Mohon tunggu...
Muhamad Hamka
Muhamad Hamka Mohon Tunggu... -

"Yang tertulis akan abadi"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nalar Kekuasaan dan Syahwat Berkuasa

5 Juli 2012   01:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:17 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Nalar kekuasaan penting bagi seorang calon pemimpin. Karena nalar kekuasaan yang akan menjadikan seorang calon pemimpin sadar diri dan tahu diri. Sadar bahwa ia layak atau tidak menjadi seorang pemimpin. Tahu bahwa ia disukai atau tidak oleh masyarakat. Sadar bahwa ia dibutuhkan oleh bangsanya dan tahu bahwa rakyat merindukannya untuk menjadi pemimpin. Ia pun sadar dan tahu, bahwa amanah kepemimpinannya akan dipertanggung-jawabkan dunia dan akhirat.

Sehingga ketika ia sadar dan tahu diri, maka ia tanpa sungkam dan pamrih akan mewakafkan hidupnnya (kepemimpinanya) untuk kemaslahatan bersama. Seperti pemimpin kita di masa lampau. Untuk menyebut beberapa nama; Bung Karno, Bung Hatta, Sutan Sjahrir, Tan Malaka, Wahid Hasyim, dan Mohammad Natsir.

Mereka adalah pemimpin pergerakan yang sadar dan tahu diri. Sehingga mereka tak pernah mengeluh dalam perjuangannya, walaupun alasan untuk mengeluh sangat masuk akal waktu itu. Bandingkan dengan pemimpin kita—kini dan disini—cepat sekali mengeluh untuk hal-hal yang tidak layak dikeluhkan. Sehingga jangan heran kalau rakyat bangsa ini paling doyan mengeluh, karena pemimpin yang menularkan sifat demikian.

Ini adalah akibat dari syahwat berkuasa. Syahwat berkuasa tak peduli dengan sadar diri dan tahu diri. Ia sadar bahwa ia tak pantas menjadi pemimpin, tapi karena nafsu untuk berkuasa dengan dukungan uang yang banyak, ia mengabaikan kesadaranya tersebut. Pun begitu ia tahu bahwa rakyat tak membutuhkan ia menjadi pemimpin, tapi karena syahwat berkuasa sudah sampai di ubun-ubun, ia pun akan mengabaikan bahkan mencibir perasaan rakyatnya.

Hati-hati dengan calon pemimpin model ini, karena kalau sudah berkuasa, maka boro-boro ia mewakafkan kepemimpinanya untuk kemaslahatan bersama, ia justru akan menjadi lupa diri; lupa akan visi-visinya, lupa akan janji-janjinya, bahkan yang lebih ironis, ia akan lupa dengan penderitaan rakyatnya. Waspadalah???

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun