebudayaan Jawa asli di pedesaan.
Bukti kebesaran Majapahit telah tertulis di dalam Kitab Ngaraktgama buah karya Mpu Prapanca (Mulyana 2006: 4-5). Selain bukti tertulis berupa naskah kuno dan prasasti, terdapat pula peninggalan Majapahit berupa bangunan-bangunan monumental yang masih dapat disaksikan hingga kini, antara lain Gapura Bajang Ratu, Candi Wringin Lawang, Candi Tikus, Candi Brahu, dan Kolam Segaran. Beberapa bangunan tersebut berdiri di Situs Trowulan yang terletak di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Trowulan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia. Kecamatan ini terletak di bagian barat Kabupaten Mojokerto, berbatasan dengan wilayah Kabupaten Jombang. Trowulan terletak di jalan nasional yang menghubungkan Surabaya-Solo. Situs Trowulan merupakan satusatunya situs perkotaan masa klasik Indonesia. Situs yang luasnya 11 km x 9 km, cakupannya meliputi wilayah Kecamatan Trowulan dan Sooko di Kabupaten Mojokerto. Trowulan ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya peringkat nasional sesuai Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 260/M/2013 tentang Penetapan Satuan Ruang Geografis Trowulan Sebagai kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional tertanggal 30 Desember 2013.
Museum Majapahit adalah salah satu pihak yang dapat tampil dan berperan sebagai mediator antara pelestari budaya (baik pemerintah, arkeolog, akademisi, maupun LSM) dengan masyarakat setempat yang berprofesi sebagai pembuat bata. Salah satu tujuan utama penyampaian informasi yang dilakukan Museum Majapahit adalah untuk memberikan wawasan kepada masyarakat setempat bahwa tempat tinggal mereka merupakan tanah yang luar biasa istimewa. Daerah yang mereka tinggali sehari-sehari dahulu merupakan pusat kota salah satu kerajaan termahsyur di Nusantara, yaitu Majapahit. Masyarakat perlu memahami bahwa situs yang lestari dapat memberikan manfaat yang positif terhadap aspek ideologis, akademis, dan ekonomis. Manfaat aspek ideologis yaitu sebagai penguat jati diri bangsa dengan menjaga warisan budaya, manfaat akademis yaitu sebagai pengetahuan yang dipelajari dengan dibukanya situs wisata untuk para warga ataupun turis, serta manfaat ekonomis yaitu sebagai objek. Di antara seluruh metode penyajian, pameran merupakan kunci utama keberhasilan museum, karena pameran merupakan hal yang pertama kali dilihat seseorang ketika mengunjungi museum. Pameran Museum Majapahit sebaiknya mengikuti trend perkembangan tata pamer yang lebih terkini.
Rumah-rumah yang ada di Kota Majapahit pada masa itu beragam, mungkin keberagaman tersebut berdasarkan status sosial masing-masing pemilik rumah. Golongan priyayi sebagai kelompok sosial memiliki ciri-ciri tertentu yang menunjukkan perbedaannya dengan kelompok sosial lainnya, terutama kelompok sosial dari rakyat kebanyakan. Salah satu lambang kepriyayian tampak pada rumah yang menjadi tempat tinggal. Tingkat kebangsawanan dan tingkat kepangkatan pada pemerintahan menentukan bentuk dan struktur bangunan tempat tinggal. Oleh karena keberagaman tersebut, pemukiman Majapahit menjadi lebih indah. Nagarakretagama juga menggambarkan bahwa pada masa itu rumah-rumah tertata rapi dan indah. Keindahan tersebut disebutkan karena pada halaman rumah terdapat berbagai bunga, meliputi bunga tanjung, kesara, campaka dan lain-lainnya. Keindahan dari rumah-rumah pada masa Majapahit juga terlihat dari kuatnya tiang-tiang rumah, berukir indah dan berwarna-warni. Kakinya berbahan dari batu merah yang bergambar beraneka lukisan. Genting atap rumah-rumah juga diuraikan bahwa bersemarak serba meresapkan pandang, menarik perhatian akan keindahannya. Selain itu, beberapa bahan yang digunakan dalam membangun rumah adalah batu berwarna merah, saat ini disebut dengan batu bata.
