BANCAKAN UANG NEGARA ALA FAKSI SEJAHTERA DI PKS
Partai Orde Reformasi vs Partai Orde Baru
Kesamaan prahara Golkar(http://m.kompasiana.com/post/read/731000/1/bancakan-uang-negara-di-balik-prahara-partai-golkar.html) dan suksesi PAN (http://m.kompasiana.com/post/read/731204/1/bancakan-duit-negara-ala-hatta-radjasa.html ) menggunakan pola yang sama, 3F = Figure, Fans, Funds. Pola kerjanya saja yang berbeda. Ini semua disebabkan karena inti perputaran yang ada dalam partai-partai politik sudah mulai mengejar kesenangan hawa nafsu (having fun) di balik gemerincing uang negara.
Having fun ini jika dilakukan dalam sebuah kelompok, apapun bentuknya, termasuk partai politik, mensyaratkan keberadaan Figur dan Fans (pengikut). Pengikat diantara keduanya adalah Funds, makanya selalu ada istilah fund rising dalam komunitas ini. Efeknya pun hebat, menggilas aturan-aturan internal partai.
Jika para figur berselisih pendapat, karena ini terkait funds yang besar, maka yang terjadi bukan hanya saling sikut, tapi saling depak, saling isolasi, bahkan kalo perlu diisolasikan dalam penjara melalui kasus hukum.
Karena Partai Golkar ini “menyebar” dan “bermetamorfosa” menjadi partai-partai lain, seperti Demokrat, Hanura, Nasional Demokrat (NasDem), dan Gerindra, maka perilaku semacam ini ter-cloning dengan sempurna di partai-partai tersebut. Uniknya partai-partai lain seperti PDI-P, PPP berikut pecahannya seperti PKB juga terpapar virus ini. Lebih celaka lagi PAN dan PKS yang merupakan produk Orde Reformasi dan anti-tesa atas partai – partai bentukan Orde Baru, juga tak luput dari paparan virus ini.
Suksesi PAN adalah salah satu contohnya. Sepak terjang Hatta Radjasa dalam mencengkeram kekuasaannya menunjukkan bahwa reformasi yang sudah berumur 17 tahun ini gagal memperbaiki sendi-sendi kehidupan bangsa. Reformasi salah jalan atau kebablasan? Jalan di tempat atau malah mundur ke belakang?
Faksi Keadilan dan Faksi Sejahtera di PKS
Bagaimana dengan PKS? PKS sudah lama terbelah dalam 2 faksi utama, yaitu FAKSI KEADILAN dan FAKSI SEJAHTERA. Ironis memang, partai anak muda idealis berisi para aktifis, cendekiawan dan profesional pun harus mengalami fenomena ini. Cukup melihat dari namanya saja, sudah dapat ditebak yang mana terpapar virus ini. Poros 3F: Figur – Fans – Funds merasuki FAKSI SEJAHTERA. Sebenarnya ini merupakan suatu yang natural karena semua partai ini bermain dalam lingkungan yang sama, memakai cara yang sama dan menghadapi ancaman dan tantangan yang sama. Dan yang lebih penting, mereka mengincar sumber yang sama: APBN dan APBD.
Sementara itu FAKSI KEADILAN terdiri dari mereka yang lebih konservatif, puritan dan tidak punya akses ke arena permainan faksi sejahtera. Faksi keadilan bisa dipilah-pilah dalam beberapa kelompok berdasarkan ideologi maupun tokoh-tokohnya. Ada kubu HNW (Hidayat Nur Wahid), kubu Tifatul Sembiring, kubu LHI (Lutfi Hasan Ishaq) dll.
Faksi ini bukan berarti tidak bermain sama sekali. Bermain juga, namun tidak sedalam, sedahsyat dan serapi permainan faksi sejahtera. Bahkan permainannya kadang hanyalah proyek kecil-kecilan yang tidak signifikan dan masih coba-coba. Ironisnya ternyata lebih banyak lagi para elit politik PKS yang tidak pernah bermain proyek APBN/APBD, hanya hidup dari gaji sebagai dosen, guru, penceramah, pengusaha, pegawai dll.
Mereka inilah para faksi keadilan, yang tak punya figur pemersatu dan sering hanya sebagai obyek retorika, wacana dan janji-janji faksi sejahtera! Tak sedikit yang akhirnya exodus karena tidak tahan melihat realitas yang ada, seperti Yusuf Supendi, Daud Rasyid, Sigit Pranowo, Mashadi dll.
