Keterpaduan aneka beban fikiran tersebut secara terus menerus menciptakan brain fatigue. Otak menjadi lelah dan mental fikiran mengalami keletihan akut. Keletihan akut ini disebut sebagai mental exhaustion. Pada saat mental dan otak kita mengalami kelelahan, willpower kita menjadi kendor. Kekuatan willpower menjadi terkuras, karena mental fikiran kita yang kelelahan alias brain fatigue.
Negative Information
Negative information atau Berita Negatif merupakan hal yang membuat willpower dalam diri kita menguap. Sehari-hari kita menjumpai berita melalui ragam kanal yang mudah sekali diakses. Media online, media social, elektronik hingga media cetak. Aneka informasi yang kita terima tidak jarang bernuansa negative. Elemen yang isinya memunculkan kesedihan, kekecewaan, kemarahan, kebencian, hingga kegalauan. Ironisnya, konten yang menjadi viral seringkali konten yang memuat informasi terkait kerusuhan sosial, bunuh diri, korupsi, konflik politik, perang, pembunuhan, hingga kebiasaan pelanggaran aturan dan bullying. Informasi yang berisi berita negative menjadi viral dan dianggap menarik oleh sebagian besar orang dikarenakan secara insting manusia lebih sensitive terhadap berita negative daripada berita positif. Istilahnya, bad is stronger than good yang mempertegas jika informasi yang negative lebih melekat kuat dibenak fikiran manusia dibandingkan informasi yang baik.
Dampak negative information terhadap willpower membuat kita menjadi lebih pesimis dalam memandang masa depan. Keyakinan optimis terhadap realitas masa depan menjadi suram. Negative information menyebabkan presepsi kita terbentuk oleh informasi negative tersebut, sehingga kita tidak menyadari realitas sebenarnya, dimana kondisi nyata tidak seburuk informasi negative yang kita terima. Hal tersebut membuat willpower menguap. Salah satu kunci membangun ketangguhan willpower adalah sikap yakin dan harapan positif terhadap masa depan. Optimis dalam level proposional merupakan hal mendasar untuk memelihara willpower kita.
Lingkungan Sosial di Kantor yang tidak kondusif
Kita acap kali menemui lingkungan kantor yang relative buruk di kantor yang kita jalani. Hubungan kerja yang kurang optimal dengan rekan kerja di devisi kita, atasan, rekan kerja di bidang lain, penyedia jasa, pelanggan, atau dengan bawahan kita. Kultur kerja yang kurang berkinerja tinggi, rekan atau bawahan yang tidak capable, hubungan kerja yang kurang asyik, atau manajemen pekerjaan yang lamban dan bertele-tele. Lingkungan social dan hubungan kerja yang tidak mendukung penyelesaian tugas menjadi pemicu kita menjadi lebih mudah emosi. Suasana kerja yang demikian membuat mental kita mengalami kelelahan psikis. Tekanan kerja kadang kala terjadi bukan karena beratnya tugas teknis pekerjaan, akan tetapi karena harus berhadapan dengan ragam manusia yang perilakunya kadang kala diluar nurul. Pada kondisi seperti itu kita dituntut untuk meredam rasa…pengen nimpuk…yang ga jarang terbesit di dalam hati. Kita dipaksa sabar dan tetap menjadi tulang belakang, menghadapi lingkungan kerja dengan manajemen yang buruk. Kondisi tersebut jauh dari judul lagunya mas Andra dan The backbone…Sempurna!.
Kondisi dan situasi yang berulang sebagaimana telah dibahas sebelumnya, membuat energy willpower menjadi terkuras. Otot willpower menjadi melemah, dan tidak bertenaga sehingga kita kesulitan untuk membangun focus. Kesulitan membangun focus mempengaruhi konsentrasi kita dan membuat kita gagal menjadi orang yang produktif. Perilaku dan budaya kantor yang negative dapat menular dalam diri dan mempengaruhi perilaku keseharian kita.
Lingkungan Fisik Kantor yang tidak Inspiring
Pernah dengar istilah…psikologi design?. Yap, psikologi design merupakan konsep dalam arsitektur yang dibangun atas dasar pemahaman, jika lingkungan atau desain interior tempat kita bekerja memiliki dampak terhadap rasa betah dan rasa bahagia, disamping rasa-rasa positif yang lain, kaya rasa yang pernah ada antara aku dan dia yang membuat diriku berbunga-bunga (apalah ini…!). Hal ini memiliki dampak pada produktifitas dalam bekerja. Beberapa studi ilmiah menemukan jika kita bekerja pada desain open space (ruang kerja terbuka) dimana dulu pernah menjadi trend yang hits, membuat kita menjadi kurang produktif karena terlalu banyak gangguan.
Demikian juga, jika kita bekerja dalam ruangan yang penuh dengan kubikel, partisi pengap, dan disekeliling hanya ada dinding yang monoton atau tembok yang beku, maka otak akan kehilangan kreativitasnya. Sebaliknya, jika kita bekerja dalam ruangan yang bernuansa hijau, ditambah dengan aneka tanaman segar…maka, suasana ruangan seperti itu akan mempengaruhi kreatifitas penghuninya. Ruangan dengan sirkulasi udara yang kurang bagus, dan sistem ventilasi yang kurang rapi menyebabkan minimnya udara segar didalam ruang kerja. Hal ini membuat orang yang berada didalamnya mudah terkena penyakit atau dikenal dengan istilah sick building syndrome.
Lingkungan fisik kantor yang tidak menginsirasi karena desain yang tidak mendukung produktivitas membuat tubuh biologis kita perlahan menurun. Akumulasi dalam jangka panjang, berdampak negative terhadap kesehatan kita. Pada kondisi tidak fit, willpower kita menjadi menurun…menguap, terbang bersama angin…(tolong katakan padanya, aa..aa…bahwa aku pengen nimpuk dia…aa…aa).
Referensi:
American Psychological Association (APA), “why you need to know about willpower: the psychological science of self-control”, link akses: https://www.apa.org/topics/personality/willpower , waktu akses 10.15 PM, 9 Juni 2024.
Manajemen Plus, “willpower bagian (1)”, link akses: https://manajemenplus.wordpress.com/2015/08/03/willpower-bagian-1-pengertian-willpower/, waktu akses 08.12 PM, 8 Juni 2024.
Antariksa, Y., “How to Build Strong Self Discipline”, Penerbit: Nusantara Gemilang, 2021.