Relief-relief candi yang terdapat di Jawa Timur juga menggambarkan beberapa bentuk bangunan-bangunan pada saat itu. Bentuk bangunan tersebut meliputi bangunan bertiang satu, bangunan bertiang empat, bangunan bertiang enam, bangunan bertiang delapan, dan bangunan tertutup. Corak bangunan dengan tiang tanpa dinding diperkirakan adalah banguan publik, sedangkan bangunan yang tertutup adalah bangunan tempat tinggal. Temuan artefak berupa miniatur rumah yang terdapat di Museum Trowulan juga dapat mewakili bagaimana bentuk bangunan rumah pada masa itu. Miniatur tersebut digunakan sebagai maket dalam perencanaan pemukiman pada masa Majapahit. Pada miniatur rumah, kita dapat melihat variasi atap yang bermacam-macam, ada tajug, gonjong, limasan, dan kampung. Dapat dilihat juga jenis bahan yang digunakan untuk atap, yaitu genteng, sirap, bambu dan ijuk.
Cagar budaya mengenai sejarah kerajaan Majapahir dapat diperkenalkan dalam pembelajaran Teks Sejarah kelas XII di awal semester ganjil. Teks Sejarah merupakan teks yang menjelaskan dan menceritakan tentang fakta dan kejadian masa lalu yang menjadi latar belakang terjadinya sesuatu yang mempunyai nilai sejarah. atau definisi lainnya yaitu teks cerita yang berdasarkan catatan-catatan peristiwa masa lampau dikembangkan berdasarkan bukti bukti yang ditemukan yang nantinya menjadi teks kenyataan sejarah. Adapun ciri-ciri yang dimiliki oleh teks sejarah, diantaranya: 1. Disajikan secara kronologis atau urutan peristiwa atau urutan kejadian; 2. Bentuk teks cerita ulang (recount); 3. Struktur teksnya: orientasi, urutan peristiwa, reorientasi; 4. Sering menggunakan konjungsi temporal; dan 5. Isi berupa fakta. Peninggalan kerajaan Majapahit termasuk dalam Sejarah Non FIksi yang kisahnya daoat dibuktikan dengan nyata. Dalam penulisan pun, teks sejarah menggunakan kalimat efektif serta struktur uraian deskriptif-naratif. Selain itu, sejarah peninggalan kerajaan Majapahit dapat diuraikan dalam mata kuliah Sejarah Kebudayaan Indonesia. Dalam mata kuliah ini, akan menceritakan asal usul, pembuktian dan pengembangan dari sejarah kerajaan Majapahit. Salah satunya mengenai museum Majapahit yang penuh dengan asal mula berdirinya kerajaan Majapahit hingga runtuh serta pembuktian berupa arca dan prasasti.
Indonesia kaya akan budaya dan peninggalannya. Salah satunya peninggalan kerajaan Majapahit di daerah Trowulan. Situs ini berada tidak jauh dari rumah mbah kung dan mbah putri saya. Sejak kecil, setiap pulang kampung pasti saya akan berkunjung ke situs tersebut walau berulang2 tanpa rasa bosan. Selalu ada perubahan dalam segi perbaikan dan penemuan candi baru, salah satunya candi Gentong yang sejak 2010 mulai dipugar dan sekarang sudah dapat dikunjungi. Ragam situs cagar budaya peninggalan kerjaan Majapahit tak terhitung dan saat ini tidak semua dalam keadaan baik. Perlu ada perbaikan dan pemugaran. Namun hal itu tidak menyurutkan pengunjung untuk wisata dan mempelajarinya, termasuk pihak sekolah sebagai ilmu pengetahuan secara langsung. Segala pegalaman kunjungan selama ini, dapat saya tuangkan dalam proses belajar mengajar di SMK dan Universitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H