Nonsense itu semua ide besar kenegaraan, semangat reformasi dan perbaikan kehidupan bernegara. Untuk melanggengkan hal ini, cara yang dilakukanpun sama dengan cara-cara yang dilakukan pada partai lain, bukan hanya saling sikut atau sindiran, tapi saling depak, saling isolasi. Termasuk saling sandera karena kartu trufnya dipegang masing-masing. Bahkan jika perlu melibatkan tangan pihak lain untuk melakukan hal tersebut seperti yang terjadi di Partai Golkar dan PPP beberapa waktu yang lalu dan yang masih berlangsung prosesnya sampai saat ini.
Sepak Terjang Faksi Sejahtera
Faksi Sejahtera bertumpu pada 3 orang, dimana 2 diantaranya dikenal oleh publik: ANIS MATTA, FAHRI HAMZAH dan satu lagi mantan anggota DPR periode lalu, AHMAD RELYADI. Yang terakhir kurang dikenal publik namun sangat diperlukan karena untuk urusan seperti ini selalu harus ada pelaksana tangan kotornya, sekaligus memproteksi keamanan operasi.
Selain 3 orang tersebut, ada satu orang lagi. Meskipun masih dianggap orang lain namun sangat mempengaruhi tindak tanduk Faksi Sejahtera dan cukup silent, yaitu AZIZ MOCHDAR, kolega dari Moch Reza Chalid Boss Petral.
Beberapa strategi penting faksi ini dibicarakan, didiskusikan dan bahkan diputuskan di kantor Azis Mochdar. Bukan di kantor DPP PKS, kantor Fraksi PKS ataupun di kantor Anis Matta di bilangan Kuningan Jaksel.
AZIZ MOCHDAR dekat dengan Anis Matta cs pada saat Pilkada DKI Jakarta tahun 2007 di mana PKS mengusung Adang Darajatun sebagai Cagub DKI Jakarta.
AZIZ MOCHDAR mengenalkan Anis Matta cs dengan politik anggaran, mekanisme pasar, pelaku usaha dan dunia mafia (Tommy Winata dll). Awalnya hanya untuk mengintrodusir PKS agar tidak dianggap radikal dan membahayakan pasar (agar PKS lebih market friendly / bersahabat dengan pasar), namun akhirnya berubah menjadi ‘perselingkuhan berkepanjangan dengan pasar’ ketika uang alias funds sudah mulai merasuki gaya hidup mereka.
Jejak Faksi Sejahtera: dari Banggar sampai Hungaria
Dari 2 pola yang ada, pola Golkar dan pola PAN Hatta Radjasa, pola PKS ini lebih cenderung ke pola Golkar karena ada hubungan rahasia antara Anis Matta cs dengan Setya Novanto, ketika Anis Matta duduk sebagai Wakil Ketua DPR RI 2009-2012 dan Setya Novanto yang menguasai Banggar DPR. Pola kerja Anis Matta lebih bergaya Golkar karena berguru pada Setya Novanto dari Golkar (lihat kompasiana link tentang Golkar): bermain melalui Badan Anggaran. Jejaknya cukup terang pada pengakuan Yulianis, mantan Direktur Keuangan PT Anugerah Nusantara sekaligus mantan anak buah Nazaruddin ketika ybs masih menjabat sebagai bendahara Partai Demokrat. Uang tersebut diterima oleh Tamsil Linrung, wakil ketua Badan Anggaran DPR periode 2009-2012, melalui Minarsih dalam bentuk US dollar.
Jejak yang kasat mata namun sering diabaikan para pimpinan PKS adalah gaya hidup Anis Matta yang semakin perlente dengan jam tangan mewah berharga ratusan juta, mobil mewah, perjalanan wisata ke luar negeri dan skandal perkawinannya dengan perempuan Hungaria bernama Zylvia Fabula.
Seperti pola Golkar, pimpinan DPR (ketua dan para wakil ketua) mendapat 2% dari blok proyek yang “dibeli” oleh perusahaan yang ingin mendapat tender. Nazaruddin pernah membeli suatu blok proyek senilai Rp 10 T. Tamsil Linrung yang membawa jatah 2% (sekitar Rp 200M) untuk pimpinan DPR yang mengawal blok tersebut. Dapat dibayangkan fund rising yang dilakukan faksi sejahtera PKS ini jika tiap tahun ada tokoh faksi tersebut menjadi pimpinan DPR.
Mungkin penyidik KPK yang diutus ke PKS untuk menawarkan biaya “membereskan” kasus mantan presiden PKS (yang ditolak oleh PKS sehingga ybs dihukum 18 tahun) tidak akan menawarkan damai dengan harga Rp 15M...:-). Tapi akan minta lebih besar lagi…. (pertanyaannya: dipakai buat apa hasil fund rising tersebut?).
