Mohon tunggu...
Rayhan Chairani Agustin
Rayhan Chairani Agustin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PPG Prajabatan

Saya adalah mahasiswa alumni Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang Angkatan 2019 yang saat ini tengah menempuh Pendidikan Profesi Guru Prajabatan di Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Malang Gelombang 2 Tahun 2023. Saya cukup suka menulis dan membaca.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengembangan Model Pembelajaran Tanggap Budaya Berbasis Proyek di SMPN 15 Malang oleh Mahasiswa dan Dosen PPG Sekolah Pascasarjana UM

10 November 2024   18:00 Diperbarui: 13 November 2024   21:54 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumentasi tim penelitian

Malang, 9 Agustus 2024 - Tim Penelitian dari Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Malang (UM) telah melaksanakan program inovatif berupa Pengembangan Model Pembelajaran Tanggap Budaya atau Culturally Responsive Teaching (CRT) berbasis proyek pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila. Kegiatan ini diadakan di SMP Negeri 15 Malang dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran siswa terhadap pentingnya pelestarian budaya lokal. Program tersebut menjadi bagian dari upaya untuk mengintegrasikan nilai-nilai budaya ke dalam proses pembelajaran, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa di era digital.

Model Pembelajaran Tanggap Budaya sendiri merupakan pendekatan pendidikan yang bertujuan untuk mengakui, menghargai dan melestarikan budaya lokal dalam pembelajaran. Ini sesuai dengan kebijakan nasional terkait pelestarian budaya yang diatur dalam berbagai undang-undang di Indonesia, yang menekankan pentingnya menjaga identitas budaya di tengah arus globalisasi yang semakin kuat. Pendekatan ini bertujuan untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proyek-proyek yang relevan dengan budaya mereka, sehingga mereka tidak hanya memahami aspek teoritis, tetapi juga mengalami langsung bagaimana budaya berperan dalam kehidupan sehari-hari.

Program ini diimplementasikan oleh mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) Pra Jabatan Gelombang 2 tahun 2023 yang terdiri dari Novi Mardiningrum, S.Pd., Shalsabila Kharismadini Kartika, S.Pd., dan Revly Manggala Putri, S.Pd yang dibimbing oleh beberapa dosen ahli dari Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Malang, yaitu Dr. Sri Untari, M.Si., Dr. H. Agung Haryono, S.E., M.P.D, Ak., Dr. Nindyawati, S.T., M.T., serta Alfan Bramantya, M.Pd. Program ini dilaksanakan dengan melibatkan siswa kelas 9A di SMP Negeri 15 Malang sebagai subjek penelitian.

Sumber: dokumentasi tim penelitian
Sumber: dokumentasi tim penelitian

Pengembangan model pembelajaran ini didorong oleh tiga alasan utama. Pertama, alasan rasional. Bahwasannya globalisasi dan dominasi konten digital telah menyebabkan penurunan pemahaman budaya lokal di kalangan siswa. Model pembelajaran ini dirancang untuk menyikapi tantangan tersebut dengan mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal ke dalam kegiatan pembelajaran berbasis proyek, yang pada akhirnya membantu siswa memperkuat identitas budaya mereka di tengah dunia yang terus berubah. Melalui program ini, siswa diharapkan dapat lebih memahami dan menghargai budaya mereka serta merasa memiliki tanggung jawab untuk melestarikannya.

Kedua, alasan pedagogis. Pendekatan berbasis proyek memungkinkan siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar. Dengan mempelajari budaya lokal dalam konteks kehidupan nyata, siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga mendapatkan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif. Model pembelajaran ini mendukung diferensiasi yang berpusat pada siswa, memberikan guru kemampuan untuk menyesuaikan proyek sesuai latar belakang budaya individu. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih inklusif dan relevan bagi setiap siswa.

Ketiga, alasan psikologis. Pembelajaran berbasis budaya ini memberikan dampak positif pada kesejahteraan psikologis siswa. Ketika budaya lokal mereka diakui dalam pembelajaran, siswa merasa dihargai dan dihormati, yang pada akhirnya meningkatkan rasa memiliki dan harga diri mereka. Pengalaman ini tidak hanya memperkuat keterampilan kognitif, tetapi juga memperkaya dimensi sosial dan emosional siswa, seperti empati dan penghargaan terhadap keragaman budaya.

Implementasi model ini dimulai dengan analisis kebutuhan yang mendalam, mencakup kebutuhan siswa, guru, dan lingkungan pendidikan secara keseluruhan. Proses pembelajaran terdiri dari beberapa tahapan, mulai dari orientasi, perencanaan aksi, pelaksanaan proyek, hingga refleksi dan evaluasi. Salah satu hasil penting dari proyek ini adalah peningkatan pengetahuan siswa terhadap kebudayaan lokal, rasa tanggap terhadap budaya, serta komitmen mereka untuk melestarikan dan mempromosikan budaya tersebut.

Sumber: dokumentasi tim penelitian
Sumber: dokumentasi tim penelitian

Sumber: dokumentasi tim penelitian
Sumber: dokumentasi tim penelitian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun