[caption id="attachment_198382" align="aligncenter" width="620" caption="Aburizal Bakrie (KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN)"][/caption] Aburizal Bakrie berhasil membungkam demokrasi diinternal Golkar. Sehingga suara kritis DPC dan DPD tak lagi terdengar, semuanya satu suara mendukung Ical sebagai capres tunggal Golkar. Namun Ical tak sadar bahwa Golkar bukan partai tempat berkumpulnya para kader malempem yang mudah dikebiri. Sewaktu Rapimnas, boleh saja mereka se-ia/se-kata dengan Ical, tapi belum tentu pada saat proses pemenangan Ical nantinya. Sangat mungkin akan banyak" musuh dalam selimut" dalam perjalanan Ical menuju kursi RI 1. Hal ini sangat mungkin terjadi, karena Golkar adalah partai politik dengan mekanisme rekruitmen kader yang selektif. Kader Golkar rata-rata memiliki kapasitas politik dan intelektual yang memadai. Sehingga secara personal mereka memiliki independensi dan kemerdekaan politik yang tinggi. Maka kosekwensi logisnya, independensi dan kemerdekaan politik mereka tak akan mudah terjungkalkan, apalagi oleh sekadar pundi-pundi harta karun Bakrie. Hal inilah yang menjadikan Golkar sebagai partai yang tak terkooptasi oleh kekuatan Figur atau tokoh tertentu. Dan dampak lanjutanya, adalah munculnya faksi-faksi politik sebagai akibat dari tidak adanya figure dominan. Kekalahan dua calon Presiden Golkar sebelumnya, tahun 2004 dan 2009 adalah bukti tak terbantahkan dari polarisasi yang tajam dari faksi-faksi politik ditubuh Golkar. Secara normative bisa saja mereka mendukung calon yang diusung Golkar, tapi secara substantive mereka bergerak dibawah tanah mengganjal calon tersebut. Bahkan lebih jauh lagi bekerja untuk calon lain. Dalam kasus pencalonan Ical Bakrie ini, polarisasinya sangat melebar. Mengingat salah satu "suhu" atau tokoh terkemuka Golkar, Akbar Tanjung tak begitu apresiasi dengan langkah arogan Ical Bakrie yang menetapkan dirinya sebagai Capres tunggal. Memang didepan public Akbar Tanjung sudah merestui langkah Ical, tapi siapa yang tahu isi hati politikus handal Indonesia ini. Sehingga besar kemungkinan faksi Akbar Tanjung yang masih memiliki pengaruh kuat dalam tubuh Golkar, bakal menjadi duri dalam daging bagi Aburizal Bakrie. Belum lagi dari kelompok muda, seperti Hariyanto Tohari yang secara implisit mengisyaratkan ketak-sukaan dengan gaya arogan Ical. Dari uraian singkat diatas, penulis melihat syahwat kekuasaan Aburizal Bakrie bakal tersungkur oleh "tikaman" kader Golkar sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H