Maka, jangan panik ketika masih ada teman-teman kita yang belum menikah. Ada banyak orang di luar sana, yang tidak seberuntung kita, menunda menikah karena tanggungjawab sebagai tulang punggung keluarga, menunda menikah karena karir, mengurus orang tua, studi atau masih ingin menikmati hidup sendiri serta jutaan pilihan lainnya yang sudah semestinya kita hargai seperti mereka yang ikut berbahagia ketika kita memutuskan lebih dulu menikah.
Paniklah ketika pertanyaan kita malah menjerumuskan orang lain menjadi pelakor (sebutan untuk laki-laki apa ya?) apalagi yang direbut eh suami atau istri sendiri. Emang enak?
Paniklahketika sudah menikah ternyata masih merasakan kesepian yang lebih dalam lagi. Paniklah ketika tujuan menikah adalah menjadi kaya materi dan kenyataannya anak bertambah tiap tahun tapi penghasilan jalan di tempat. Paniklah ketika tujuan menikah adalah bahagia dunia dan akhirat katamu tapi bahagia itu ternyata masih butuh pengakuan dari orang lain. Tak sedikit yang membangun kebahagiaan dengan keributan setiap harinya sampai tetangga ikut terusik.
Sayang sekali jika kefanatikan kita dalam beragama jadi membuat kita mudah menghakimi orang lain, melupakan bahwa jodoh adalah juga rezeki yang kendalinya masih di tangan Tuhan. Kita mau apa?
 Ada baiknya sesama teman agar saling mendukung, tidak perlu sampai semaniak fans klub sepakbola, tidak mencampuri urusan orang lain itu juga adalah bentuk dukungan dan perhatian.
Sebagai lajang, saya pun mensyukuri ketika perhatian yang begitu besar dicurahkan untuk saya. Sedangkan masalah yang saya hadapi masih seputar bingung milih baju pink atau hijau tapi malah memakai baju ungu, ingin ini itu tapi duit kantong tinggal dua ribu, dan hal-hal sepele lainnya.
Dan, yang paling saya syukuri saya masih punya banyak waktu untuk beribadah, berbakti pada orang tua, dan memperbaiki diri karena menikah atau belum, saya masih harus menghadapi kematian sendirian sekaligus mempertanggungjawabkan perbuatan saya sendiri.