Mohon tunggu...
Rendy Yogaswara
Rendy Yogaswara Mohon Tunggu... Guru - seniman, musisi dan penulis

Nama Pena: Rere

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Putih, Biru, Kuning, Merah untuk Mesin Lebih Baik

14 Januari 2019   21:56 Diperbarui: 28 Juli 2021   22:48 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bambang-ar.blogspot.com

Tahun 2019 ini adalah waktu yang tepat untuk resolusi awal tahun dari perubahan diri hingga termasuk pilihan yang tepat dalam memilih hal-hal baik untuk diri kita dan lingkungan termasuk untuk kendaraan kita. Putih, merah, biru, kuning bukan warna bendera partai seperti maraknya di tahun politik ini, namun lebih tepatnya warna simbol untuk menandai jenis bahan bakar seperti kita ketahui warna putih untuk pertalite dengan nilai oktan RON 90, Merah untuk pertamax plus dengan nilai oktan RON 95, Biru untuk Pertamax dengan RON 92 dan kuning untuk premium dengan Ron 88 yang masyarakat luas kenal dengan nama bensin.

Terkadang kita tidak menghiraukan atau tidak mengerti dari arti jenis masing-masing BBM dengan rasio kompresi ideal pada mesin kendaraan bermotor yang kita gunakan, bahkan ada yang sama sekali tidak mengetahui yang penting mengisinya dengan bensin (premium) yang bersubsidi sesuai dengan isi kantong masyarakat pada umumnya, namun hal itu justru membuat isi kantong kita jebol dik emudian hari jika terjadi permasalahan pada mesin kendaraan kita dikarenakan pengisian BBM yg tidak sesuai dengan rasio kompresi ideal menurut instruktur safety defensive consultan indonesia (SDCI) menghimbau untuk lebih sektif dalam memilih BBM harus sesuai dengan spesifikasi mesin.

Untuk patokan pada umumnya jika kendaraan bermotor keluaran di bawah tahun 2000 biasanya dirancang dengan kompresi dibawah 9,0:1. kompresi mesin tersebut lebih ideal dengan bensin (premium) dengan oktan 88, namun jika premium sudah susah dicari masih bisa disiasati dengan menggunakan pertalite/ron 90 paling maksimal, karena jika mengisi BBM menggunakan Ron yang lebih tinggi lagi maka akan menyebabkan mesin cepat panas karena mengalami timing ignition yang sudah mencapai batasnya dan tidak mempengaruhi laju kendaraan tersebut justru malah menyebabkan mesin lebih cepat panas dan dampak terburuk bisa menyebabkan kerusakan ringan.

Begitu pula dengan kendaraan bermotor keluaran di atas tahun 2000 atau keluaran baru yang minimal kompresi sudah mencapai 10:1 yang idealnya dianjurkan menggunakan oktan RON minimal 92 (pertamax), dengan menggunakan sesuai anjuran ideal pabrik maka akan tercipta pembakaran bahan bakar yang sempurna, mesin awet dan tidak ada kerak pada ruang bakar serta performa mesin akan lebih baik dan bertenaga berbeda dengan jika ukuran kompresi besar namun dipaksakan diisi dengan BBM dengan Ron rendah 90 kebawah maka akan menyebabkan gangguan saat pembakaran mesin yang mengakibatkan mesin mbrebet dan berkerak, ruang bahan bakar kotor dan mesin mengelitik sehingga bisa mengakibatkan mogok.

Perlu diperhatikan jika dipaksakan menggunakan BBM dengan RON yang tidak sesuai dengan rasio kompresi ideal mesin akan mengakibatkan: 1. ruang bahan bakar kotor, 2. berkerak, 3. mesin mengelitik, 4. terparah menyebabkan mesin rusak/piston jebol. jika belum mengetahui rasio kompresi kendaraan anda bisa dilihat pada spesifikasi kendaraan anda. jadi tidak sembarangan jika kita sudah mengetahui dampak buruk dari penggunaan bahan bakar yang tidak sesuai meski tidak secara langsung namun semakin lama akan semakin cepat pula kerusakan itu terjadi. meski bahan bakar mahal namun tidak ada salahnya jika di usahakan daripda justru merogoh kocek yang lebih banyak jika kendaraan kita rusak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun