Pengalaman yang menakjubkan ketika melaksanakan aksi nyata Modul 1.4 Pendidikan Guru Penggerak tentang Budaya Positif. Â Perasaan yang fluktuatif selama proses implementasi teori segitiga restitusi kepada murid sangat saya rasakan selama prosesnya. Â
Setelah memahami peran posisi kontrol saya sebagai seorang manajer, melihat, mendengar, serta membaca berbagai praktik baik yang telah dilakukan oleh Bapak/Ibu guru hebat, saya sejujurnya masih belum yakin seratus persen bahwa saya bisa menerapkan hal ini kepada murid-murid saya. Â
Namun yang terjadi sangat di luar ekspektasi saya. Â Sebagai seorang Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum dengan beban mengajar 15 jam setiap pekan membuat saya agak jarang berinteraksi secara intens dengan murid. Â
Tetapi setelah saya mempelajari modul ini saya kembali tergerak untuk membersamai dan merangkul murid-murid saya yang saat ini lebih banyak ditangani oleh guru Bimbingan Konseling, Wali Kelas, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswan dan beberapa guru lainnya. Â
Keluhan yang sama diberikan bahwa murid-murid ini kalau tidak diberi hukuman pasti mengulangi lagi. Â Saya tidak menyalahkan mereka, toh saya juga seperti itu dulu pada saat belum banyak belajar tentang pendidikan dari berbagai referensi dan belum mengenal Pendidikan Guru Penggerak.Â
Saya menyadari ini adalah momen saya untuk "turun gunung" menangani permasalahan disiplin murid dengan sedikit bekal ilmu yang saya peroleh di modul 1.4. Â Implementasi pertama adalah saya mencoba mengajak murid-murid untuk mencari nilai-nilai kebajikan universal yang perlu mereka tingkatkan dan sekolah butuhkan saat ini. Â
Murid-murid saya sangat antusias, ada yang menjawab percaya diri, tanggung jawab, mandiri, saling menghormati, kebersihan, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kerja sama, persahabatan, dan beragam nilai lainnya. Â
Kami  (saya dan murid-murid) mencoba mencari nilai mana yang paling penting dan paling banyak, yang akhirnya kami mendapatkan bahwa nilai beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia, mandiri, saling menghargai, kebersihan, percaya diri, dan tanggung jawab menempati posisi teratas. Â
Murid-murid saya juga menyadari bahwa tidak ada satupun orang yang mau disakiti. Â Â Setelah murid-murid di kelas saya yang terdiri dari kelas IXB, IXC, dan IXD mulai dikenalkan dengan nilai-nilai kebajikan ini dan menjadi sebuah keyakinan kelas, saya mencoba menerapkan segitiga restitusi sebagai seornag manajer dalam menangani permasalahan yang dihadapi di kelas.Â
Saya ditemukan dengan Amel Sintiya Bela, murid berkebutuhan khusus di kelas IXA. Â Saat upacara Bendera Amel tidak ikut karena terlambat, hari itu semua anak yang tidak ikut Upacara, saya meminta izin kepada Pembina OSIS dan Wakil Kepala Bidang Kesiswaan untuk bertemu dengan mereka. Â Saya mencoba menggali penyebab keterlambatan Amel yang kemudian saya ketahui karena lupa mengaktifkan alarm dan tidak ada yang membangunkan. Â