"Belajar itu seru, asik, dan menyenangkan". Â Ibu, kapan lagi kita belajar di laboratorium komputer?". Â "Asiik, hari ini kita ke lapangan". Â "Ibu, bolehkah, kami menggunakan grafik batang saja?". Â "Ibu, nanti kuisnya pakai Kahoot! lagi ya". Â "Ibu, kita latihan soal saja di buku tulis ya?". Â
Demikianlah berbagai komentar seru dari  murid-murid  yang semakin memotivasi diri saya untuk belajar lebih banyak memahami karakteristik murid yang berbeda setiap tahunnya dan kebutuhan belajar yang berubah-ubah.  Dulu, saya tidak tahu bahwa itu sudah termasuk salah satu strategi pembelajaran berdiferensiasi. Â
Setelah berkenalan, membaca, berdiskusi, menelaah video, dan membuat sendiri skenario pembelajaran berdiferensiasi, saya baru paham bahwa ternyata apa yang pernah saya lakukan adalah sedikit dari bagian pembelajaran berdiferensiasi.
 Mengapa saya katakan sedikit, karena saya saat itu belum paham ilmunya, belum mengerti karakteristik pembelajaaran berdiferensiasi, belum tahu strategi-strateginya, belum menggunakan ilmu untuk memenuhi kebutuhan belajar individual murid-murid saya.  Saya saat itu hanya tahu bahwa murid akan bosan jika saya menerapkan pembelajaran yang begitu-begitu saja.Â
Sama seperti saya yang tentunya akan bosan jika makan, menunya satu bulan selalu sama, apalagi satu tahun, mungkin saya akan menjadi kurang termotivasi untuk makan. Â Apalagi dalam prose pembelajaran di kelas yang selalu mengalami perubahan murid, perubahan zaman, dan perubahan sudut pandang. Â Â
Mengawali kegiatan modul 2.1 dengan mulai dari diri, kami langsung disuguhi dengan refleksi individu terkait praktik pembelajaran di kelas saya sebelumnya. Â Sesi inilah yang paling saya sukai dari Pendidikan Guru Penggerak, saya dilatih dan dibimbing untuk membiasakan diri merefleksi diri sendiri, merefleksi kegiatan saya, dan merefleksi orang lain. Â
Merefleksi orang lain mungkin pekerjaan gampang, karena biasanya penonton akan terlihat lebih mahir daripada pemain secara teoritis, tetapi menilai diri sendiri perlu pemikiran mendalam, kejujuran akan kondisi diri, dan keinginan untuk memperbaiki apa yang telah dilakukan. Â
Tulisan refleksi diri saya dan rekan-rekan  CGP yang lain menyadarkan saya bahwa murid adalah pribadi yang unik dan spesial, spesial minatnya, spesial kesiapan belajarnya, dan spesial profil belajarnya.  Apalagi di awal refleksi ada goresan filosofi Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara bahwa  Pendidik hanya merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat lahir dan batin yang ada pada diri anak sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya. Â
Tidak sedikit pula tantangan-tantangan yang dihadapi oleh saya pribadi dan rekan lain yang terkadang bisa dalam kondisi yang sama, sehingga kemudian saya merenung bahwa apa yang saya lakukan pasti belum maksimal dan menyebabkan kebutuhan belajar individu murid di kelas saya belum terpenuhi. Â
Saya merasakan semangat rekan-rekan CGP untuk memberikan pelayanan terbaik bagi murid-muridnya dan ini memotivasi saya untuk optimis dan semangat menerapkan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan di kelas.