Apa yang ada di benak Anda ketika disuruh mengarang selepas liburan sekolah? Hampir tidak ada yang menunjukkan ekspresi bahagia sebahagia menghabiskan liburan itu sendiri.Â
Ketika duduk di bangku sekolah dulu, saya beserta teman-teman tercinta sering disuruh mengarang. Mengarang bertema, mengarang bebas tapi sedikit sekali diajari bagaimana cara mengarang yang bagus.Â
Hasilnya, isi karangan tidak sesuai dengan judul, begitu komentar kakek saya setelah membaca karangan saya tentang liburan sepanjang satu halaman penuh lebih beberapa baris. Kakek saya dulunya seorang guru sekaligus kepala sekolah SD di kampung.Â
Beranjak SMP, mengarang tidak lagi hanya untuk mata pelajaran bahasa Indonesia tapi juga merambah ke pelajaran lainnya. Kali itu kami ditugasi membuat kliping ekonomi dari koran. Aduh, kliping itu sekolah zaman kapan ya?
Tugas ini merangkap mengarang kata pengantar. Guru saya sampai terharu membaca isi pengantar yang saya tulis. Entah bagian mana yang membuat beliau sampai hati menghadiahi saya nilai yang bagus.Â
Menginjak usia remaja di kelas satu SMA, hampir setiap hari saya menulis kejadian di sekolah dengan tutur bahasa yang menurut teman-teman saya lucu. Kemudian, saya juga menulis naskah drama untuk pentas seni, menulis artikel untuk majalah dinding dan bahkan puisi-puisi cinta untuk iseng semata pada anak baru di sekolah hahaa...Â
Tulisan saya hanya beredar di kalangan terbatas yakni teman-teman sekelas, paling jauh teman satu sekolah. Minimnya informasi saat itu membuat bakat banyak anak sulit berkembang termasuk bakal menulis ugal-ugalan saya itu.Â
Kemudian, bakat itu benar-benar tenggelam karena bercampur dengan perkuliahan yang mengharuskan saya belajar teknik menulis yang tidak lagi menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan hingga untuk menyelesaikan studi pun, skripsi yang kami tulis tidak dalam bahasa Indonesia.Â
Walaupun bahasa Indonesia adalah bahasa ibu, dalam praktiknya bahasa Indonesia termasuk sulit untuk digunakan dengan baik dan benar. Menurut saya loh ya. Untuk lulus ujian akhir di sekolah pun, nilai saya pas-pasan saja. Ya untung luluslah.
Karenanya, seorang teman di Facebook menulis kritiknya ketika saya menulis postingan maupun komentar. Tata bahasa Indonesia saya dangkal padahal saya juga mempelajari bahasa lain. Mestinya bahasa ibu saya lebih baik tulisnya dalam sebaris status sindiran. Saya tidak menyangkal karena begitulah adanya.Â