Tamsil Linrung dan Mafia Banggar Faksi Sejahtera
Team work faksi sejahtera ini rapih dibangun bahkan jauh-jauh hari sebelum Pemilu 2009. Tamsil Linrung dicalonkan oleh PKS sebagai aspirasi pengurus daerah pemilihannya (DPW PKS Sulsel), awalnya bukan ditempatkan pada urutan pertama. Perubahan menjadi urutan nomor satu tersebut dilakukan justru pada pertemuan di kantor Azis Mochdar dan diminta langsung oleh pemilik kantor tersebut. Dalam pertemuan tersebut hadir Anis Matta, Fahri Hamzah, Ahmad Relyadi, Andi Rahmat, Ahmad Zainuddin dan Aus Hidayat Nur. Ini berujung dengan terpilihnya Tamsil Linrung sebagai anggota DPR dan ditempatkan sebagai wakil ketua Banggar DPR RI (2009-2014). Tentu saja Faksi Keadilan tidak mengetahui tentang hal ini.
Beberapa anggota Banggar periode 2009-2014 dari Faksi Sejahtera, tugasnya melakukan semacam di atas, suatu kebiasaan yang juga dilakukan oleh partai-partai politik lainnya. Nama-nama seperti M SYAHFAN BADRI, JAZULI JUWAINI, YUDI WIDIANA ADIA dan ECKY A. MUCHARAM, ANDI RAHMAT DLL merupakan barisan eksekutor di Banggar.
PPATK bahkan pernah mengeluarkan “warning” atas rekening Bank Jazuli Juwaini sebagai rekening yang transaksinya tidak wajar. Dengan demikian berlaku pula 3F (figur, fans, funds) pada faksi sejahtera PKS...Yang sangat mengherankan, partai ini dikenal sebagai partai miskin dan mengaku hanya mengandalkan iuran anggotanya. Kemana larinya uang ini?
HNW Pindah Haluan Masuk Faksi Sejahtera
Dengan latar belakang ini pula Fahri Hamzah “menggeser ke atas” Hidayat Nur Wahid dari asalnya diplot menjadi wakil ketua DPR menjadi wakil ketua MPR pasca Pemilu 2014. Dengan manuver ini ada 2 keuntungan yang didapat: pertama, menempatkan Fahri Hamzah sebagai pimpinan DPR (funds rising). Kedua, menarik Hidayat Nur Wahid dari awalnya berada di faksi keadilan menjadi pendukung kuat faksi sejahtera (fans).
Sejatinya perubahan HNW terjadi sejak dia menjabat sebagai Ketua MPR dan menikah dengan Diana Abbas Thalib. Lebih parah lagi ketika menjabat sebagai Ketua Fraksi PKS dan menjadi Calon Gubernur Jakarta, istri dan keluarganya banyak bermain proyek dan meninggalkan jejak yang terendus penegak hukum, termasuk masalah pajak. Setelah Anis Matta menjadi Presiden PKS, HNW semakin tak berkutik. Apalagi ketika menentukan posisi Wakil Ketua MPR, HNW memohon-mohon kepada Anis Matta agar posisi itu diberikan kepadanya, karena dia tahu pasti tidak akan dipasang sebagai Ketua Fraksi PKS lagi.
Faksi Sejahtera di DPRD DKI Jakarta
Kepanjangan tangan faksi sejahtera ini juga sampai ke DPRD yang menyasar APBD. Figur pimpinan daerah PKS di DKI Jakarta: Triwisaksana, Selamat Nurdin, Tubagus Arif , Dite Abimanyu, Rifkoh Abriani dll juga merupakan kepanjangan faksi sejahtera di DKI Jakarta. Kalau mereka benar-benar bersih kenapa gak serius melawan Ahok? Kenapa mesti ngumpet di bawah ketiak Haji Lulung? Yang terjadi sebenarnya adalah saling sandera antara Kebon Sirih (DPRD) dengan Balai Kota (Ahok) karena memang kedua belah pihak bermain semua, termasuk Faksi Sejahtera di DPRD DKI Jakarta.
Ketika Faksi Sejahtera semakin berkuasa dan menguasai PKS, bisa dipastikan partai ini akan semakin murah tergadai di belantara perpolitikan nasional dan melupakan cita-cita para pendirinya.
Atau kunjungi laman berikut:
http://republikbalikkanan.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H