Kalau mau jujur hari Kebangkitan Nasional yang saban tahun diperingati di seantero negeri tak lebih sebagai parade seremonial. Pasalnya, spirit dan hakikat kebangkitan yang diwariskan oleh para tetua negeri ini 104 tahun lalu, justru mengalami kontradiksi dengan kondisi hari ini.
Betapa tidak, sikap sectarian, primordial dan chauvinistic masih melekat dalam spectrum dan paradigma berpikir anak bangsa. Lihatlah perilaku gerombolan ormas (FPI) yang kerap mencederai kemajemukan bangsa ini. Belum lagi laku para elite politik yang jauh dari etika kemajemukan, dengan pernyataan dan tingkah-laku yang acapkali merobek roh kemajemukan negeri ini.
Di tambah lagi dengan sikap penguasa yang cendrung membiarkan para “pengacau” merusak keharmoniaan bangsa. Sikap-sikap seperti ini justru bertolak belakang dengan mimpi para pendiri NKRI yang mengutamakan kemaslahatan umum diatas kepentingan individu, kelompok maupun golongan.
Jadi, peringatan hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) setiap tanggal 20 Mei tak lebih sebagai parade seremonial, guna sejenak mengenang jasa-jasa para pejuang. Sekadar mengenang, tak lebih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H